"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah.
"Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya.
Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.
karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun.
Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi.
"Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya.
"Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah.
"Bukan apa-apa kok mas" jawab dengan bohong.
"Jangan bohong Han" kata Raihan dia langsung mengambil sesuatu dari tangan istrinya dan dia kaget melihat tes pack yang dipegang Hanifah
"Negatif" lanjutnya.
"Maaf mas aku belum bisa hamil" maaf Hanifah dengan menundukkan kepalanya.
"Udah Gak usah pikirin itu aku cuma mau kita bersama-sama Han kita bisa kok adopsi anak" kata Raihan sambil memeluk istrinya dan mengusap kepalanya.
"Mas aku cuma mau anak dari kamu mas aku gak mau adopsi" kata Hanifah.
"Mau gimana lagi han kita belum bisa sayang mungkin kita belum dikasih anak oleh Allah" ucap Raihan.
"Apa mas mau turuti permintaanku" tanya Hanifah dengan ragu.
"Kamu mau apa sayang pasti aku akan turuti" Raihan mengusap pipi istrinya.
"Aku ingin kamu menikah dnegan adikku mas" kata Hanifah.
"Apa? kamu gila Han Jangan aneh-aneh sampai kapan pun aku gak akan nuruti permintaan mu yang gila itu" marah Raihan dengan memalingkan wajahnya ke istrinya "Mas aku mohon ini demi kita mas" bujuk Hanifah dengan memeluk lengannya, tapi Raihan malah menghempaskannya dan meninggalkan istrinya itu Raihan pergi dari rumah dia heran dengan istrinya kenapa sampai bicara begitu sih.
"Bapak mau kemana" tanya Naila yang melihat Raihan keluar dari kamarnya dan melewati Naila tidak ada sahutan dari Raihan dia langsung pergi dari rumahnya.
"Ada apa dengan mereka" batin Naila kemudian dia langsung ke kamar kakaknya untuk mengecek ada apa sebenarnya dia melihat kakaknya menangis di lantai dengan terduduk.
"Kakak kenapa" tanya Naila.
"Hiks...hiks..." Hanifah memekikk adiknya itu sembari menangis.
"Kakak kenapa cerita sama aku" kata Naila sembari mengusap punggung kakaknya, kemudian melepaskan pelukannya dan Hanifah pun memberi tes pack itu ke Naila.
"Negatif? Mungkin kakak belum dikaruniai anak kakak yang sabar yah pasti Allah berikan anak untuk kalian" nasihat Naila.
"Nai apa kakak boleh minta sesuatu dari kamu" kata Hanifah dengan menggenggam kedua tangan Naila.
"Kakak mau apa pasti aku berikan" tanya Naila.
"Kakak minta kamu menikah dengan suami kakak" jawab Hanifah.
"Kakak gila? Mana mungkin suami kakak mau menikahi adik iparnya sendiri kak jangan aneh-aneh deh" kata Naila.
"Nai kakak mohon sama kamu nai bantu kakak" ucap Hanifah dengan memohon.
"Ok tapi ini demi kakak" ujar Naila.
"Makasih nai" balas Hanifah dengan memeluk adiknya.
Raihan pergi ke rumah bundanya dia langsung masuk ke rumah bundanya orang tuanya heran kenapa anaknya pergi dari rumah.
"Han kamu kenapa pergi dari rumah" tanya ayahnya.
"Hani yah dia minta aku buat nikah dengan adiknya" jawab Raihan.
"Memangnya kenapa Hani menyuruh kamu menikah lagi" kata bunda.
"Karena Hani belum bisa kasih aku anak Bun" ucap Raihan.
"Han bunda sama ayah sudah tua kami juga ingin menggendong bayi dari kamu Han" ujar bundanya.
"Tapi Bun Raihan gak bisa menikahi adiknya dia itu adik iparku bun" balas Raihan.
"Apa salahnya sah-sah aja kok ayah ingin kalian menikah Naila itu cantik kok baik lagi" kata ayahnya.
"Kenapa kalian malah menyetujui permintaan Hanifah sih" ucap Raihan.
"Karna kami juga ingin menggendong anak Han sah-sah aja kalian menikah kalian bukan adik kakak kandung kan" bela ayahnya.
"Bunda mohon Sama kamu tolong nikah lagi yah" mohon bundanya Raihan pun pasrah dia mengikuti permintaan mereka.
"Ok aku bakal nikah lagi dengan Naila" jawab Raihan dengan pasrah.
"Cepat kamu pulang ke rumah kasihan istri kamu seharusnya kamu jangan lari dalam masalah" nasihat ayah kemudian Raihan pergi ke rumahnya dia masuk ke rumahnya sudah ada Naila yang sedang memenangi kakaknya.
"Aku menyetujui permintaan kamu untuk nikah lagi" kata Raihan.
"Yang benar mas makasih mas" dia berhenti dari tangisannya dan memeluk suaminya itu.
"Nai apa kamu mau menikah dengan ku" ujar Raihan duduk di sofa depan Naila.
"Yah demi kakakku Hanifah" balas Naila dengan tersenyum tipis Raihan pun membalasnya dengan tersenyum.
