"Nai maaf saya gak bermaksud begitu sama kamu nai jangan nangis" permintaan maaf tidak ada sahutan dari Naila dia masih terdiam.
"Nai" panggil Raihan sama saja tidak ada sahutan dari Naila dia berhenti di sebuah restoran.
"Pasti kamu belum makan kan ayok kita makan" ajak Raihan dan Naila pun ikut turun dari mobil mereka masuk ke restoran itu dan duduk paling pojok, karena hanya itu tersisa satu meja Raihan jelas melihat Naila dengan muka sembab nya.
"Kamu cuci muka dulu nai biar lebih segar gitu" langsung saja Naila ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya setelah itu kembali lagi ke meja tadi.
"bapak kok tau sih makanan kesukaan saya" tanya Naila yang kaget melihat sudah ada makanan di meja.
"Saya tau dari istri saya" jawab Raihan lalu Naila mengangguk kemudian mereka makan bersama Raihan Melihat Naila makan belepotan di bibirnya Raihan pun mengelap sisa makanan di bibirnya dengan tangan kami saling tatap wajah, mata kami saling bertemu.
"Kenapa deg-degan yah gak gak mungkin saya suka sama adik ipar saya sendiri" batin Raihan kemudian mereka sadar apa yang mereka lakukan.
"Maaf, ta..addi ada sisa makanan dibibir kamu" maaf Raihan yang tergugup Naila hanya mengangguk.
"Habis ini kamu mau kemana lagi jalan-jalan atau pulang" tanya Raihan dengan lembut.
"Tumben sekali dia bersikap baik sama gw biasanya datar cuek, mana dingin lagi gumam Naila.
"Nai" panggil Raihan.
"Eh eh" Raihan menyadarkan Naila dari lamunannya.
"Kamu kok malah bengong sih ngelihatin saya sampai segitunya, saya tau kalo saya ganteng nai" kata Kevin dengan geernya.
"Apa sih pak aneh aja saya melihat bapak biasanya datar dan kenapa sekarang malah lembut sama saya" tanya Naila dengan aneh.
"Hmm... Kaa..arr..na" jawab Raihan dengan gugup.
"Kenapa bapak gugup hayo" ledek Naila.
"Udah mending kita pulang sekarang" ajak pulang Raihan setelah membayar makanannya langsung saja kami masuk ke mobil.
"Pak" panggil Naila.
"Hmm" Raihan hanya berdehem.
"Pak" panggil sekali lagi Naila.
"Iya kenapa" jawab dengan datar.
"Tadi aja baik sekarang kembali lagi datarnya" sindir Naila membuang mukanya ke jendela.
"Maaf jika sikap saya bikin kamu terganggu" maaf Raihan tapi Naila hanya diam saja tidak menanggapi perkataan Raihan.
"Kita mau kemana lagi apa kita langsung pulang atau jalan-jalan dulu" tanya Raihan.
"Pulang aja nanti dikira saya pelakor lagi" jawab Naila.
"Haha ada aja kamu, kamu kan adik ipar saya nai" kata Raihan dengan terkekeh.
"Kakak ipar juga harus jaga jarak kali" sindir Naila Raihan pun hanya tertawa aneh saja dengan perkataan Adik iparnya ini sampai dirumah Hanifah sudah menunggu suaminya pulang di depan rumahnya dia khawatir dengan suaminya.
"Mas kamu kok baru pulang sih aku khawatir tau gak" tanya Hanifah mencium tangan suaminya dan Raihan pun mencium kening istrinya Naila yang melihat itu kenapa tiba tiba cemburu yah seperti ada sedikit perasaan dengan kakak iparnya.
"Maaf yah tadi kita makan dulu sayang" maaf Raihan dengan memegang pipi istrinya dengan lembut.
"Iya kak maaf yah tadi kita makan dulu" kata Naila.
"Kamu udah makan mas yah padahal aku masakin kesukaan kamu mas" dengan memasang wajah cemberutnya Naila hanya terdiam disitu.
"coba jangan romantisan disini" sindir Naila mereka hanya terkekeh.
"Kamu cemburu nai" goda Raihan Naila tidak menanggapinya dia langsung masuk ke dalam rumahnya.
"Adik kamu kenapa sih aneh" kata Raihan sembari tertawa.
"Udah yuk kita masuk" ajak istrinya kemudian mereka masuk ke dalam rumahnya.
Naila keluar dari kamarnya dia melihat kemesraan Raihan dengan istrinya kenapa tiba tiba dia cemburu gitu Sama kakaknya, apa mungkin dia punya perasaan suka dengan kakak iparnya itu dia menghampiri mereka berdua dan terduduk di sofa sambil menonton tv.
"Nai kamu sudah putuskan hubungan dengan raka" tanya Hanifah.
"Belum kak kenapa?" Jawab Naila sambil memakan cemilan dimeja.
"Nai kakak kan sudah bilang sama kamu putuskan hubungan kalian apa kamu gak kasihan sama Abi" kata Hanifah.
"Abi aja gak kasihan sama Naila" dia tidak perduli dengan ucapan kakaknya.
"Jaga omongan kamu nai Abi itu sayang sama kamu kalo dia gak sayang dia gak akan nitip kamu ke kakak" tegur Hanifah meminta kepada adiknya itu untuk menjaga perkataannya saja.
"Kalo dia sayang sama nai dia gak akan ninggalin nai" sindir Naila yang masih makan cemilan.
"Kakak gak mau pokoknya pustuskan hubungan kamu sekarang" marah Hanifah dnegan sedikit membentak.
"Nanti nai pustuskan" Naila pun pasrah dia tidka mau berdebat dengan kakaknya dia ingin hidup tenang.
"Kakak maunya sekarang bukan nanti" kata Hanifah.
"Kalo sekarang gimana mau ngomongnya coba" ucap Naila.
"Kamu bisa kan telpon dia atau chat dia" ujar Hanifah.
"Ok aku mau ambil handphonenya dulu" kemudian Naila pun mengambil handphonenya di kamar lalu kembali lagi ke tempat tadi.
Naila :
Raka ...
Raka :
Iya ada apa sayang
Naila :
Aku mau putuskan hubungan ini ka
Sayang :
Loh kenapa nai memang salah ku apa nai
Naila :
Kamu gak salah aku cuma mau kita putus
Sayang :
Pasti karna disuruh kakak kamu kan nai
Nai jawab?
Nai?
Sayang?
Nai aku cinta sama kamu nai
Nai aku mohon?
Nai kalo memang kamu gak mau kita pacaran kita bisa menikah nai aku akan melamar mu nai?
Nai jawab!
Nai
Sayang
Nai?
"Aku udah putusin pacarku" kata Naila.
"Syukurlah makasih nai udah mau nurutin kakak" ucap Hanifah.
"Kak kalo aku gak pacaran dengan Raka kita bisa kan kak nikah Raka mengajakku nikah" bujuk Naila.
"Naila" kaget Raihan kenapa dia merasa cemburu jika Naila menikah dengan orang lain apa mungkin dia ada perasaan suka sama Naila.
"Kenapa kamu kaget gitu mas" tanya istrinya.
"Eng...ggakk...paa..paa sih kaget aja gitu kenapa dia tiba-tiba ngajak nikah, menurutku Naila jangan mau nikah sama dia Raka itu bukan cowok baik-baik mana ada sih cowok baik memegang paha perempuan" jawab Raihan dengan gugup.
"Bapak gak usah deh ikut campur masalah gw dengan kakak gw" marah Naila.
"Hah? Nai apa benar yang dikatakan suami kakak kamu di pegang sama dia kenapa kamu diam aja nai jawab kakak" marah Hanifah.
"Itu udah biasa kak gak perlu khawatir" jawab dengan santainya.
"Menurut kamu biasa saja nai dia itu sudah melecehkan kamu" emosi Hanifah.
"Itu beda kak kalo aku dilecehkan itu aku sudah diperkosa sama dia kak sama sekali aku belum memberikan mahkota ku ke dia" kata Naila.
"Sama aja nai" ucap Hanifah.
"Seterah kakak aku pusing nurutin kemauan kakak terus" Naila pun langsung pergi ke kamarnya.
