Setelah aku bercerita semuanya pada majikanku yang bernama Bu Melisa, ia pun mengerti akan hal di mana aku harus bekerja demi menyambung hidupku saat jauh dari suami."Jadi begitu ceritanya."Aku mengangguk memberi jawaban yang singkat."Lantas apa yang akan kamu perbuat dengan suami dan juga selingkuhannya itu?""Yang jelas Bu, saya akan berusaha menurunkan berat badan saya seperti dulu lagi. Tapi saya tidak tahu diet apa yang manjur untuk menghilangkan tubuh yang membengkak ini, sepertiny benar yang di katakan suami saya, tubuh saya ini bukan lagi di bilang tubuh manusia melainkan tubuh gajah.""Hust. Tidak ada yang seperti itu, kamu akan segera kurus asal diet yang ketat dan pola makan yang sehat serta olah raga yang teratur, ibu pastikan kamu akan cepat menurunkan berat badanmu nantinya, memangnya secantik apa sih selingkuhannya itu, sampai sampai suami kamu tergait olehnya?""Tunggu sebentar Bu," aku pun meraih ponselku lalu ku tunjukkan sisa pembaruan status mas Danu semalam dan
"Sus kamu tahu tidak?" "Tahu apa?" jawab Susi karena bingung."Aku bekerja di rumah keluarga direktur suamiku."Deg!!"Yang bener kamu Nanda?""Iya, tadi aku tanya sama pemilik rumah yang aku kerja, dan katanya itu tuan Agam Aldari, pemilik perusahaan di tempat suamiku bekerja sus.""Dunia ini benar benar sempit ya Nanda.""Sepertinya begitu, aku sendiri bingung ini, gak tahu harus bagaimana?""Kenapa?""Aku takut sus, aku takut mas Danu tahu aku bekerja di rumah neneknya tuan Agam dan dia meminta tuan Agam untuk memecatku dan berbicara buruk tentangku, bagaimana?""Tidak akan, bukankah kamu sudah bercerita sebelumnya?""Sudah sus, tapi gak mungkin kalau tuan Agam percaya atas ceritaku nantinya.""Kita lihat saja nanti, yang jelas kamu jangan panik, kamu harus tetap tenang bagaimana pun harus tetap tenang jangan sampai panik.""Yang terpenting kamu harus kurus dan langsing itu yang penting, dalam waktu enam bulan jika perlu jangan sampai tunggu waktu enam bulan kamu harus secepatnya
Jatuh hati✧✧✧✧Saat aku puas memaki mas Danu, aku pun pergi dari sana, pada awalnya aku hanya memanasi mas Danu dan berbohong padanya jika aku akan menikah dengan Tuan Agam Aldari.Namun saat di dalam mobil, tuan Agam Aldari tiba tiba saja berkata yang tak seharusnya aku dapati darinya."Aku jatuh hati padamu sejak awal bertemu, tak perduli siapa kamu, bagaimana bentuk tubuhmu, dari mana asalmu aku tak peduli itu."Kata kata itu yang saat ini sedang Aku pertimbangan untuk memberikannya jawaban.Ternyata selama ini dirinya begitu memperhatikan aku bukan karena kasihan atau prihatin terhadap ku, melainkan ada rasa di balik itu semua.Aku tak habis pikir, mengapa lelaki setampan dirinya, dan serajir dirinya bisa jatuh hati padaku hanya seorang wanita berbadan gemuk, bahkan berstatus istri orang lain.Aku benar benar bingung harus memberinya jawaban apa?Namun tampaknya aku harus menerimanya agar mas Danu tahu, tidak semua laki laki mencintai wanita hanya karena bentuk tubuhnya saja.Hin
"Ambil ini untuk beli susu anakmu!" Mertuaku menghempaskan uang diranjang tempat tidurku. Mataku membulat sempurna menantap uang itu."Kenapa masih kamu pelototi itu uang!! Kamu nggak mau???"Seketika aku terkejut dan mengedipkan mata dengan menunduk.Dengan perlahan aku meraih uang yang telah berada diranjang tempat tidurku."Ambil!!!" Bentak ibu mertua."I-iya Bu," jawabku lalu mengambil uang yang telah ia berikan kepadaku berjumlah lima belas ribu. Aku memandangi uang itu dengan masih duduk menyusui Shifa yang baru saja aku lahirkan.Tak lama saat mertuaku keluar dari dalam kamar saat memberikan uang, mas Danang masuk kedalam kamar untuk mengambil baju kerjanya."M-mas," ucapku dengan masih menggenggam uang yang ada di tanganku."Ada apa?" Menoleh kearahku saat mas Danang mau mengambil baju didalam lemari."Mas, ibumu memberiku uang, tapi_" ucapku belum saja terselesaikan namun tiba-tiba saja."Kenapa? Ada yang salah!!" Bentak ibu mertua saat mendengar komplain dariku. Mas Danang m
"Mas, aku mau beli vitamin dan Susu ibu hamil boleh tidak? Soalnya sejak usia kehamilan aku dari kandungan pertama, kamu tak memberiku uang, untuk membeli susu dan vitamin hamil, Mas.""Apa, aku boleh meminta uang untuk membelinya," sambungku meminta kepada Mas Danang."Apa Hana!! Susu, sama vitamin hamil!" Kata ibu mertua yang tiba-tiba saja muncul saat mendengar permintaanku kepada Mas Danang.Aku menantap kearah Ibu yang menghampiriku dengan raut wajah tak enak bila dipandang."Hana! Kamu itu hamil banyak sekali maunya. Jangan-jangan, ini akal-akalan kamu saja, agar uang Danang itu habis untuk foya-foya kamu, dan kamu mengatas namakan calon anakmu ini, untuk tumbalnya. Begitu!!" Ujar Ibu mertua.Aku mengelus dadaku dan menarik nafas panjang, saat mendengar ucapan dari Ibu mertuaku. Memang sejak awal menikah ibu mertua selalu ketus padaku, hingga aku hamil-pun, sifatnya yang ketus itu tak juga kunjung hilang."Astaghfirullah Bu. Saya tidak begitu, Hana hanya berkata terus terang. La
Hingga pada malam tiba aku hanya duduk terdiam tanpa kata. Melihat bintang yang ada disudut malam ini. Aku meratapi nasibku yang malang. Memiliki suami namun sepertinya ia lebih menyayangi ibunya dari pada diriku.Hingga pada akhirnya, mas Danang menghampiriku dengan raut wajahnya yang sumringah. Aku menantapnya dengan penuh tanda tanya."Ada apa mas??""Kamu tau nggak Hana. Mbak Dewi udah lahiran anaknya laki-laki. Yaampun gemes banget tau, tadi dia ngirim foto ke aku dan udah aku sampaikan juga ke ibu. Ibu seneng banget, dapat cucu laki-laki dari Mbak dewi." Ucapnya dengan penuh senang.Aku hanya melirik foto yang diperlihatkan suamiku pada saat ini."Lihat deh sayang, lucukan.""Hmm." Jawabku dengan malas. Lalu aku masuk kedalam untuk segera tidur didalam kamar.Didalam kamar aku hanya berbaring kekiri dengan posisi membelakangi suamiku, ketika ia berbaring disampingku.Tak lama aku mendengar suara batuk suamiku menuju kedalam kamarku. Sepertinya masihku lihat tangannya memegang po
"Aduh aduh, kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang, sayang?""Kalau tahu begitukan, ibu sama bapak bisa jemput kamu distasiun."Suara mertuaku yang terdengar begitu gembira. Aku belum melihat siapa yang datang diruang tamu itu. Nampaknya begitu ramai dan dikerumuni banyak orang, sebenarnya siapa yang datang. Karena hati merasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk mengintip sebentar dipintu kamarku, meninggalkan Shifa diranjang tempat tidur dengan perlahan aku mengintip dibalik pintu kamar.Ternyata mbak Dewi yang datang, dan wajar saja, suara ibu terdengar begitu sangat bahagia. Setelah aku tahu siapa yang datang, kemudian menutup pintu kamar dan aku melanjutkan untuk mengganti baju Shifa, karena putri kecilku telah selesai aku mandikan.Tak lama saat aku didalam kamar, suara seruan akhirnya tiba. Terdengar suara ibu mertua yang memanggilku dengan suara lantangnya. Seakan memanggil pembantu. Aku segera menghampiri dan meninggalkan Shifa didalam kamar."Lama banget sih kamu?""M
Pagi ini aku kedatangan tamu, tetangga sebelah rumah berkunjung kerumah mertuaku. Katanya ia datang karena rindu dengan putri kecilku, Shifa."Hana!" seru Ibu mertua yang terdengar tak biasa.Aku terheran saat mendengar seruan dengan nada bicara yang lembut. Aku langsung menuju suara ibu dan ku lihat mbak gendis sudah duduk diruang tamu."Ini, gendis nyariin kamu??"Aku hanya tersenyum saat melihat kedatangan mbak gendis."Ada apa mbak??" Tanyaku lalu duduk disampingnya."Begini Hana, mbak rindu sama Shifa. Mana putri kecilmu, boleh bawa kesini tidak? Mbak ingin melihatnya""Boleh mbak, tunggu sebentar ya?" Jawabku dengan tersenyum lalu menuju kedalam kamar dan mengendong Shifa, menuju keruang tamu. Telihat wajah mbak gendis yang begitu sumringah saat melihat putri kecilku.Mbak gendis sangat menyukai bayi, apa lagi mbak gendis sudah lama menikah belum juga dikaruniai seorang anak, jadi wajar saja jika ia benar-benar menyayangi seorang bayi dan sangat menginginkannya."Yaampun, lucu b
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak