Laura yang baru pulang ke Bandung selama tiga hari terkejut mendengar kabar yang disampaikan ayahnya. Kakeknya akan menikah? Betapa kecewanya gadis itu mendengar kabar itu, usia kakeknya yang sudah tua menurutnya sudah tidak wajar membina rumah tangga baru. Apalagi kakeknya itu juga berbohong padanya, bilangnya mau menyelesaikan masalah dengan pamannya, Steven. Alih-alih malah mau menikah ."Are you seriously, Dad? What? Grandpa will merried?""Yes, dear ... Acaranya hari Kamis besok. Ini Daddy akan mengurus surat NA di kelurahan," jawab Duke.Evi dan putrinya yang mendengar itu sangat kecewa dengan tanggapan lelaki di depannya yang terlihat santai menghadapi masalah ini."Apakah kau setuju dengan Daddy, Hubbie?" tanya Evi serius."Ya, apalagi? Aku mana bisa menentang keputusan Daddy. Jika menikah membuatnya bahagia dan panjang umur apa salahnya?""Dengan siapa Grandpa mau menikah?" "Dengan kekasihnya, your Grandpa say, she is his women dua puluh tahun yang lalu, mereka baru saja ber
Selain Aina dan Hasan yang sibuk mengurusi pernikahan Dave dan Nur, Steven juga ikut sibuk, dia juga meminta ijin dua hari mengurusi pernikahan orang tuanya itu. Dave yang tinggal sementara di rumah Steven hanya bersantai setiap hari, dia sudah menyerahkan semua urusan pada menantu dan anak-anaknya. Steven lebih sibuk sebagai supir yang mengantar pesanan atau mengantar Aina ke tukang rias pengantin atau ke chatering. Dave sebenarnya ingin tinggal serumah dengan Nur, tetapi dia sadar jika belum sah menjadi suami istri, tetapi setiap hari dia akan mengunjungi wanita itu walau hanya satu jam saja dan yang sibuk mengantar adalah Steven. Kadang kala ketika malam tiba, dia melihat ayahnya itu tengah menelpon seseorang dengan durasi yang lama membuat telinganya sakit, tatkala mendengar derai tawa dan kata rayuan dari bibir lelaki tua itu, ayahnya seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta, dasar bucin! Tak ayal pemandangan itu membuat Steven iri, dia pria mapan berumur tiga puluh ta
Ketika Steven naik ke lantai atas, di kamar ada Aina dan Anisa yang sibuk berdandan sendiri sedangkan Nur tengah didandani oleh seorang perias. Aina dan Anisa tertawa dengan bahagia karena salah memakai beberapa make up, sebentar-sebentar bertanya pada perias kegunaan alat-alat make up tersebut. Steven mengetuk pintu dengan pelan, spontan Aina membukakan pintu, gadis itu tersenyum ceria melihat lelaki di depannya."Abang? Sudah datang? Ada apa?""Kakak kita yang dari Bandung sudah datang," ujar Steven."Kakak kita?" Aina sedikit kebingungan."Kak Duke, ayahnya Laura.""Oh??""Mana Ayah?""Di kamar sebelah sama Bang Hasan, aku panggilkan dulu, ya?"Aina bergegas melangkah ke pintu kamar sebelah yang jaraknya cuma lima langkah, Steven mengikutinya di belakang, setelah mengetuk, pintu segera terbuka, muncul Hasan yang memakai baju batik warna merah marun pres body, sungguh pria di depannya ini, seolah-olah dia adalah model pakaian yang tengah digunakan di atas catwalk, kapan suaminya ter
Setelah dua Minggu pernikahan Dave dan Nur, Aina dan Hasan juga melakukan resepsi pernikahan mereka di hotel bintang lima di kota ini. Walaupun terkesan mendadak, tetapi pesta pernikahan itu sangat meriah. Burhan dan Dave saling bekerjasama membuat pesta semewah mungkin untuk anak-anak mereka, juga untuk gengsi mereka sebenarnya. Terutama Burhan, tidak masalah Hasan akan menikah dengan siapa, yang penting wanita itu kaya, dan Aina kini memenuhi syarat tersebut. Lelaki itu tertawa dengan bahagia di atas pelaminan mendampingi anak mereka, ketika para tamu mengucapkan selamat kepadanya. Dia sangat bangga, sesimpel itu ternyata kebahagiaan lelaki paruh baya itu. Dave juga sudah menyerahkan semua investasi di pabrik Hasan atas nama putrinya, Hasan sekarang menjadi partner kerja istrinya sendiri. Laura sudah menduga bahwa investasi tersebut bakal diberikan pada Aina oleh kakeknya, tetapi kenapa rasanya masih sangat sakit ketika kakeknya mengabarkan sendiri, bahwa Laura tidak perlu menguru
Setelah sebulan kedatangan Dave dan Nur ke rumah orang tua Melanie, kedua belah keluarga memutuskan untuk mengadakan pertunangan untuk anak-anak mereka. Pernikahan sendiri akan diadakan satu bulan kemudian. Ketika Steven mengajak kedua orang tuanya menemui tuan Hanggono ayahnya Melanie, mereka hanya disambut Hanggono dan istrinya, Susilawati, serta paman Melanie dari pihak ayahnya, Sujito. Agung sendiri tidak bisa menyambutnya karena tengah berada di Kalimantan untuk meninjau pabrik kelapa sawit yang baru diresmikan.Steven tidak pernah tahu jika Melanie adalah adik kandung Agung, pertemuannya dengan Agung terjadi ketika mereka sedang menimba ilmu di Amerika ketika melanjutkan studi S2, sedang pertemuannya dengan Melanie terjadi di Australia ketika tengah mengambil program PhD.Untuk acara pertunangan ini, Steven mengundang keluarga besarnya, Aina dan Hasan sudah pasti ikut, dia juga meminta keluarga Burhan dan anak-anaknya untuk ikut, tak lupa Efendi dan Syarif. Untuk keluarga kakakn
Makan malam berjalan penuh dengan keakraban. Masing-masing mereka duduk di meja bersama pasangan waktu di pesawat, Aina duduk di sebelah Nur dan Hasan, sementara Dave di sebelah Nur. Keluarga Duke akan datang besok ketika acara sudah dimulai. Agung duduk di dekat Steven, dia terus bercerita karena memang mereka sahabat. "Bagaimana setelah acara tunangan Steven kita pergi ke kampung Mamak," ujar Nur.Aina mendongak menatap ibunya, wanita itu juga tengah menatapnya. Hasan yang mendengar perkataan mertuanya itu juga ikut menyimak."Apakah ayah mau di ajak?" tanya Aina."Kita tanyakan saja," jawab Nur.Dave walaupun posisinya bersebelahan dengan Nur, tetapi dia tengah asyik bercengkrama dengan calon besannya sehingga tidak menyimak perkataan istrinya."Ayah," panggil Nur sambil menyenggol lengan Dave."Yes, Honey?""Bagaimana kalau setelah pertunangan Steven, kita pergi ke kampungku, sudah lebih dari tiga puluh lima tahun aku tidak pulang, entah bagaimana kondisi keluargaku di sana," ung
Semua keluarga Harrison berkumpul dalam satu meja, mereka tertawa gembira menyaksikan Steven dan Melanie yang dikerjai teman-teman Melanie dan Steven waktu di Aussie dulu, salah satu dari mereka menyodorkan kotak cincin yang cuma satu, sedangkan cincin buat Melanie tidak ada ditempatnya. Melanie yang dasarnya memang ekspresif orangnya menjerit histeris, membuat semua orang tertawa. Ketika Steven mengeluarkan cincin dari saku jasnya, Melanie menutup mulutnya pertanda malu, membuat semua orang tergelak, sebelum memasangkan cincin di jari manis kekasihnya, Steven masih sempat memutar-mutar cincin itu dengan mata mendelik jahil, membuat Melanie mencubitnya kesal.Kegembiraan itu tidak berpengaruh buat Laura, dia sebagai teman akrab Melanie justru melipir ke sudut ruangan, melihat kegembiraan dan kehebohan sendirian. Padahal adiknya Devan baru kembali dari Aussie sengaja untuk menghadiri pertunangan pamannya, biasanya Laura akan gembira jika Devan kembali."Nona cantik, kenapa di sini sen
Setelah acara pesta yang cukup meriah tersebut, Aina dan Hasan terlambat bangun. Sehabis salat subuh mereka melanjutkan tidur, karena mereka tidur cukup larut, pesta dansa cukup mempengaruhi mereka hingga mereka melanjutkan dansa mereka di kamar hotel, mereka bahkan lebih bersemangat hingga tak cukup hanya pelepasan satu kali.Keduanya menuju restauran untuk sarapan, Hasan maunya sih sarapan di dalam kamar dengan memanggil layanan kamar, namun Aina ingin mencari udara di luar dan berbincang dengan saudaranya di ruang makan.Sampai di restauran mereka sudah berkumpul semua, sarapan sambil berbincang hangat, sesekali terdengar gelak tawa mereka."Nah, ini dia orangnya yang ditunggu-tunggu, akhirnya muncul juga," seru Steven ketika melihat pasangan muda itu."Kenapa lama sekali turunnya, San? Semalam main berapa ronde?" ledek Melanie membuat semua orang tertawa Aina yang merasa malu malah mencubit lengan suaminya membuat Hasan terkejut sontak mengaduh."Sayang, cubitanmu tambah sakit sa