Aina menghentikan motornya tepat di depan warung bakso, warung sudah di buka, ketiga temannya sudah berada di warung. Anisa menyambut kedatangan mereka dengan bersedekap dada."Kenapa kau bawa cowok Cemen ini ke sini?" tegur Anisa sambil melototkan matanya pada Haris, jelas sekali gadis ini tidak suka."Ambilkan kotak obat sana! Kau sudah memukul anak orang sampai berdarah," jawab Aina sambil menarik tangan Haris memasuki kedai."Loh, Bang Haris? Kenapa muka Bang Haris?" ujar Kamal dengan takut-takut."Hei, bocah? Kau kenal denganku?" tanya Haris masih dengan mode sombongnya."Siapa junior yang tidak kenal denganmu? Haris si mahasisiwa abadi," jawab Aina mendudukkan Haris di salah satu bangku di sana."CK, keterlaluan kau Kakak Ipar! Kau ingin membuatku marah lagi?" geram Haris Anisa sudah mendapatkan kotak obat dan menaruhnya di meja dengan kasar, Haris menatapnya, mendelik kesal."Apanya yang keterlaluan? Semua orang sudah tahu lagi, kau dan gengmu itu mahasisiwa abadi, bentar lagi
"Oke, di kost-ku ada beberapa contoh skripsi yang dulu kubuat, untuk jurusan ekonomi ada jurusan akuntansi, management dan bisnis keuangan__""Bisnis keuangan, yah itu jurusanku," potong Haris bersemangat "Oke, ada dua skripsi di jurusan itu, kita ambil itu aja, judulnya biarlah sama, cuma tempat penelitian kita kan beda, ngolah datanya juga beda, jadi tidak bisa dibilang plagiat.""Oke, baiklah ... Kapan aku akan menerima proposalnya?""Dalam tiga hari ini.""Secepat itu? Oke ... Oke ... Baiklah, semakin cepat semakin baik, agar aku cepat sidang skripsi."Haris menatap Anisa dengan binar bahagia, biarlah pertemuan pertamanya dengan gadis ini wajahnya babak belur, asalkan dia mendapatkan solusi untuk masalah terbesar dalam hidupnya saat ini.****Sementara itu, Dave membuat Steven sibuk seharian. Lelaki tua itu mengajak Steven mencari rumah yang akan ditinggali Nur dan Dito nanti sore. Setelah Dave menjemput Nur dari rumah keluarga Latief, Dave harus menyediakan tempat tinggal untuk
"Bicara apa kau, Steven. Melanie mau kau ke manakah? Maaf, Burhan ... Steven ini memang suka becanda kelewatan, dia sudah memiliki tunangan sebentar lagi akan menikah. Maksud kedatangan kami ke mari adalah___""Ya, sudah. Ayo kita masuk dulu, mari mister Dave ... Mister Steven, kita bicara di dalam saja," potong Burhan mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu.Setelah Dave dan Steven duduk di sofa ruang tamu, Nur bergegas datang ke ruang tamu, dia duduk di anak sofa yang berada di pojok ruangan. Melihat itu mata Burhan langsung mendelik, dia benar-benar tidak suka dengan sikap babu yang tidak tahu diri seperti ini."Mau apa kamu? Ada tamu bukannya bikin minum, sana! Malah ikutan duduk di sini," hardik Burhan."Oh, biar bibik Nur di sini, biar saya saja yang buat minum, kalian santai saja tidak perlu sungkan," ujar Halimah langsung bangkit dan menuju ke dapur."Apa-apaan kau, Halimah!"Burhan terlihat sangat gusar dan marah pada istrinya. Dari dulu Halimah ini kelewat baik, Sampai me
"Apa? Ternyata Hasan selama ini menikah dengan Aina si anak pembantu ini? Anak yang jelek itu? Ya, Tuhan ... Apa yang ada dipikiran anak brengsek itu!"Gigi Burhan bergemelatuk menahan marah, sementara Dave dan Steven saling berpandangan, mereka tidak mengerti dengan perkataan Burhan. Anak yang jelek? Kurang ajar juga ni orang mengatai anaknya jelek, batin Dave."Burhan, tarik kembali perkataanmu. Sudah kubilang tadi, Aina itu anak kandungku. Tidak patut berkata seperti itu, apalagi kita sudah menjadi besan," ujar Dave "Bukan seperti itu, mister Dave. Aku hanya tidak percaya Aina adalah putrimu," keukeuh Burhan."Apa yang terjadi, Nur?" tanya Dave akhirnya pada Nur.Wanita itu dari tadi hanya duduk terpaku, bingung mau mengatakan apa. Nur menghela napas berat, dia menatap satu-persatu orang yang duduk di sofa ruang tamu."Sekarang diminum dulu tehnya, hal itu bisa ditanya sama orangnya langsung, sebentar lagi mereka datang." Halimah muncul dengan nampan ditangannya.Nur bernapas lega
