Ting!Suara notifikasi dihandphone-ku yang butut terdengar. Aku langsung mengelap tanganku yang basah akibat mencuci pakaian. Karena aku dirumah ini tak pernah memakai mesin cuci bila mencuci.Kata mertuaku jika aku mencuci menggunakan mesin cuci akan menambah watt listrik yang akan termakan banyak. Itulah sebabnya aku tak pernah memakai mesin cuci karena takut boros.Mbak Dewi diratukan oleh mertuaku. Karena mbak Dewi dari keluarga mampu, sedangkan aku dari keluarga tak mampu. Bahkan baju mbak Dewi sering kali aku yang mencucinya. Dan aku mendapatkan upah sepuluh ribu terkadang lima ribu dari mbak Dewi. Namun aku terpaksa melakukan ini semua karena tak ada pilihan lain untuk menambah uang untuk membeli popok Shifa, sampai uang aku bekerja di online akan cair.Aku selalu meninggalkan Shifa didalam keadaan tidur. Jika Shifa belum tertidur aku tak bisa mencuci pakaian dan juga berkemas-kemas, dan pasti ibu akan memarahiku jika aku bermalas-malasan.Berbeda denga mbak Dewi yang istimewa,
Pagi ini aku bersemangat untuk beres-beres rumah. Bahkan semua pekerjaan yang aku kerjakan dengan senang tanpa ngeluh. Aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini."Setelah semuanya beres. Nanti aku akan kembali bekerja, agar gajiku bisa bertambah dan bisa segera keluar dari rumah ini." Gumamku dalam hati."Hana....!!!""Hana....!!""Astaghfirullah. Nggak bisa banget orang dirumah ini, kalau nggak teriak-teriak seperti udah ciri khasnya gitu. Teriak-teriak mulu udah seperti dihutan saja!" Ocehku namun tetap saja aku tak berani mengeraskan suara. Sebelum uangku terkumpul banyak aku tak ingin mengali lobang untuk mengubur diri sendiri. Maka dari itu aku tetap bertahan walau bagaimanapun keadaannya."Hana......!""Iya, Bu. Sebentar. Iya-iya." Ucap Hana yang menuju ruang makan."Ada apa Bu??""Kamu ini lama banget!""Maaf!""Mana makanannya??""Udah ada, Bu""Mana!! Aku nggak lihat ada makanan dimeja makan!""Masih diatas kompor, Bu. Sebentar!""Cepet Hana. Ibu sudah terlambat mau arisan. K
"Mbak!""Mbak...." Hana melambaikan tangannya didepan wajah Dewi, seketika lamunan Dewi terbuyar saat Hana memanggilnya."Haaa!" Ucap Dewi saat lamunannya terbuyar."Mbak, disuruh ibu untuk menyuapinya!""Kenapa nggak kamu aja, Hana?""Tadi udah aku tawarin, tapi ibu maunya sama Mbak!" Ucapku."Iihh... Bener-bener deh. Ganggu orang lagi santai aja, itu tua bangka!" Gerutuk Dewi dalam hatinya."Mbak, kenapa ngelamun. Itu ibu sudah menunggu sejak tadi""Iya, iya. Dimana ibu?""Ada diruang tamu, mbak!""Ya udah, kamu keluar aja dulu, nanti mbak nyusul""Nggak bisa mbak. Itu ibu minta suapin sekarang!""Hadeh! Iya deh iya." Ucap Dewi dengan wajah lesu.Dewi dan Hana keluar dari dalam kamar Dewi dan menuju keruang tamu. Disana Bu Vina sedang terbaring menunggu menantu kesayangannya untuk menyuapi dirinya saat ini."Bu, ini mbak Dewi!" Ucap Hana. Lalu Bu Vina menoleh kearah Dewi dengan tersenyum."Dewi, kamu maukan suapin ibu!" Ucap Bu Vina kemudian memegang tangan menantunya."Iih... Apaan
Pagi yang cerah disambut dengan mentari yang indah dan aku melihat suamiku Mas Danang sudah bersiap siap untuk pergi mencari lowongan pekerjaan.Aku menyambutnya dengan senyuman yang manis dan juga menghidangkan beberapa camilan dan juga teh hangat untuk diseduh Mas Danang sebelum berangkat mencari pekerjaan."Ini mas, teh dan camilannya." Ucapku dengan menyuguhkan camilan yang aku buat, hanya goreng pisang yang aku buat untuk Mas Danang sarapan pagi ini.Mas Danang memberikan senyuman sebelum duduk, dan kali ini aku benar-benar melihat senyum suamiku walau kami berdua sekarang mengalami masa-masa sulit untuk menitis karir."Mas berangkat dulu ya, soalnya udah siang.""Iya mas, hati hati dijalan!" Ucapku dengan meraih tangan Mas Danang dan mencium punggung tangannya."Iya, doain mas ya, mudah-mudahan mas bisa mendapatkan pekerjaan, agar kita bisa hidup yang lebih layak dari pada tinggal disini!" Ucap Mas Danang."Sudah mas. Jangan kamu fikirkan soal itu. Ingsya'allah ada rezeki!" Jawa
"Besok kita coba tanya-tanya ruko ya mas. Dan kita tanya berapa perbulan dalam penyewaan?""Iya Hana. Tapi uangnya mas nggak punya. Semua rekening mas, yang memegang ibu!""Sudahlah mas. Besok kita fikirkan dari mana cari uang. Aku akan mencoba mencari pinjaman untuk kamu usaha, mas!" Ucap Hana dengan memegang tangan suaminya dengan menantap penuh senyum."Makasih ya, kamu memang istri terbaik untuk mas!" Ucap Danang dengan merangkul istrinya.Sebenarnya Hana memiliki uang untuk membantu usaha suaminya, namun Hana lebih baik tidak jujur jika nanti kedepannya Hana mendapatkan hal yang tidak diinginkan. Hana terpaksa berbohong kepada sang suami. Karena Hana juga belum terlalu percaya dengan sang suami bisa mencintai Hana sepenuhnya. Belum lagi saat ini Danang sedang diuji dalam kemiskinan yang membuat Hana takut bahwa cinta Danang Hana sebatas kemiskinan dan akan pudar seketika disaat hidup telah meningkat.Hana terpaksa tak jujur dan memilih berbohong dengan suaminya. Ini semua ia laku
Hari ini Danang dan juga Hana resmi membuka resto kecil kecilan. Namun pembukaan pertama seperti biasanya, masih sepi belum ada pembeli."Hana. Kenapa belum ada pembeli ya?" Ucap Danang gelisah. Hana hanya terdiam tanpa kata saat ini."Sabar ya, mas. Ingsya'allah nanti ada pembeli. Sekarang kamu istirahat saja dulu mas. Ini juga baru jam sepuluh. Mungkin orang-orang belum ada yang tahu kalau ruko ini sudah menjadi restoran!" Ucap Hana dengan tersenyum.Tak lama kemudian resto mereka kedatangan pelanggan yang membuat Hana dan Danang tersenyum."Mas, waktunya kita berkerja!" Ucap Hana dengan tersenyum. Danang yang melihat pelangganpun tersenyum.Pelanggan memesan berbagai makanan yang tersedia diresto Danang dan juga Hana.Danang yang mengantarkan pesanan sementara Hana yang menyiapkan semuanya. Begitu kewalahan mereka mendapatkan banyak sekali pesanan dihari pertama kalinya buka resto.Hingga waktu petang semua makanan yang mereka jual ludes diborong pembeli.Hana yang kelelahan dan me
Dinda tak sengaja lewat depan restoku dan akhirnya ia mampir karena sudah lama tak mengobrol bersamaku, maka ia sempatkan waktu untuk bertemu denganku. Bahkan Dinda awalnya terheran-heran melihat Bisnisku saat ini yang mulai melejit. Namun setelah aku menceritakan semuanya, Dinda mulai kesal dengan suamiku yang selalu menuntut keinginannya agar terpenuhi.Aku dan Dinda pada waktu itu tak sengaja bertemu dipasar untuk berbelanja. Entah kenapa waktu itu kami bisa akrab dan akhirnya bertukar nomor ponsel. Bahkan hingga kini aku dan Dinda sudah seperti saudara. Dia adalah teman satu satunya yang aku punya dan dia sangat baik bahkan dia juga tahu bagaimana keadaan rumah tanggaku."Hana, aku itu nggak mau kamu seperti dulu lagi. Lebih baik kamu fikirkan dulu, matang-matang sebelum mengambil tindakan!""Iya Dinda. Makasih ya, kamu itu selalu ada buat aku!""Iya Hana, bagiku kamu itu lebih dari teman. Kamu saudara bagiku, jadi aku nggak mau kalau kamu sampai sakit hati gara-gara suami dan kel
"Tutup mulut ibu, saya bukan orang yang mudah panjang tangan untuk mencuri!" Tuding Hana saat ini juga pada mertuanya."Lantas, uang dari mana kamu bisa membangun resto semewah ini, kalau bukan mencuri!" Ucap Bu Vina."Yang pasti ini bukan urusan ibu! Mau saya mencuri mau saya merampok juga bukan urusan ibu!" Jawab Hana."Mulai berani kamu sekarang sama saya, mentang-mentang sudah mempunyai resto dan kantor begini saja sudah sombong kamu! Aku yakin Danang pasti diperalat untuk menjadi super uang bagi kamu!""Bukan saya memperlarat mas Danang. Melainkan saya yang diperalat untuk menjadikan keinginan dia terwujud!" Jawaban Hana tak mau kalah ketus dari mertuanya.Mata Bu Vina benar benar tajam menatap kearah Hana. Namun Hana sudah tak takut dengan tatapan itu. Kini Hana sudah menjadi Hana yang tegas dan juga tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh mertuanya yang tak tahu balas Budi atas kerja kerasnya selama ini.Bahkan Hana sudah tak peduli dengan semua keadaan yang saat ini berada
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak