Share

Chapter 29

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-12 02:40:53

"Makanlah dulu!"

Seporsi nasi liwet itu sudah terhidang di depan Redita, ia hanya tersenyum kemudian mulai meraih sendoknya. Mereka akhirnya berhenti di sebuah warung lesehan yang menjual nasi liwet khas Solo. Makanan wajib yang harus dicoba kalau berkunjung ke Kota Bengawan ini.

"Harusnya jangan langsung makan yang bersantan, Re. Perut kamu kosong dan kamu ...," Adnan tidak melanjutkan kalimatnya ketika Redita tidak jadi menyuapkan nasinya dan malah menyimak ucapan Adnan.

"Makanlah dulu," Adnan tersenyum, ditatapnya gadis dengan mata sembab itu.

"Dokter tidak makan?" Redita menatap Adnan yang hanya tersenyum melihat dia makan.

"Makanlah, jangan pikirkan aku, Re."

Redita kembali tersenyum, ia mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Jantungnya berdegub kencang, terlebih ketika menatap wajah Adnan yang tampak segar dan santai tanpa pakaian dinas dan snelli itu.

"Dokter sangat baik, entah apa yang akan terjadi pada saya kalau tidak ada

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Ujung Senja   Chapter 30

    “Astaga, Re? Kamu sudah masuk koas?” Claudia terkejut bukan main ketika melihat Redita muncul di parkiran.Redita hanya mengangguk dan tersenyum, ia bergegas meletakkan helmnya dan melangkah mendekati Claudia yang masih tercenggang tidak percaya itu. Sudah ia duga, pasti banyak yang akan terkejut melihat dirinya sudah kembali muncul di rumah sakit untuk melanjutkan kepaniteraan kliniknya.“Re, kamu baik-baik saja kan?” Claudia masih tidak percaya bahwa sahabatnya itu sudah kembali aktif koas lagi setelah kemarin mamanya meninggal dunia.“Baik, aku baik-baik saja, Clo. Santailah!”Claudia hanya mengangguk dan tersenyum, mereka kemudian melangkah bersamaan masuk ke dalam rumah sakit. Dari ujung matanya, Redita melihat mobil yang sudah sangat tidak asing di matanya itu. Itu mobil Dokter Adnan! Sosok itu kemudian turun dan tersenyum ke arahnya, membuat hari Redita menjadi lebih baik, makin baik lagi.Redita hanya men

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • Di Ujung Senja   Chapter 31

    “Jadi Re, ini unit apartemen saya.”Adnan membuka pintu itu lebar-lebar dan membantu Redita membawa masuk kopernya ke dalam. Redita tertegun melihat betapa rapi unit apartemen itu. Tidak terlalu mewah sih, namun ia tahu satu unit apartemen ini pasti harganya juga lumayan karena apartemen ini berada di tengah kota dan termasuk dalam kategori apartemen mewah dan ekslusif.“Ada dapurnya juga, jadi kamu tidak perlu bingung kalau ingin makan sesuatu, habis ini belanjalah kebutuhan mu, sudah cek rekening? Saya sudah transfer saku untuk keperluanmu selama sebulan.” Adnan tersenyum, menatap Redita yang tampak masih begitu terkesima dengan unit apartemennya.“A-apa? Bagaimana, Dok?” Redita benar-benar terkejut, Dokter Adnan sudah mentrasnfer uang untuknya?“Cek rekeningmu, saya sudah transfer ke rekeningmu, itu untuk satu bulan ya!” tampak wajah itu tersenyum begitu manis.“Dok, sa-saya ...,”

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Di Ujung Senja   Chapter 32

    Redita sudah siap dengan scrub dan snelli-nya, ia hendak berangkat ke rumah sakit ketika kemudian pintu unit apartemen itu terbuka, nampak Dokter Adnan muncul dengan sama rapinya. Ah ... sosok pria matang itu memang selalu rapi dan bersih. Oh ya jangan lupa ia selalu wangi dalam kondisi apapun."Re, mau berangkat sama saya atau berangkat sendiri?" tanya sosok itu lalu masuk dan melangkah mendekati Redita yang masih tertegun berdiri di depan pintu kamar."Saya berangkat sendiri saja, Pak." jawab Redita gugup.Redita tersenyum, melihat sosok itu dengan snelinya membuat Redita makin jatuh hati. Sungguh Redita benar-benar terpesona melihat Dokter Adnan ketika sedang dalam balutan snelli-nya. Wibawanya benar-benar kuat sekali jika sosok itu dalam balutan jas kebanggan para dokter yang putih bersih, membuat pesonanya begitu kuat terpancar. Entah itu hanya menurut Redita atau menurut pandangan orang lain sama, ia sendiri tidak tahu."Oke kalau begitu, nih buat s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Di Ujung Senja   Chapter 33

    Setelah Amanda pamit dari ruangannya, Adnan bergegas keluar mencari Redita. Ia lihat betul mata memerah itu, ia lihat betul sorot mata kecewa dan terluka itu ... apakah ini artinya ....Ahh ... Adnan tidak mau banyak berspekulasi, ia dengan tergesa melangkah ke ruang koas sebelum ia harus masuk OK untuk kembali menjalani beberapa operasi hari ini. Ia harus menemui Redita, setidaknya melihat bagaimana kondisi gadis itu, kalau perlu menanyainya tentang apa arti tatapan mata Redita tadi."Ada lihat Redita?" tanya Adnan pada beberapa mahasiswanya yang ada di ruangan itu."Izin pulang, Dokter, katanya sedang tidak enak badan.""Lho, bukannya tadi baik-baik saja?" tanya Adnan terkejut, tidak percaya. Tidak enak badan? Yang benar saja!"Iya betul Dokter. Tadi mendadak katanya pusing, Dok. Izin sama Dokter Stefan tadi," jelas seorang mahasiswi sambil menatap Adnan lekat-lekat.Adnan hanya menghela nafas panjang, ia hanya mengangguk kemudian bergegas

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Di Ujung Senja   Chapter 34

    "Gila, ini pesta apaan sih kenapa diadakan di sini?" protes Redita pada Yanven ketika mereka memasuki ruangan penuh gemerlap dan penuh sesak itu.Ruangan dengan lampu bergemerlap itu tampak hinggar binggar dengan ratusan orang-orang yang berjogetan di lantai dansa macam orang kesetanan. Asap rokok mengepul di mana-mana, musik yang dimainkan oleh disk jockey begitu memekakan telinga, ya walapun Redita akui musiknya asyik juga, namun jujur ia tidak nyaman pergi ke tempat ini."Birthday Party, nah mereka di sana!" Yanven menunjuk gerombolan anak muda yang duduk di paling pojok, dengan kue tart di meja mereka."Jadi anak hukum kalau party sukanya seperti ini ya?" gerutu Redita ketika Yanven menyeretnya mendekati teman-temannya."Ya begini lah, kalau anak kedokteran gimana? Di aula rumah sakit?" cibir Yanven sedikit berteriak, suara riuh di sekitar mereka membuat mereka perlu suara yang lebih keras untuk berkomunikasi."Di laboratorium anatomi," jawab R

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Di Ujung Senja   Chapter 35

    "Coke," guman sosok itu sambil menyodorkan gelas itu.Redita menatap sosok itu dengan seksama, ia tampak ragu. Sosok itu tersenyum, ia tahu kalau gadis di hadapannya itu sedang meragukan dirinya."Ini cuma soda, nggak akan bikin mabuk," ia tertawa kecil, membuat Redita jadi kikuk."Terima kasih," Redita dengan ragu meraih gelas itu, menyesapnya sedikit. Benar, ini cuma coke."Oh ya nama kamu siapa?" sosok itu mengulurkan tangannya."Redita," jawabnya singkat."Aku Rangga, udah lulus sih semester kemarin, cuma kebetulan kenal sama Janice," jelasnya panjang lebar.Redita hanya menyimak saja, ia kembali meneguk gelasnya, cuma coke, ini benar-benar cuma coke kok. Hinggar binggar suasana pub itu sedikit menyusahkan obrolan mereka, membuat Rangga terpaksa menggeser duduknya sedikit lebih dekat.Kenapa Redita sangat tidak nyaman dengan sosok itu? Kenapa?***"Re ...," Adnan membuka pintu apartemen itu, dan tertegun menda

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Di Ujung Senja   Chapter 36

    Redita mengerjapkan matanya perlahan-lahan, kepalanya terasa begitu berat, tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga. Redita kemudian tersentak luar biasa ketika sadar ia sedang tidur dengan sosok itu duduk di sebelahnya. Sontak ia bangkit dan mendapati Dokter Adnan tengah tidur dengan duduk bersandar tepat di sisinya.Redita langsung pucat, bukan kah tadi dia sedang berada di ... astaga! Redita menepuk jidatnya dengan gemas. Samar-samar ia ingat diberi minuman yang begitu pahit dan terasa membakar tenggorokan oleh laki-laki bernama Rangga itu, dan sekarang bagaimana ia bisa berada di sini? Dengan sosok itu di sebelahnya?Mendadak Redita tersentak untuk kesekian kali, ia meraba seluruh tubuhnya, utuh! Ia lantas menghela nafas panjang, matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi itu.Ia sontak menepuk gemas jidatnya, bagaimana bisa sih semua ini terjadi? Sudah bisa ia bayangkan bahwa sosok itu akan ngamuk karena Redita sudah melanggar dua perat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Di Ujung Senja   Chapter 37

    "Apakah orang itu saya, Re? Kamu cinta sama saya?"Redita tersentak, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar itu, air matanya menitik, apa yang harus ia katakan sekarang? Adnan masih menggenggam tangannya erat, matanya masih begitu hangat dan lembut menatap ke dalam mata Redita. Adnan sudah tahu semuanya, lantas ia harus jawab apa sekarang? Apa yang harus dia katakan?"Jangan nangis, Re. Cukup kamu jawab!" guman Adnan lirih ketika Redita belum mau bersuara.Redita menyeka air matanya, kemudian menganggukkan kepalanya perlahan. Adnan kini yang tertegun di tempatnya duduk, jadi benar kalau gadis ini jatuh cinta kepadanya? Ia menatap dengan seksama gadis yang berurai air mata di hadapannya itu. Jadi semua itu benar dari dalam hati Redita? Bukan hanya racauan efek alkohol semata?"Beri saya alasan kenapa kamu mencintai saya, Re? Kenapa bukan Andaru?" tanya sosok itu masih menggenggam erat tangan Redita, jantungnya berdetak dua kali lebih kencang, takikardi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01

Bab terbaru

  • Di Ujung Senja   Extra Part 15

    Redita hendak kembali pulang selepas jaga malam pagi itu ketika ia mendapati Land Cruisser yang ia tahu betul adalah milik sang suami sudah terparkir di halaman parkir rumah sakit. Tak beberapa lama sosok itu turun dari mobil, tersenyum begitu manis ke arahnya.Rasanya Redita ingin berlari dan menjatuhkan diri di pelukan sang suami kalau saja mereka tidak sedang berada di halaman rumah sakit saat ini. Jadi Redita sekuat tenaga menahan keinginannya untuk melakukan hal itu, ia melangkah perlahan mendekati sang suami yang tersenyum begitu lebar ke arahnya.“Hai suamiku,” sapa Redita lalu mengulurkan tangannya, bergegas mencium punggung tangan Adnan begitu uluran tangannya terbalas.“Hai juga isteriku, kamu tampak lelah. Bisa kita pulang sekarang? Aku rindu dengan jagoan kecilku.”Redita sontak mencebik, ia memanyunkan bibirnya yang sukses membuat Adnan terkekeh melihat perubahan wajahnya itu.“Jadi pulang cuma kangen sama

  • Di Ujung Senja   Extra Part 14

    Beberapa hari kemudian ... “Dokter!” Redita setengah berlari mengejar langkah dokter Ricard, beliau adalah dokter bedah yang bertanggung jawab pada sang nenek pasca operasi kemarin. Dan hari ini adalah visiting terakhir, bukan? Kondisi sang nenek sudah lebih baik, dan itu artinya dia sudah boleh pulang. Untuk itu Redita ingin melihat wajahnya, mungkin untuk terakhir kalinya dia bisa melihat wajah-wajah yang dulu menorehkan luka dengan begitu dalam di relung hati Redita itu. “Ada apa, Re?” tanya dokter Richard yang tampak mengerutkan kening melihat Redita berlari-lari menghampirinya itu. “Boleh saya ikut visiting, Dok?” mohon Redita dengan nafas terenggah-enggah. “Tentu boleh, bukan kah pasien itu pertama kali datang kamu yang pegang?” tampak dokter Ricard tersenyum, ia sudah hendak kembali melangkah ketika kemudian tangan Redita mencekal tangan dokter Richard, mencegahnya melangkah lebih jauh. “Dok, tunggu sebentar!” Dokter Ric

  • Di Ujung Senja   Extra Part 13

    Redita tersenyum menatap sosok itu yang masih terbaring tidak sadarkan diri. Beberapa alat medis masih menempel di tubuh renta itu. Ia sudah berhasil melewati masa kritisnya, tinggal menanti dia kembali sadar dan kondisinya pulih.Redita meraih tangan berkeriput itu, meremasnya perlahan dengan hati yang teramat pedih. Bayangan masa lalu dimana sosok itu dengan tangan yang saat ini Redita genggam, sering menamparnya, menjewer telinga Redita sampai memerah, mecubit pahanya sampai memar membiru dan terkadang memukul kakinya dengan gagang sapu. Belum lagi, mulut yang sekarang terpasang ventilator itu, dulu begitu pedas tiap mengata-ngatai dirinya, mencaci-maki Redita yang bahkan dulu masih begitu kecil dan tidak paham apa-apa.Redita menghela nafas panjang, berusaha melupakan semua itu meskipun rasanya begitu sulit dan tidak semudah yang ia katakan. Redita melirik jam dinding, sudah pukul setengah enam, ia bergegas merogoh saku snelli-nya, mengambil masker medis yang

  • Di Ujung Senja   Extra Part 12

    "Iya Sayang, stok ASIP Adta sudah ready banyak di kulkas, jangan khawatir ya." Redita tersenyum, malam ini ia harus jaga IGD sampai besok pukul tujuh pagi. Dan Adnan sudah ribut khawatir dengan Adta katanya."Benar? Apa perlu aku balik ke sana sekarang?"Sontak Redita tertawa, ah lebay sekali bapak tiga orang anak itu? Sebelum mereka kembali bertemu, toh Adta baik-baik saja jika dia ada jaga malam, kenapa sekarang dia jadi begitu khawatir?"Sudah, tenang saja! Jagoan kecil kita aman dan akan baik-baik saja, Sayang." guman Redita lirih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua akan baik-baik saja."Yasudah, kabari aku terus ya. Aku benar-benar khawatir dengan kalian berdua."Redita tersenyum, hatinya berbungga-bungga mendengar nada kekhawatiran itu meluncur dari bibir sang suami. Rasanya ia begitu bahagia mendengarnya. Bagaimanapun, setua apapun laki-laki yang menjadi suaminya ini, dia benar-benar sosok yang begitu peduli dan penyayang. Ah ... sung

  • Di Ujung Senja   Extra Part 11

    Adnan tersenyum ketika mendapati panggilan dari nomor itu, nomor yang ia tunggu untuk memberinya kabar perihal perkembangan pendaftaran itsbat nikahnya. Semoga semuanya lancar dan tidak perlu waktu lama ia bisa mendaftarkan pernikahannya dan memperoleh apa yang sudah ia janjikan kepada sang isteri sejak dulu.“Halo, gimana Fan?” tanya Adnan yang sudah sangat tidak sabar itu.“Berkasnya sudah masuk, Dok. Sudah diurus sama isteri saya, nanti tinggal tunggu kabar persidangannya saja ya, Dok.”Wajah Adnan makin cerah, senyumnya mengembang sempurna mendengar hal itu. Redita pasti akan sangat bahagia mendengar kabar ini, bukan? Impiannya untuk bisa segera memiliki buku nikah dan menikahi Redita secara resmi akan terwujud.“Baik, saya berterima kasih sekali padamu, Fan. Sampaikan ucapan terima kasihku pada isterimu juga, ya.”Adnan menyandarkan tubuhnya di kursi, hatinya tengah berbunga-bunga. Rupanya inilah kebahagiaan

  • Di Ujung Senja   Extra Part 10

    Adnan mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di halaman rumahnya. Mobil Edo dan Arra masih ada, itu artinya dia masih di sini, belum kembali ke Jogja dan Arra belum balik ke rumah Yudha. Ya ... memang seperti itu, bukan? Selama Edo masih harus pendidikan di Jogja, Edo harus terpisah dari sang isteri karena Arra sudah dinas di salah satu rumah sakit swasta di Solo dan sebuah klinik. Jadi lah tiap Edo di Jogja Arra lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya karena di rumah Adnan ini ia merasa kesepian.Adnan bergegas turun, melirik arlodjinya dan masuk ke dalam rumah. Sudah pukul setengah lima. Bisa lah dia mandi besar dulu lalu sholat subuh dan bersiap berangkat ke rumah sakit. Adnan bergegas naik kelantai atas, hanya dapur yang sudah tampak menyala lampunya, yang artinya dua asistennya sudah sibuk menyiapkan sarapan dan melakukan pekerjaan lain.Adnan bergegas masuk ke dalam kamar, mandi dan bersiap sholat. Ia tersenyum menatap kamarnya itu. Kelak kamar ini ak

  • Di Ujung Senja   Extra Part 9

    “Aku pamit balik Solo dulu, Sayang. Jaga anak kita baik-baik ya?” Adnan mengecup kening sang isteri, kemudian beringsut mendekati Adta yang terlelap begitu nyenyak di dalam box-nya. Rasanya berat sekali Adnan hendak kembali, namun ia masih punya tanggung jawab, bukan? Terlebih sekarang ia punya tanggungan membiayai Adta, belum lagi Edo masih beberapa tahun lagi lulus PPDS-nya, ah ... itulah yang selama ini selalu membuat Adnan semangat tetap bekerja.“Mas hati-hati ya, kabari kalau sudah sampai Solo.” desis Redita lalu memeluk erat sang suami.Adnan hanya tersenyum, melepaskan Redita perlahan-lahan lalu mengecup keningnya perlahan. Hanya sekilas, karena kemudian kecupan itu turun mengecup bibir Redita penuh cinta, ya walaupun juga hanya sebentar.“Pasti, akan saya kabari selalu, Sayang!” Adnan tersenyum, kemudian meraih kunci mobil dan dompet yang tergeletak di atas lemari Adta.Redita menyodorkan jaket milik Adnan, mem

  • Di Ujung Senja   Extra Part 8

    Edo bangkit dari ranjang, senyumnya merekah melihat betapa lelap Arra yang tubuhnya masih polos itu. Ia melirik jam dinding, sudah pukul satu dini hari dan papanya belum ada tanda-tanda pulang dari rumah mama tirinya itu? Padahal besok pagi dia harus dinas, bukan?Edo meraih baju-bajunya yang tadi ia lempar sembarangan ketika sudah tidak tahan lagi untuk menyentuh sang isteri. Siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh dengan lekuk indah dan kulit putih bersih itu? Dia laki-laki normal, jadi tentu lah ia langsung kalang-kabut begitu mendapati sang isteri sudah dengan lingerie warna merah itu.Dasar Arra, memang umurnya masih kecil, tapi ia sudah sangat matang rupanya, bahkan untuk urusan ranjang seperti ini. Ah Edo tidak salah pilih, bukan? Edo bergegas memakai kembali bajunya, meraih bungkus serta ‘benda’ bekas pakai itu dari atas nakas dari atas meja dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada di kamar mandi.Ya ... meskipun dia dan Arra sudah m

  • Di Ujung Senja   Extra Part 7

    “Mas, katanya besok sudah dinas?” tanya Redita ketika sore itu Adnan belum ada tanda-tanda hendak balik ke Solo, ia malah menggendong Adta dan sama sekali tidak melepaskan bayi itu barang sedetik pun.“Ah, jadi kamu hendak mengusir suamimu sendiri?” Adnan mencebik, memang kenapa kalau besok dia sudah dinas?Redita terkekeh, kenapa jadi baper macam ABG kemarin sore sih suaminya ini? Ia mendekati Adnan yang tampak begitu bahagai dengan Adta yang berada dalam gendongannya. Kenapa rasanya bahagia sekali melihat betapa manis bapak dan anak itu ketika sedang seperti ini?“Bukan begitu Sayang, besok kan pasti masuk pagi.” Redita memeluk suaminya itu dari belakang, jendela kamarnya aman kok, meskipun tirai terbuka, tidak akan ada yang melihat apa yang mereka lakukan kecuali jika sengaja ingin mengintip.“Aku balik subuh boleh kan? Masih kangen sama kamu, sama jagoan kecilku ini.”Redita hanya tersenyum dan me

DMCA.com Protection Status