Tak lama Kiki pun keluar dari dalam ruangan tempat baju itu. Saat dia keluar ia menabrak pria yang tadi mengajaknya kemall untuk pergi beli baju."Aduh...!!" Ucap mereka bersamaan saat tak sengaja bertabrakan.Mata pria itu membulat sempurna saat menatap Kiki dan Kiki memegang keningnya yang terhentuk tubuh pria itu."Astaga!!! Lo ngapain masih pakek baju butut itu. Lo kagak denger apa yang gue bilang sama Lo!"Kiki menantap pria itu. Mata kiki membulat sempurna dan mengepalkan tangannya.Plak!!!Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi mulus pria itu."Heh cowok kaya. Gue tahu Lo itu kaya raya, tapi Lo gak bisa hina baju gue sembarangan. Gini gini gue beli baju hasil keringet gue sendiri, gak pakek keringet bapak Lo ya!" Tunjuk Kiki memaki pada pria itu."Sialan ni cewek. Lo kira tangan Lo itu kagak sakit apa nampar gue? Wajah gue ini berharga dan perawatannya mahal. Lebih mahal dari baju murahan Lo itu." "Apa Lo bilang!!! Murahan. Sialan Lo!"Plak!!Kiki kembali menampar pria itu.
Saat Kiki berjalan sendirian tanpa siapapun, bahkan tanpa seorang teman, tiba tiba saja mobil mewah berhenti tepat disamping Kiki berjalan.Kiki terhenti langkah kakinya dan melihat ke arah mobil yang ada disampingnya. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang keluar dari dalam mobil saat itu."El-elo!!!" Tunjuk Kiki kaget dengan membulatkan matanya menatap siapa yang turun dari dalam mobil itu.Plak!!Tangan kiki ditepuk dan disingkirkan."Gak usah norak, Lo""W-what!!"Pria itu membuang muka saat kiki berbicara."Bau banget sih nafas, Lo!"Kiki seketika mencoba menghembuskan nafasnya ditangan dan ia mencoba menciumnya dan kerutan wajah kiki terlihat di sana. Begitu juga dengan pria itu."Astaga!! Ceroboh banget sih gue. Ini pasti gara gara gue tadi lupa gosok gigi, gara gara rebutan kamar mandi sama ibu pagi tadi." Gumam Kiki dengan membulatkan matanya berbicara sendiri dalam hatinya.Pria itu memperhatikan kiki dengan raut wajah bingung menantap kiki lalu kiki nyengir."Ken
"Kerja sama apaan nih? Kagak ngerampok kan??" Jawab Kiki ngasal."Yaampun sumpah ya, isi otak Lo itu kriminal terus. Kagak ada apa ya yang waras isi otak Lu??" Ujar Reza dengan menatap kesal ke arah Kiki.Lalu Kiki hanya mengedipkan matanya dan memanyunkan bibirnya dengan menyilangkan kedua tangannya kedada."Udah deh, Lo gak usah banyak mikir. Mending Lo ikut aja rencana gue, dan Lo bisa dapat duit!""Kalau gua dapat duit dari dia, bisa untuk nambahin tabungan gue nantinya, dan gue kan emang lagi butuh banget itu duit." Batin Kiki dalam hatinya."Mau kagak Lo? malah bengong!" Ucap reza."Berapa Lo akan gaji gue?"Reza membisikkan kepada Kiki, seketika Mata kiki membulat sempurna saat mendengar bisikan nominal yang akan di bayar oleh Reza pada Kiki."Gimana, Lo setuju?""Gua kagak denger Lo ngomong apa? telinga gue geli doang. Seperti ditiup Lo?' kata Kiki dengan tersenyum."Astaga!" Jawab Reza."Lo ngomong yang bener dong, kenapa harus bisik bisikkan segala sih?" kata Kiki, yang sebe
"Awas aja Lo, kalau nafsu sama gue. Gue gak akan tinggal diam!" Ancam Kiki menatap ke arah Reza."Iya iya. Kita itu hanya nikah kontrak dan gak akan saling jatuh cinta. Faham!" Tegas Reza."Tapi Lo harus bener bener janji sama gue. Setelah pernikahan lima bulan, Lo akan ceraikan gue!""Iya udah beres itu. Lo kagak usah khawatir. Lagi pula cerai Lo sama gue, Lo masih utuh kok. Kaki tangan Lo masih dijamin lengkap, bahkan Lo juga bakalan dapat duit. Kurang baik apa coba gue sama Lo??""Gue cuma takut, gue dilecehkan sama Lo!" Tunjuk Kiki pada Reza."Lo gak usah berfikir jelek deh tentang gue, gue gak serendah itu, dan gue bukan tipe cewek yang ingkar janji.""Bagus deh kalau gitu, soalnya gini gini gue laki laki baik, ya." Sambung Reza."Baguslah kalau begitu!" kata Kiki."Jadi Lo mau kan? ini deal!""Iya deal. Martabak gue ambil, dan uang jangan lupa Lo siapkan!""Tenang aja Lo, soal duit pasti gue siapkan. Orang kaya ni!""Mana gue tahu, Lo kaya atau gaknya!""Udah deh. Besok orang tua
Saat selesai pertunangan beberapa hari yang lalu, kemudian Reza dan juga Kiki melakukan resepsi pernikahan.Kiki keluar dari dalam kamar semua mata tertuju kepadanya.Dengan riasan wajah yang begitu cantik, anggun menjadi satu. Tampak semua mata terpesona memandang Kiki ketika ia keluar dan melangkah menghampiri calon pengantin pria yaitu Reza."Wow, cantik banget ya, pengantin wanitanya!" Ucap para tamu undangan memuji kecantikan Kiki ketika melihat Kiki."Nggak sia sia Reza cari istri!" Ucap para tamu undangan yang lainnya saat melihat kedatangan Kiki.Reza menghampiri Kiki dan meraih tangannya lalu mengajaknya duduk di depan penghulu untuk melakukan ijab Kabul."Lo, kalau di depan umum senyum dong, jangan begitu kenapa sih?" Lirih reza pada Kiki."Lo, kagak tahu rasanya dimake-upin begini. Wajah gue rasanya kaku banget yaampun!""Santai aja kenapa sih, jangan norak. Lihat mata umum memandang Lo, dengan kekaguman dan penuh ketakjuban!" Lirih reza lagi."Bawel Lo!" bantah Kiki pada R
Pukul tiga malam, Kiki belum bisa terpejam oleh tidurnya, ia pun menatap Reza di atas sofa.Sedang terbaring tidur di sana tanpa selimut yang menghangatkan tubuhnya.Kiki yang menatap kasihan terhadap suaminya itu, Kiki meraih selimut miliknya dan lalu memberikannya untuk Reza, di selimuti Reza oleh Kiki dan lalu sesaat menatap ke arah wajah tampan suaminya, Reza."Sebenarnya kamu itu pria tampan, tapi kamu itu menyebalkan, bahkan sifat mu yang kaya dan juga angkuh membuat aku terkadang ingin sekali mencekik leher mu." Batin Kiki dalam hatinya ketika menatap Reza, lalu kemudian Kiki pun kembali ke ranjang kasur miliknya dan kembali merebahkan tubuhnya di sana hingga matanya pun kemudian terlelap.Keesokan paginya, Reza terbangun, mengerjapkan matanya karena silau oleh pantulan cahaya matahari menyinari seluruh ruangan kamar miliknya.Pantulan sinar matahari itu masuk lewat celah celah jendela yang telah di buka tabirnya oleh Kiki di pagi itu.Reza membuka matanya dan menatap ranjang k
Saat Kiki pulang bekerja, dirinya tidak langsung pulang ke rumah Reza melainkan Kiki pulang ke rumah orang tuanya, entah kenapa dirinya begitu merindukan kedua orang tuanya. padahal satu hari menikah tidak boleh ke mana pun namun Kiki sudah pergi bekerja dan juga pergi menemui orang tuanya.drrrtt.... drrrtt....suara telfon berdering."Reza," lirih Kiki melihat nama yang tertera di layar ponselnya itu."Hallo zaa, ada apa??" kata Kiki dengan mengangkat telpon."Lo di mana?""Gue lagi otw nih." Jawabnya."Otw ke mana Lo?""ke rumah orang tua gue," jawabnya enteng."Ya elah, Lo ngapain balik lagi ke sono? Lo mau buat gue terlibat masalah di rumah ni?""Ya gak zaa.""Terus, Lo ngapain ke sana?""gue ke sana karena gue rindu orang tuaku gue, emang apa salahnya gue bertemu dengan orang tua gue kan nggak ada salahnya ya?""Lo itu nggak ada izin gue, tiba-tiba lu pergi, terus kalau orang tua gue nanyain lo gue harus jawab apa?""ya bilang aja, gue pulang, udah beres kan!""Gila Lo, ya kali
Kiki terdiam di dalam kamarnya, Kiki memikirkan sesuatu bagaimana agar pernikahan Reza dan juga dirinya itu segera berakhir, agar Kiki segera mendapatkan bayaran yang telah Reza janjikan padanya itu."Aku harus mencari cara agar aku dan juga Reza segera berpisah." Kata Kiki berkata sendirian.Tak lama sebuah ketukan pintu terdengar di telinga Kiki, Kiki menoleh ke arah suara ketukan itu dan tak lama orang tua Reza masuk ke dalam kamar Kiki.Terlihat senyuman yang terpancar dari raut wajah orang tua Reza dengan menatap ke arah Kiki yang sedang duduk di atas ranjang kasur milik Reza itu."Maaf nak, jika mama menganggu waktu istirahat kamu," kata mama Reza dengan menemui Kiki di dalam kamar."Tidak ma, tidak apa apa, ayo masuk ma," kata Kiki mengajak orang tua Reza segera masuk ke dalam.Orang tua Reza pun masuk ke dalam kamar dan kemudian duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar itu."Kiki, tadi kamu ke mana?""Tadi, tadi kapan ya Ma?""Tadi siang, kata bik Jum kamu pergi?""Oh itu, i
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak