"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah.
"Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya.
Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya.
Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya.
"Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya.
"Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya.
"Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang.
"Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagum dengan penampilan naila.
"Cantik Masya Allah" kagum Raihan melihat Naila menggunakan hijabnya.
"Ingat mas jangan sampai menyukai adikku" peringatan Hanifah kepad suaminya kemudian Naila pun menyalami orang tua Raihan.
"Kamu cantik nai pakai hijab" puji bunda Raihan dengan menyentuh pipiku.
"Iya Naila memang cantik loh, gak salah Raihan memilih kamu jadi istrinya" kata ayahnya Raihan lalu Naila pun tersenyum dengan melihatkan lesung pipinya itu.
"Cantikan apanya coba cantikan juga gw" batin Hanifah dengan menatap Naila sinis yah dia gak suka jika keluarga Raihan skrg dengan Naila dia takut jika kasih sayang keluarga Raihan berpaling darinya.
"Saya ke sini untuk melamar anak kamu Nur Naila Habibah untuk anak saya yang bernama Raihan wadihan Muammar bagaimana apakah kamu menyetujuinya" ujar ayahnya Raihan.
"Saya sebagai orang tua menyetujuinya tapi keputusan ada ditangan anak saya karena dia yang menjalani pernikahannya bagaimana Naila apa kamu menyetujuinya" tanya abiku lalu Naila mengangguk.
"Ada syaratnya jika suami saya menikah dengan adik saya" bicara Hanifah dengan tegas.
"Syaratnya apa kak" tanyaku kepada kak Hanafih.
"Disini ada surat persyaratan."
1. Tidak ada pernikahan kalian rasa saling menyukai.
2. Setelah lahir kalian berdua harus berpisah.
3. Anak hasil dari pernikahan bkalin jatuh ke tangan raihan dan saya
4. Mas Raihan harus adil
"Gimana apa Naila setuju dengan persyaratan ini" jelas Hanifah.
"Hmm... Iya aku menyetujuinya demi kakak" Naila memutuskan menerima pernikahan ini demi kakaknya
“Han kamu gak boleh gitu sama adik mu pernikahan hanya satu kali Han gak boleh ada kata cerai" nasihat umi.
"Benar nak pernikahan itu hany sekali gak boleh dimainkan" kata bunda Raihan.
"Naila juga kan setuju dengan permintaan Hani jadi gak slaah dong" ucap Hanifah.
"Sama aja kamu gak adil sama adik kamu Han kamu harus adil dong" ujar abinya.
"Udah aku gapapa kok Abi ini semua juga aku lakukan demi kak Hani" balas Naila.
"Kamu memang perempuan baik nai aku kagum sama kamu cantik lagi aku tau kk sebenarnya kamu itu perempuan baik-baik" gumam Raihan.
"Gimana mas kamu setuju kan persyaratan aku" tanya Hanifah.
"Aku Seterah kalian saja" jawab Raihan.
"Ok Klian bisa tanda tangani surat ini sebagai bukti perjanjian" dengan ragu Naila mendatangani surat persyaratan itu.
"Bismillah" kemudian mendatangani surat itu sama dengan Raihan juga.
"Lalu pernikahan akan diadakan kapan" tanya abiku.
"2 Minggu lagi gimana" jawab ayahnya Raihan.
"Ok gimana kalian setuju gak" kata abiku kepada Raihan, Naila dan Hanifah lalu kami mengangguk.
Esoknya kami fitting baju pengantin untuk pernikahan kami 2 Minggu lagi yah kami pergi bersama Hanifah, Naila hanya terdiam melihat kemesraan mereka berdua.
"Mas bagus deh bajunya" Hanifah sedang melihat baju pengantin untuk pernikahan.
"Iya bagus gak Nora lagi" kata Raihan.
"Sebenernya siapa sih yang mau nikah kenapa mereka berdua yang sibuk sih" gumam.
Naila lebih baik dia duduk disofa sambil memainkan handphonenya.
"Nai coba kamu pake gaun ini deh" kata Hanifah kemudian Naila pun nurut mencoba gaun pengantin yang dipilih kakaknya dia pun keluar dengan memakai gaun pengantin.
"Cantik" ucap Raihan yang keceplosan.
"Ingat mas jangan sampai suka dengan adikku" sindir Hanifah sedangkan Naila hanya teridiam saja melihat mereka berdua.
"Coba mas pakai kemeja ini deh pasti cocok" lanjutnya yang sedang memegang kemeja tadi kemudian Raihan pun mencobanya di kamar pengganti Setelah itu dia keluar dengan menggunakan kemejanya.
"Kamu ganteng pak Astagfirullah ingat nai gak boleh suka sama pak Raihan" gumam Naila.
"Ganteng mas kamu cocok pake ini udah yuk beli gaun sama kemeja ini aja" ajak Hanifah untuk membayar dikasirnya setelah itu mereka mengelilingi mall untuk melihat-lihat.
"Mas kita ke sana dulu yuk" ajak hanifah yang menarik lengan suaminya sedangkan Naila hanaya terdiam berdiri disini dia seperti tidak dianggap kemudian Naila mengikuti mereka berdua ke dalam toko baju gamis.
"Bagus gak mas" tanya Hanifah kepad suaminya.
"Bagus aku ke sana dulu yah" jawab Raihan dan Hanifah pun mengangguk Raihan melihat Naila sedang melihat gamis dan memegang gamis itu sepertinya dia menyukainya.
"Bagus gamisnya pengen beli tapi gak ada uang kuliah aja pakai beasiswa apa lagi ini gamis mahal mana bisa ke beli sih nai" Naila berbicara sendiri sambil memandang gamis mahal itu dan memegangnya.
"Kalo kamu mau ambil aja biar saya yang bayar" kata Raihan yang muncul disampingnya.
"Eh bapak gak kok pak gak usah hehe" ucap Naila dengan tertawa kecil.
"Udah kamu ambil aja sebentar lagi juga kan saya bakal jadi suami kamu" kata Raihan dengan tersenyum
"Maaf gak bisa kak nanti kak Hani marah lagi" ucap Naila.
"Itu biar saya yang urus" ujar Raihan.
"Maaf sekali lagi gak saya gak bisa pak" balas Naila kemudian datang Hanifah yang melihat mereka berdua sedang mengobrol.
"Ada apa ini" tanya Hanifah, Naila hanya terdiam dia takut di marah kakaknya.
"Mas bolehkan membelikan gamis ini untuk Naila" jawab Raihan.
"Ya boleh lah sebentar lagi juga kalian akan menikah kan" kata Hanifah dengan tersenyum.
"Kakak gak marah" ucap Naila lalu Hani menggelengkan kepalanya.
"Makasih kak" dengan memeluk kakaknya
"Kamu lucu nai saya suka sama sifat kamu tidak mau mengambil pemberian orang tanpa seijinnya" gumam Raihan dengan tersenyum melihat kelakuan Naila.
Setelah membeli gamis Hanifah mengajak suaminya untuk makan di cafe mahal Naila memikirkan bagaimana cara membayar makanan ini sedangkan dia tidka punya uang untuk membelinya.
"Kamu mau makan apa nai" tanya Raihan yang melihat Naila sibuk Dengan melihat-lihat buku resepnya dia bingung harus pilih yang mana sementara ini semua makanannya mahal semua yang paling murah aja seratus ribu. bagaimana dia membayarnya coba Naila memutuskan membeli air putih saja yang harganya 10 ribu.
"Aku mau air putih aja pak" jawab Naila dengan ragu.
"Air putih? Kamu gak makan nai" kata Raihan.
"Gak deh pak saya gak laper" ucap Naila.
"Kamu makan aja nai yang bayar kan mas Raihan bukan kamu" ujar Hanifah.
"Aku gak mau ngerepotin kalian lagi tadi kan udah dibelikan gamis masa mau dibayarin lagi sih" balas Naila.
"Kamu gak perlu bingung Saya yang akan bayar makanannya" kata Raihan.
"Udah mas pesan aja makanannya kalo bicara sama Naila pasti nolak terus" ucap Hanifah kemudian Raihan memesan makanannya, kami pun makan bersama-sama.
Setelah makan kami pulang ke rumah Raihan mengantarkan Hanifah ke rumah temannya katanya dia ingin bertemu dengan teman lamanya kemudian Raihan pun mengantarkan Naila ke rumah orang tuanya di dalam mobil kami saling diam.
"Ehhmm" Raihan pun berdehem agar suasana tidak canggung lagi.
"Kenapa pak" tanya Naila dengan polosnya.
"Nai saya mau bicara penting sama kamu" jawab Raihan sambil menyetir mobilnya.
"Bicara apa pak" ujar Naila.
"Hmm... Saa...aaya mencintai kamu nai" balas Raihan dengan gugup menyatakan perasaannya.
"Tolong hapus perasaan bapak kepada saya, saya gak mau kalo kak Hani tau" kata Naila dengan menatap wajah Raihan.
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Dia memang sudah punya keluarga suaminya pun sudah ada didepan mata" kata Raihan dengan tersenyum Naila menatap tajam Kepada suaminya "Nai maksud yang dibilang pak Raihan itu apa masa iya lu menikah Sama kakak ipar lu sendiri lu hianatin kakak lu sendiri nai gw gak nyangka Sama lu nai" ucap Tasya "Istri saya yang menyuruh saya untuk menikahi Naila" jelas Raihan sedangkan Naila hanya diam saja dia bingung harus jawab apa lagi lebih baik dia diam saja "Nai gw kecewa sama lu gw sahabat lu nai kenapa gak cerita sama gw sih" omel Tasya kemudian dia beranjak dari duduknya tapi dicegah oleh Naila dengan memegang tangannya "Sya tunggu dulu nanti di kost-an lu baru gw ceritain semuanya tapi tolong kali ini percaya sama gw" Naila tidak sanggup jika harus kehilangan sahabat yang satu ini lalu Tasya pun kembali duduk ditempatnya "Ada apa bapak manggil saya ke sini" "Panggil mas sayang gak boleh loh manggil suami kaya gitu" goda Raihan dengan sedikit mencubit pipi Naila tapi dia menghindar
Seseorang adik ipar yang bernama Nur Naila Habibah yang akan menjadi istri suaminya sendiri seorang kakak yang memaksa adiknya untuk menjadi istri suaminya. karena dia mandul dan tidak akan bisa memberikan suaminya keturunan maka dari itu istrinya menyuruh suaminya menikah lagi dengan adiknya.Mereka juga tidak tau jika mereka berdua bukan saudara kandung Naila bukan anak umi Aisyah tapi Naila anak Azizah dia adalah sahabat uminya Hanifah. Menurut Naila dia tidak pantas menikah dengan kakak iparnya karena dia seorang bad girl yang bikin ulah dikampusnya dia beda dengan kakaknya. dia masih pakai baju ketat dan belum berhijab sedangkan Raihan dia seorang dosen dia mengajar Agama di tempat kuliahnya Naila.Apakah Naila setuju permintaan kakaknya atau dia menolaknya?Pagi hari Naila ingin pergi ke kampusnya kakaknya menyuruh dia agar berangkat bareng dengan suaminya tapi Raihan menolaknya karena bukan mahramnya."Mas Naila berangkat bareng m
"Nai kakak minta putusin cowok itu" pinta kakaknya."Kak aku cinta sama dia aku gak bisa memutuskan hubunganku" kata Naila."Nai dia itu bukan cowok baik-baik sekarang kakak minta putuskan hubungan kamu sebelum terjadi apa-apa sama kamu" kata kakaknya."Pasti bapak kan yang mengadu ke kakak saya mending bapak urusin aja kehidupan bapak gak usah ngurusin hidup orang" omel Naila."Rai saya cuma gak mau adik ipar saya mendekati pergaulan yang tidak benar" kata Raihan kemudian mereka mendengar ada yang mengetuk rumahnya mungkin itu Raka pikir Naila yah mereka memang sudah janjian."Siapa malam-malam begini datang ke rumah" kata Hanifah."Aku aja kak yang buka pintunya" ucap Naila."Gak usah kamu disini saja" kemudian Hanifah langsung membukakan pintu rumahnya "Maaf siapa yah" tanya Hanifah."Kenalin kak saya pacarannya Naila" sambil ingin bersalaman dengan kakaknya tapi HHanifahmenang
"Dia memang sudah punya keluarga suaminya pun sudah ada didepan mata" kata Raihan dengan tersenyum Naila menatap tajam Kepada suaminya "Nai maksud yang dibilang pak Raihan itu apa masa iya lu menikah Sama kakak ipar lu sendiri lu hianatin kakak lu sendiri nai gw gak nyangka Sama lu nai" ucap Tasya "Istri saya yang menyuruh saya untuk menikahi Naila" jelas Raihan sedangkan Naila hanya diam saja dia bingung harus jawab apa lagi lebih baik dia diam saja "Nai gw kecewa sama lu gw sahabat lu nai kenapa gak cerita sama gw sih" omel Tasya kemudian dia beranjak dari duduknya tapi dicegah oleh Naila dengan memegang tangannya "Sya tunggu dulu nanti di kost-an lu baru gw ceritain semuanya tapi tolong kali ini percaya sama gw" Naila tidak sanggup jika harus kehilangan sahabat yang satu ini lalu Tasya pun kembali duduk ditempatnya "Ada apa bapak manggil saya ke sini" "Panggil mas sayang gak boleh loh manggil suami kaya gitu" goda Raihan dengan sedikit mencubit pipi Naila tapi dia menghindar
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah. "Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya. Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. "Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. "Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. "Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang. "Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagu
Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya."Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya."Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya."Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja."Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu."Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya."Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya."Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas y
"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah."Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya.Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun.Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi."Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya."Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah."Bukan apa-apa kok mas" jaw