"Kak bagaimana dengan orang tua kita kak" tanya Naila dnegan bingung.
"Tadi kakak sudah bicara sama mereka kok kata mereka seterah kalian saja" jawab Hanifah dengan senyum.
"Semoga kakak bahagia jika aku menikah dengan kak Raihan" kata Naila.
"Kakak akan bahagia kok" dengan memeluk adiknya itu dengan erat.
"Nanti besok kita fitting baju pengantin yah kakak bakal persiapin pernikahan kalian" kata Hanifah.
"Mas seterah Naila saja" Raihan aja nurut dengan permintaan istrinya dia ingin membahagiakan istrinya itu.
"Kenapa saya merasa bahagia ingin menikah lagi dengan Naila apa ada perasaan suka dengan Naila apa lagi dia tersenyum bikin saya tersenyum astagfirullah maaf kan hambamu ini ya Rabb" istigfar Raihan.
"Kenapa sih Raihan melihat gw segitunya sih gw gak boleh suka sama dia ingat ini demi kakak lu nai" gumam Naila.
Malam ini Naila tinggal dirumah orang tuanya karena orang tuanya tadi malam dia datang menjemput Naila di rumah calon suaminya karena besok malam Naila akan dilamar oleh Raihan di rumah orang tuanya.
"Akhirnya aku senang deh tinggal bareng Abi dan umi lagi" dengan bahagianya Naila bisa berkumpul dengan keluarganya lagi.
"Nai nanti kamu pakai hijab besok malam kamu harus berubah penampilannya nai jangan pakai pakaian ketat lagi kamu gak kasihan sama Abi kamu harus menanggung dosa kamu nai" nasihat umi dengan mengusap kepal Naila yang terbaring di pangkuan uminya sambil menonton tv.
"Naila belum bisa umi karena akhlak aku belum bisa berubah umi" kata Naila.
"Nai masalah akhlak nanti juga bisa kok berubah dengan perlahan-lahan Kao kita gak berubah dan menunggu hidayah kapan hidayah itu datang nai masa kita harus tunggu sih Kao misanya kita mati disaat hidayah itu belum datang gimana kita mau bawa bekal di akhirat nanti, yang penting kamu berubah dulu dengan pakaian sopan nanti juga perlahan-lahan kamu berubah nai" nasihat umi yang paling dirindukan oleh Naila dia rindu dengan suasana ini.
Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya."Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya."Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya."Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja."Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu."Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya."Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya."Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas y
"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah. "Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya. Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. "Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. "Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. "Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang. "Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagu
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Dia memang sudah punya keluarga suaminya pun sudah ada didepan mata" kata Raihan dengan tersenyum Naila menatap tajam Kepada suaminya "Nai maksud yang dibilang pak Raihan itu apa masa iya lu menikah Sama kakak ipar lu sendiri lu hianatin kakak lu sendiri nai gw gak nyangka Sama lu nai" ucap Tasya "Istri saya yang menyuruh saya untuk menikahi Naila" jelas Raihan sedangkan Naila hanya diam saja dia bingung harus jawab apa lagi lebih baik dia diam saja "Nai gw kecewa sama lu gw sahabat lu nai kenapa gak cerita sama gw sih" omel Tasya kemudian dia beranjak dari duduknya tapi dicegah oleh Naila dengan memegang tangannya "Sya tunggu dulu nanti di kost-an lu baru gw ceritain semuanya tapi tolong kali ini percaya sama gw" Naila tidak sanggup jika harus kehilangan sahabat yang satu ini lalu Tasya pun kembali duduk ditempatnya "Ada apa bapak manggil saya ke sini" "Panggil mas sayang gak boleh loh manggil suami kaya gitu" goda Raihan dengan sedikit mencubit pipi Naila tapi dia menghindar
"Dia memang sudah punya keluarga suaminya pun sudah ada didepan mata" kata Raihan dengan tersenyum Naila menatap tajam Kepada suaminya "Nai maksud yang dibilang pak Raihan itu apa masa iya lu menikah Sama kakak ipar lu sendiri lu hianatin kakak lu sendiri nai gw gak nyangka Sama lu nai" ucap Tasya "Istri saya yang menyuruh saya untuk menikahi Naila" jelas Raihan sedangkan Naila hanya diam saja dia bingung harus jawab apa lagi lebih baik dia diam saja "Nai gw kecewa sama lu gw sahabat lu nai kenapa gak cerita sama gw sih" omel Tasya kemudian dia beranjak dari duduknya tapi dicegah oleh Naila dengan memegang tangannya "Sya tunggu dulu nanti di kost-an lu baru gw ceritain semuanya tapi tolong kali ini percaya sama gw" Naila tidak sanggup jika harus kehilangan sahabat yang satu ini lalu Tasya pun kembali duduk ditempatnya "Ada apa bapak manggil saya ke sini" "Panggil mas sayang gak boleh loh manggil suami kaya gitu" goda Raihan dengan sedikit mencubit pipi Naila tapi dia menghindar
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah. "Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya. Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. "Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. "Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. "Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang. "Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagu
Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya."Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya."Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya."Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja."Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu."Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya."Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya."Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas y
"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah."Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya.Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun.Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi."Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya."Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah."Bukan apa-apa kok mas" jaw