"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah."Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya.Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun.Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi."Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya."Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah."Bukan apa-apa kok mas" jaw
Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya."Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya."Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya."Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja."Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu."Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya."Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya."Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas y
"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah. "Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya. Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. "Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. "Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. "Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang. "Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagu
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Dia memang sudah punya keluarga suaminya pun sudah ada didepan mata" kata Raihan dengan tersenyum Naila menatap tajam Kepada suaminya "Nai maksud yang dibilang pak Raihan itu apa masa iya lu menikah Sama kakak ipar lu sendiri lu hianatin kakak lu sendiri nai gw gak nyangka Sama lu nai" ucap Tasya "Istri saya yang menyuruh saya untuk menikahi Naila" jelas Raihan sedangkan Naila hanya diam saja dia bingung harus jawab apa lagi lebih baik dia diam saja "Nai gw kecewa sama lu gw sahabat lu nai kenapa gak cerita sama gw sih" omel Tasya kemudian dia beranjak dari duduknya tapi dicegah oleh Naila dengan memegang tangannya "Sya tunggu dulu nanti di kost-an lu baru gw ceritain semuanya tapi tolong kali ini percaya sama gw" Naila tidak sanggup jika harus kehilangan sahabat yang satu ini lalu Tasya pun kembali duduk ditempatnya "Ada apa bapak manggil saya ke sini" "Panggil mas sayang gak boleh loh manggil suami kaya gitu" goda Raihan dengan sedikit mencubit pipi Naila tapi dia menghindar
Sampai kapan pun saya gak akan melepaskan mu -Raihan "tapi perasaan cinta mas sudah hilang ke Hani dan mas sudah mulai cinta dengan kamu nai" jelas Raihan dengan menggenggam tangan Naila sampai di depan kampus sebelum Naila turun dari mobilnya dia mencium tangan suaminya tidak ada perkataan lagi dia langsung turun dari mobil suaminya. Di jam pelajaran Raihan dia masuk ke kelas Naila dia melihat istrinya sedang melamun mungkin masih memikirkan masalah tadi "Nai" panggil Tasya yang duduk disebelahnya sambil menyenggol bahu Naila untuk menyadarkannya bahwa didepannya sudah ada dosen tapi dia tetap melamun baru tadi pagi dia memikirkan tentang perkataan kakaknya Sekarang ditambah lagi dengan ucapan Raihan suaminya itu Raihan masih menatap Naila sedangkan Tasya dia merasa ketakutan takut jika sahabatnya itu dimarahi oleh dosennya yah dia beluk tau jika Naila dengan dosennya sudah menikah "Nai" panggil Tasya sekali lagi dengan mencubit bahu Naila dia baru saja merintih kesakitan karena
"Kenapa bukannya tujuan kalian ingin mempunyai anak kan" Sindir Hanifah karena dia ingin adiknya cepat-cepat cerai dengan suaminya dia hanya ingin tidak ada lagi penghalang mereka berdua"Maaf kak kemarin kaki ku sakit jadi gak bisa deh" lirih Naila dengan menundukkan kepalanya"Kakak gak mau tau besok malam kamu harus melakukannya kalo malam ini kan jatah mas raihan tidur di kamar ku jadi besok kamu harus melakukannya" jelas Hanifah membawa masakan tadi ke meja makan tidak berapa lama Raihan baru datang dari masjid dan kami pun mencium tangannya setelah itu kami bertiga duduk di kursi kosong"Mas nanti malam tidur dikamar ku kan" tanya Hanifah kepada suaminya"Iya" Raihan pun hanya menjawab dengan singkat dan menatap Naila yang sedang melamun"Mas mau pake lauk apa" Hanifah melayani makanan suaminya itu Naila hanya terdiam padahal dia cemburu melihat keromantisan mereka berdua"Apa aja Sayang" hati Naila sakit mendengar panggilan Raihan untuk Hanifah kenapa dia harus cemburu seharusn
Apakah aku sanggup jika harus kehilangan Raihan jika anak kita sudah lahir nanti rasanya tidak?-Naila"Aku ke kamar dulu yah" pamit Raihan Kemudian kembali ke kamarnya dengan membawa baskom yang berisi air hangat"luruskan kaki kamu" perintah Raihan lalu Naila pun menurutinya Raihan menetes handuk itu dan menempelkannya di kaki Naila yang sedikit membengkak"Awhh" rintihan Naila yang membuat kakinya sakit"Maaf sakit yah" Raihan merasa bersalah karena tidak pelan-pelan menempelkannya lalu Naila mengangguk setelah selesai mengompres kaki Naila dia pun menaruh baskomnya ke dapur tadi dan kembali ke kamarnya"Makasih mas udah ngobatin aku" ucap terima kasih Naila lalu Raihan mengangguk"Sudah kamu tidur sekarang" sambil membawa bantal berjalan ke arah sofa depan kasur"Mas kamu kenapa tidur di sofa" tanya Naila yang aneh melihat suaminya itu membawa bantal dan tidur di sofa depannya"Saya gak mau ganggu tidur kamu" jawab Raihan"Mas malam ini kan malam..." Belum sempat Naila berbicara R
Hari ini adalah pernikahan Naila dengan Raihan saat ini Naila sedang di dandani oleh kakaknya yaitu Hanifah yah di membantu adiknya make up setelah selesai kami pun menunggu Raihan mengucap ijab qobul nya“Saudara Raihan wadihan Muammar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Nur Naila Habibah dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dan surah Ar-Rahman dibayar tunai” ucap Abiku dengan tangan yang menggenggam erat tangan Raihan seakan mempercayai Raihan untuk menyerahkan Naila seutuhnya“Saya terima dan kawinnya Nur Naila Habibah binti Abdul malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai”Raihan mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Naila untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.“Bagaimana para saksi” tanya penghulu“SAH” Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang. “Alhamdulilah” didalam kamar Naila menatap cermin tak percaya jika hari ini
"Nai saya gak bisa melupakannya saya udah mencoba tapi gak bisa nai saya mencintai kamu" ucap Raihan "Kenapa bapak mencintai saya, saya itu bad girl pak selalu bikin ulah dikampus beda dengan kak Hani dia Sholeha, cantik, baik lagi" merendahkan dirinya jika dirinya tidak pantas disandingkan dengan kakaknya "Nai saya mencintai kamu karena kamu itu baik, cantik akhlaknya juga mulia kok kamu bisa kan perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik lagi" Raihan masih menatap mata Naila "Bapak gak ingat perjanjian kita kalo di pernikahan kita nanti kita gak boleh saling mencintai" Naila meneteskan air matanya dengan penuh luka "Saya bakal batalin perjanjian itu saya mau kita bersama-sama nai saya gak mau pisah di pernikahan kita nanti" "Kalo kak Hani tau gimana pak" "Kita diam-diam nai" kata Raihan "Perlahan-lahan semua pasti terbongkar pak" ucap Naila dengan menundukkan kepalanya "Kita berjuang bersama-sama demi cinta kita nai" ujar Raihan dengan tersenyum Setelah Naila pulang diantar
"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah. "Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya. Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. "Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. "Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. "Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang. "Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagu
Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya."Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya."Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya."Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja."Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu."Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya."Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya."Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas y
"Ya Allah kapan adik hamba berubah" kata Hanifah."Sabar Han aku yakin kok dia pasti berubah" Raihan menenangkan istrinya dengan mengusap bahunya.Pagi hari kepala Hanifah pusing dan mual hari ini lalu dia mengecek dengan tes pack apakah dia hamil atau tidak dikamar mandi Hanifah menangis.karena hasilnya negatif sampai hari ini dia belum hamil sudah 7 tahun Pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai anak sekarang umur Raihan sudah 29 tahun sedangkan Hanifah sudah 28 tahun.Dia ingin sekali memberikan suaminya keturunan tapi dia gak bisa Raihan yang sedang dikamar dia mendengar tangisan istrinya di kamar mandi dia mengetuk pintu kamar mandi."Sayang kamu kenapa nangis" mengetuk pintu kamar mandi Hanifah membukakan pintu kamar mandinya dengan mata sembab dan menyembunyikan sesuatu dibelakangnya."Yang dibelakang apa itu" tanya Raihan yang melihat sesuatu di belakang Hanifah."Bukan apa-apa kok mas" jaw