‘Hah! Si Pengacara Brengsek itu,’ ucap Ardan dalam hatinya.
Dia menatap sosok Almara yang duduk tepat di hadapannya. Almara terlihat serius membalas pesan dari Julio. Tadinya, Ardan mengalihkan topik pembicaraan ke masalah Sharon karena hatinya sudah tidak sanggup. Dia tidak sanggup bicara lebih lama mengenai kisahnya dan Almara yang sudah berakhir.
Namun, Si Julio Pengacara Brengsek itu mengirim pesan kepada Almara, membuat Almara semakin serius dengan pembicaraan mengenai kasus Sharon.
“Dia ajak Aku ketemu secepat mungkin. Kalau bisa sekarang. Kalau gitu apa Aku undang dia untuk datang ke sini aja kali ya?”
“Ha?” Ardan tidak bisa berkata – kata. Julio hadir di antara dia dan Sharon, haruskah dia juga merusak momennya bersama Almara?
“Hmm... maaf ini harusnya jadi pertemuan kita berdua. Tapi, Aku rasa pembicaraan kita suda
“Bukti kedua yang polisi temukan adalah transaksi pemindahan dana sebesar 20 juta dari rekening Sharon ke rekening pelaku. Tentu saja Sharon tidak merasa melakukannya. Saat Saya tanya, Sharon tidak menyadari saldo pada rekeningnya berkurang 20 juta. Karena dia jarang mengecek saldo secara berkala. Dan total dana dalam rekeningnya ada milyaran sehingga berkurang 20 juta tidak terlalu kentara.”Julio mengerutkan keningnya. Ekspresinya tak seyakin saat dia memaparkan pendapatnya mengenai bukti pertama.“Yang satu ini agak pelik. Karena dalam laporannya, ada bukti bahwa transfer dana tersebut dilakukan melalui mobile banking dengan cara yang sah. Sekalipun kita berasumsi bahwa itu karena ada seseorang yang menggunakan hape Sharon tanpa sepengetahuannya, tapi darimana dia bisa tahu kata sandi dan pin mobile bankingnya?”“Bagian ini akan Saya selidiki lebih lanjut. Tolong kalian berdua jika ada in
“Fiolina? Apa Kamu menyimpan kontaknya?” Almara tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya saat nama Fiolina disebut.Saat pertama kali Ardan mengatakan padanya bahwa Rangga memang mengenal Fiolina, dia mulai berpikir bahwa mimpi panjangnya selama dia koma bukanlah mimpi biasa. Terlebih saat Ardan mengatakan bahwa mungkin saja Tuhan benar – benar membawanya ke masa lalu untuk melihat kejadian alternatif yang mungkin terjadi jika dia memilih untuk tidak putus dengan Ardan.“Hm... sayangnya gak sih. Dia sepertinya juga gak ingin Aku tahu banyak. Dia hanya datang ke sini dan memperingatkan Aku untuk hati – hati karena orang yang jadi dalang di balik semua kejadian ini adalah orang yang sangat licik.”“Apa Kamu punya dugaan siapa yang menfitnah Kamu?” tanya Almara lagi.“Gak ada. Selama ini aku merasa tidak punya musuh. Aku benar – benar jarang r
Rangga mengangkat sebelah alisnya, tatapannya tertuju ke paras Almara yang menampakkan ekspresi manja namun tidak tertebak. Almara mendirikan sebuah perusahaan dengan nama gabungan mereka berdua. Rangga tidak bisa berhenti merasa heran dengan tindakan tersebut, dalam hati dia bertanya – tanya apa arti dari sikap Almara. Namun, sedikit kepekaan dalam dirinya mengatakan Almara sedang mendekatinya.“Apa menurut kamu mendirikan sebuah perusahaan itu adalah main – main? Kenapa kamu pakai gabungan nama kita berdua?” tanyanya sambil tetap memberi Almara tatapannya yang tajam.“Justru karena aku gak main – main, maka aku menamainya seperti itu. Saat aku bingung memilih nama perusahaan, aku mencari rekomendasi di beberapa artikel dan video dari pengusaha yang sudah senior. Dikatakan bahwa lebih baik nama perusahaan mencerminkan harapan dan visi dari bisnis kita. Jadi nama itulah yang aku pilih,” jawab Almara
Hanya berselang 10 menit setelah kepergian Almara, Fariz memasuki ruangan Rangga lagi dengan tergesa- gesa. Nafasnya tersengal dan wajahnya memerah.“Pak Rangga, salah satu lift mengalami malfungsi. Awalnya lift hanya macet saja, namun mendadak lift terjatuh hingga ke lantai dasar.”“Apa? Trus sekarang gimana? Berapa orang yang ada di dalam saat kejadian?”“Saat ini tim teknis sedang berusaha membuka pintu lift. Ada dua orang yang berada di dalam, Bu Almara dan asistennya, Kevin.”Informasi yang keluar dari mulut Fariz bagai air es yang mendadak disiram ke kepala Rangga. Untuk sesaat, Rangga merasa jantungnya berhenti selama satu detik, keringat dingin mulai membasahi tangan dan kakinya. Hanya dalam hitungan detik, Rangga sudah berlari meninggalkan ruangannya menuju lokasi kejadian.“Pak, Pak, salah lewat sini,” teriak Fariz saat
Hari ini sama sibuknya dengan hari – hari sebelumnya. Fariz berpikir bahwa dia mungkin akan butuh cuti selama setahun penuh jika Rangga masih terus bekerja seperti orang gila. Dia tahu betul apa alasan Rangga bersikap seperti ini, namun tetap saja dia tidak bisa berbuat apa – apa.Karena kurang istirahat, Fariz menjadi sering mengantuk saat siang hari. Saat dia baru selesai membuat kopi, muncul sosok almara yang datang seorang diri sambil membawa setumpuk kotak makanan.“Bu Almara,” sapa Fariz“Hai Fariz, Hai Wina,” Almara juga menyapa Wina yang sedang duduk di meja kerjanya.“Kalian udah makan siang? Ini saya bawakan kotak makanan kalau belum,” tambah Almara.“Ini beneran untuk kami Bu?” tanya Fariz.“Iya ini untuk kalian berdua,” jawab Almara seraya mengeluarkan dua kotak makanan untuk Fariz dan Wina.Fariz dan Wina bertukar pandangan. Mereka berdua sempat membicarakan Almara di hari sebelumnya bahwa Almara sedang mencoba mendekati bos mereka lagi. Dan mereka juga merasa bahwa ada p
Di dalam Kafe.Setelah Almara dan Fariz memesan minuman, Almara tanpa basa – basi langsung menyampaikan tujuannya mengajak Fariz bertemu.“Fariz, saat kamu mengantar saya ke rumah sakit, saya meminta kamu untuk menceritakan apa saja yang terjadi saat saya koma. Tapi hari ini saya mau bertanya beberapa detail ke kamu karena saya sangat membutuhkan informasi itu.”“Iya. Silahkan Bu.”“Bisa saya tahu tanggal dan jam tepatnya Rangga dapat kunci laci lemari saya?”“Sebentar saya ingat – ingat dulu Bu. Hmm...” Fariz berpikir keras untuk mengingat tanggal berapa tepatnya anak kecil itu datang ke rumah dan menyerahkan kunci itu.Dia membuka aplikasi perpesanan dalam ponselnya lalu berkata, “Saya ingat pagi harinya saya mendapat info dari kepolisian mengenai fakta baru pada kasus Bu Almara, lalu saya segera mendatangi Pak Rangga di rumah sakit. Kami lalu ke kantor polisi dan siangnya sekitar jam 2, anak itu datang ke rumah membawa bingkisan kunci untuk Pak Rangga,”“Kalau saya lihat riwayat pe
Almara pulang dengan pikiran kalut. Dia tidak menyangka, selain kunci lacinya yang entah oleh siapa telah dikirim ke Rangga, ada pula fitnah bahwa dirinya bermalam di hotel bersama Ardan. Semakin hari, bukannya melihat harapan, dia justru semakin berkecil hati, akankah dia bisa kembali bersama Rangga? Di tengah kekalutan pikirannya, dia tahu, bahwa dia harus menyelesaikan masalah ini satu persatu. Segera, Almara mengirim pesan kepada Julio untuk memberitahukan informasi yang dia dapat dari Fariz. [Rangga menerima paket berisi kunci laci saya pada tanggal 26 April siang hari. Saya barusan ketemu Fariz, dia gak ingat jamnya] [Ok terimakasih. Gak masalah soal jam. Yang penting tanggalnya sudah pasti kan?] [Fariz sih yakin itu tanggalnya] [Ok. Oya, pengajuan penangguhan penahanan Sharon disetujui, Sementara ini dia jadi tahanan rumah. Ardan penjaminnya.] [Syukurlah] Untungnya, ini adalah awal yang baik, pikir Almara. Setidaknya akan jadi lebih mudah baginya untuk berkomunikasi deng
Sharon tidak segera menjawab pertanyaan Almara, dia hanya menundukkan pandangannya dan sedikit tersenyum. “Maaf, kalau kamu gak mau jawab gak papa kok.” “Kenapa kamu tanya soal itu Al?” “Hmm... Aku cuma... melihat tatapan kamu ke Ardan. Aku merasa ada kasih sayang di dalamnya. Tapi mungkin aku cuma sok tahu aja. Maaf.” “Oya? Kamu bisa tahu hanya dari caraku menatap dia? Hm ... lucu ya. Kamu bukan orang pertama yang bilang gitu. Kenapa ya, semua orang bisa tahu kalau aku cinta sama Ardan, tapi Ardan sama sekali gak peka?” “Jadi bener?” Sharon mengangguk. Almara tidak tahu apa yang mendorongnya, namun, dia hanya ingin memeluk Sharon. Direngkuhnya Sharon ke dalam pelukannya. Sharon balas memeluknya namun dia tidak menangis. Justru Almara lah yang sudah nyaris menangis. Melihat Sharon, dia ingat bagaimana dulu Rangga juga sangat mencintainya. Dan dia pula dulu pernah menjadi seorang Ardan, yang tidak mencintai pasangan yang sangat mencintainya. Bedanya, Ardan masih lebih baik dari
“Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri
Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga
“Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks
Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s
Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po