Laura yang baru pulang ke Bandung selama tiga hari terkejut mendengar kabar yang disampaikan ayahnya. Kakeknya akan menikah? Betapa kecewanya gadis itu mendengar kabar itu, usia kakeknya yang sudah tua menurutnya sudah tidak wajar membina rumah tangga baru. Apalagi kakeknya itu juga berbohong padanya, bilangnya mau menyelesaikan masalah dengan pamannya, Steven. Alih-alih malah mau menikah ."Are you seriously, Dad? What? Grandpa will merried?""Yes, dear ... Acaranya hari Kamis besok. Ini Daddy akan mengurus surat NA di kelurahan," jawab Duke.Evi dan putrinya yang mendengar itu sangat kecewa dengan tanggapan lelaki di depannya yang terlihat santai menghadapi masalah ini."Apakah kau setuju dengan Daddy, Hubbie?" tanya Evi serius."Ya, apalagi? Aku mana bisa menentang keputusan Daddy. Jika menikah membuatnya bahagia dan panjang umur apa salahnya?""Dengan siapa Grandpa mau menikah?" "Dengan kekasihnya, your Grandpa say, she is his women dua puluh tahun yang lalu, mereka baru saja ber
Selain Aina dan Hasan yang sibuk mengurusi pernikahan Dave dan Nur, Steven juga ikut sibuk, dia juga meminta ijin dua hari mengurusi pernikahan orang tuanya itu. Dave yang tinggal sementara di rumah Steven hanya bersantai setiap hari, dia sudah menyerahkan semua urusan pada menantu dan anak-anaknya. Steven lebih sibuk sebagai supir yang mengantar pesanan atau mengantar Aina ke tukang rias pengantin atau ke chatering. Dave sebenarnya ingin tinggal serumah dengan Nur, tetapi dia sadar jika belum sah menjadi suami istri, tetapi setiap hari dia akan mengunjungi wanita itu walau hanya satu jam saja dan yang sibuk mengantar adalah Steven. Kadang kala ketika malam tiba, dia melihat ayahnya itu tengah menelpon seseorang dengan durasi yang lama membuat telinganya sakit, tatkala mendengar derai tawa dan kata rayuan dari bibir lelaki tua itu, ayahnya seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta, dasar bucin! Tak ayal pemandangan itu membuat Steven iri, dia pria mapan berumur tiga puluh ta
Ketika Steven naik ke lantai atas, di kamar ada Aina dan Anisa yang sibuk berdandan sendiri sedangkan Nur tengah didandani oleh seorang perias. Aina dan Anisa tertawa dengan bahagia karena salah memakai beberapa make up, sebentar-sebentar bertanya pada perias kegunaan alat-alat make up tersebut. Steven mengetuk pintu dengan pelan, spontan Aina membukakan pintu, gadis itu tersenyum ceria melihat lelaki di depannya."Abang? Sudah datang? Ada apa?""Kakak kita yang dari Bandung sudah datang," ujar Steven."Kakak kita?" Aina sedikit kebingungan."Kak Duke, ayahnya Laura.""Oh??""Mana Ayah?""Di kamar sebelah sama Bang Hasan, aku panggilkan dulu, ya?"Aina bergegas melangkah ke pintu kamar sebelah yang jaraknya cuma lima langkah, Steven mengikutinya di belakang, setelah mengetuk, pintu segera terbuka, muncul Hasan yang memakai baju batik warna merah marun pres body, sungguh pria di depannya ini, seolah-olah dia adalah model pakaian yang tengah digunakan di atas catwalk, kapan suaminya ter
Setelah dua Minggu pernikahan Dave dan Nur, Aina dan Hasan juga melakukan resepsi pernikahan mereka di hotel bintang lima di kota ini. Walaupun terkesan mendadak, tetapi pesta pernikahan itu sangat meriah. Burhan dan Dave saling bekerjasama membuat pesta semewah mungkin untuk anak-anak mereka, juga untuk gengsi mereka sebenarnya. Terutama Burhan, tidak masalah Hasan akan menikah dengan siapa, yang penting wanita itu kaya, dan Aina kini memenuhi syarat tersebut. Lelaki itu tertawa dengan bahagia di atas pelaminan mendampingi anak mereka, ketika para tamu mengucapkan selamat kepadanya. Dia sangat bangga, sesimpel itu ternyata kebahagiaan lelaki paruh baya itu. Dave juga sudah menyerahkan semua investasi di pabrik Hasan atas nama putrinya, Hasan sekarang menjadi partner kerja istrinya sendiri. Laura sudah menduga bahwa investasi tersebut bakal diberikan pada Aina oleh kakeknya, tetapi kenapa rasanya masih sangat sakit ketika kakeknya mengabarkan sendiri, bahwa Laura tidak perlu menguru