Berapa terkejutnya mendengar bahwa Gilang diam diam tak sengaja mendengar ucapan mereka berdua, pak Usman dan juga Lisa membulatkan matanya.Berjalan perlahan mendekati Lisa dan juga pak Usman."Sayang, siapa itu Tomi? kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan dariku?""Nak Gilang, Tomi itu tidak penting, sudah jangan di bahas lagi?" jawab pak Usman."Tapi pak, kenapa sejak tadi bapak dan Lisa membahas pria itu? lantas siapa dia? apakah dia ada hubungannya dengan istriku?" tanya Gilang pada pak Usman."Iya, dia adalah pria yang jahat, tidak punya perikemanusiaan dan juga ia adalah seorang ayah yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri, Mas, aku mohon jangan bahas soal dia, aku tidak ingin membahasnya, jika membahasnya hanya mengingatkan aku dalam kejadian di mana bersama orang itu, di hina, di siksa dan caci." Jawab Lisa."Maafkan aku, jika pertanyaanku membuat kamu menjadi teringat akan kejadian keji itu, lain kali mas tidak akan menanyakannya lagi sayang." Kata Gilang yang m
Pagi itu Lisa yang seperti biasa, aktivitas kesehariannya mencuci baju, membereskan rumah, masak dan juga menyiram bunga.Walau di rumah Bu Ranti ada asisten rumah tangga, namun Lisa selalu membantunya, tanpa sungkan dan berat tangan.Pagi itu Lisa menyiram tanaman bunga milik Bu Ranti, semua bunga bermekaran indah di pandang, air yang segar membasahi tanaman itu agar menjadi segar tak lagi layu."Ehem," suara deheman milik pria di belakang Lisa yang berhasil membuat Lisa terkejut setengah mati."Astaghfirullah," ucap Lisa seketika saat kaget."Maaf Nona, jika aku mengangetkan mu.""Mas, Aldo, ada apa?" tanya Lisa saya menoleh ke belakang ternyata itu Aldo yang sedang berdiri tepat di belakangnya."Tidak ada, aku hanya ingin melihat kamu, Hmm, maksudku, aku hanya ingin melihat kamu menyiram bunga itu saja tidak lebih." Jawabnya dengan menatap Lisa."Oh," Lisa hanya memberi Oh saja."Apa kamu tidak keberatan untuk aku berada di sini?"Lisa menggeleng, namun sebenarnya ia tak enak jika
Lisa yang sedang memasak tiba tiba saja di hampiri oleh Aldo. Pria tampan dengan berbadan sedikit kekar itu tidak pernah putus asa untuk mendekati istri dari saudaranya sendiri.Lisa yang sedang memasak pun bingung harus melakukan apa, sebenarnya hati Lisa tak enak jika Aldo selalu berada di rumah itu, ia benar benar bingung."Lisa, tolong buatkan saya kopi hitam ya? dan saya minta tolong kamu antarkan ke kamar saya," titahnya kepada Lisa."Tapi mas, kenapa tidak di minum di ruang tamu saja?""Aku lagi malas sekali untuk duduk di ruang tamu, kamu tidak keberatan bukan?"Lisa menggeleng lalu kemudian aldo pergi dengan tersenyum, Lisa segera membuatkan segelas kopi hitam untuk Aldo.tidak lama setelah itu, Galang datang dan Lisa sangat lega, Gilang yang melihat istrinya tersenyum pun terheran."Ada apa sayang?"Lisa tersenyum manis menatap suaminya itu, "wahai suamiku, boleh kah aku meminta tolong sesuatu padamu?""Tentu sayang, mau minta tolong apa?""Sayang, tolong antarkan kopi ini p
Hingga pada akhirnya Lisa dan juga Gilang telah menikah sudah satu tahun, bisa pun hamil dan kehamilannya memasuki usia 5 bulan.Lisa mengandung anak dari pernikahannya bahkan Lisa juga tak menyangka jika dirinya bisa mengandung anak dari Gilang.Gilang mengadakan syukuran atas kehamilan Lisa yang ke 5 bulan dan bilang juga akan melaksanakan syukuran kembali di saat usia 7 bulan. karena Gilang begitu bahagia atas kehamilan istrinya ia akan mengadakan syukuran dari usia 5 bulan dan juga 7 bulan.Lisa juga diajak oleh gilang untuk melakukan USG. dan mereka mendapatkan hasil USG menunjukkan bahwa jenis kelamin anak Lisa dan juga Gilang adalah laki-laki.Gilang begitu sangat bahagia karena anak pertamanya adalah perempuan dan anak kedua adalah laki-laki. Menurut Gilang kini hidupnya begitu sempurna Kiki juga sudah mulai belajar berbicara dan Lisa telah mengandung anaknya."sayang mas ngadain syukuran ini untuk mengucap rasa bahagia mas karena kamu sudah hamil dan Kiki akan mendapatkan adik
"Yaelah kayaknya kagak ada sasaran empuk nih buat ngisi kantong. Mana gue haus banget lagi, duit juga kagak ada, gue lupa, nasib banget kalau jadi orang pelupa, gini amat yaelah," gerutuk Kiki saat sampai di kampus.Saat Kiki duduk dimejanya, tiba tiba ia melihat teman sekelasnya itu hendak membeli minuman namun dia malas untuk keluar."Kiki, Lo mau beliin gue makanan sama minuman kagak?""Pucuk dicinta duitpun tiba! Yaelah kalau beginikan gue bisa ngisi kantong. Hehe," gumam Kiki dengan peringas peringis."Lu mau kagak? Ngapain lu cengengesan? Kesambet Lo ya?""Iya iya Des gue mau. Mana duitnya?" kila mengulurkan tangannya meminta uang dari temannya untuk berbelanja."Nih. Itu upah lu lima ribu, dan sisanya Lo balikin ke gue""Iya beres""Tapi ingat ya?""Apa lagi sih Des?""Jangan Lo korupsi. Lima ribu aja buat Lo. Itu masih ada kembalian dua puluh entar Lo ambil lima ribu berarti masih lima belas di gue""Iya iya. Bawel amat lu. Kagak percayaan sama gue""Ya udah Sono lu, ngapain m
Lisa menatap ke arah Gilang dan juga Kiki."Kenapa malah pada ketawa?""Tidak, tidak ada, hanya lucu saja." Jawab Gilang dengan terkekeh."Mas pasti sama kan ngatain Lisa sama seperti Kiki?""Tidak jangan suuzon dong sayang," jawab Gilang."Iya itu Ibu mah sok tahu," jawab Kiki dengan terkekeh."Udah diem kamu Kiki, hati ibu sedang tidak baik baik saja, mana kejutannya? Sini ibu mau lihat apa coba?""Yaelah. Kagak mau ditebak tebak dulu gitu ya? Biar kesannya menegangkan gitu.""Alah udah kagak usah. Jantungan yang ada kalau tegang, udah mana sini kasih ke ibu, apaan kejutannya Ki?"Kiki memperlihatkan amplop yang ia pegang ditangannya lalu memberikan kepada ibunya."Tara.....!!! Nih buat Ibu, diambil aja jangan malu malu kayak sama anak tiri aja. Hehe""Apa ini maksudnya ya? kok ayah tersungging." Kata Gilang menyipitkan mata namun tersenyum."Iih ayah, baperan deh, kayak yang Sono noh," kata Kiki lalu terkekeh."Siapa?""Itu tuh."Lalu Kiki dan juga Gilang terkekeh bersama, ayah dan
Tak lama Kiki pun keluar dari dalam ruangan tempat baju itu. Saat dia keluar ia menabrak pria yang tadi mengajaknya kemall untuk pergi beli baju."Aduh...!!" Ucap mereka bersamaan saat tak sengaja bertabrakan.Mata pria itu membulat sempurna saat menatap Kiki dan Kiki memegang keningnya yang terhentuk tubuh pria itu."Astaga!!! Lo ngapain masih pakek baju butut itu. Lo kagak denger apa yang gue bilang sama Lo!"Kiki menantap pria itu. Mata kiki membulat sempurna dan mengepalkan tangannya.Plak!!!Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi mulus pria itu."Heh cowok kaya. Gue tahu Lo itu kaya raya, tapi Lo gak bisa hina baju gue sembarangan. Gini gini gue beli baju hasil keringet gue sendiri, gak pakek keringet bapak Lo ya!" Tunjuk Kiki memaki pada pria itu."Sialan ni cewek. Lo kira tangan Lo itu kagak sakit apa nampar gue? Wajah gue ini berharga dan perawatannya mahal. Lebih mahal dari baju murahan Lo itu." "Apa Lo bilang!!! Murahan. Sialan Lo!"Plak!!Kiki kembali menampar pria itu.
Saat Kiki berjalan sendirian tanpa siapapun, bahkan tanpa seorang teman, tiba tiba saja mobil mewah berhenti tepat disamping Kiki berjalan.Kiki terhenti langkah kakinya dan melihat ke arah mobil yang ada disampingnya. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang keluar dari dalam mobil saat itu."El-elo!!!" Tunjuk Kiki kaget dengan membulatkan matanya menatap siapa yang turun dari dalam mobil itu.Plak!!Tangan kiki ditepuk dan disingkirkan."Gak usah norak, Lo""W-what!!"Pria itu membuang muka saat kiki berbicara."Bau banget sih nafas, Lo!"Kiki seketika mencoba menghembuskan nafasnya ditangan dan ia mencoba menciumnya dan kerutan wajah kiki terlihat di sana. Begitu juga dengan pria itu."Astaga!! Ceroboh banget sih gue. Ini pasti gara gara gue tadi lupa gosok gigi, gara gara rebutan kamar mandi sama ibu pagi tadi." Gumam Kiki dengan membulatkan matanya berbicara sendiri dalam hatinya.Pria itu memperhatikan kiki dengan raut wajah bingung menantap kiki lalu kiki nyengir."Ken
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak