共有

Bab 143

作者: Zayba Almira
last update 最終更新日: 2025-04-02 18:31:05

Clara menatap layar ponselnya dengan mata yang mulai lelah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban berat di pundaknya.

Meskipun bekerja dengan Kieran sudah menjadi rutinitas yang familiar, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang tak bisa dia pungkiri.

Setiap kali dia bertemu dengannya, rasanya ada jarak yang semakin besar, meskipun mereka hanya berada beberapa langkah dari satu sama lain.

Ponsel di tangannya bergetar. Clara segera mengangkatnya, berharap itu adalah Kieran yang ingin membahas beberapa hal penting.

“Clara, bisa ketemu di kantor sebentar? Ada hal yang perlu dibicarakan,” suara Kieran terdengar begitu serius, bahkan sedikit dingin.

Clara bisa merasakan ketegangan yang mengalir dalam kata-katanya.

“Baik, saya akan segera ke sana,” jawab Clara, berusaha menjaga ketenangan dalam suaranya meskipun hatinya berdebar tak karuan.

Setelah menutup telepon, Clara menatap sekilas ke luar jendela. Cuaca yang mendung seakan mencerminkan perasaan yang sedang m
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

関連チャプター

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 144

    Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda bagi Clara. Setiap kali dia bertemu Kieran, perasaan di antara mereka semakin sulit untuk disembunyikan. Setiap tatapan, setiap senyuman, bahkan setiap kali mereka berbicara, terasa lebih dalam, lebih penuh makna. Namun, meskipun ada kedekatan yang mulai tumbuh, Clara merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Sebuah perasaan takut yang tak bisa dia singkirkan begitu saja.Di sisi lain, Kieran juga tidak bisa menyembunyikan perasaan yang semakin kuat. Dia tahu bahwa hubungan mereka yang awalnya profesional kini telah bergeser, tetapi dia juga tidak bisa lagi mengabaikan perasaan itu. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Clara, tetapi dalam proses itu, dia juga merasakan kecemasan—apakah keputusan yang mereka ambil ini benar? Apakah mereka siap menghadapi konsekuensinya?Suatu sore yang mendung, Kieran mengajak Clara untuk berjalan-jalan setelah rapat yang cukup panjang. Mereka berdua berjalan keluar dari kantor, menuju tam

    最終更新日 : 2025-04-02
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 145

    Keesokan harinya, Clara terbangun dengan perasaan campur aduk. Matanya masih sedikit berat, seolah semalam tidur tidak cukup, tapi ada satu hal yang membuatnya terjaga lebih cepat dari biasanya—panggilan yang sudah lama ia hindari. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya meraih telepon genggamnya. Pesan dari Kieran masuk beberapa menit lalu._"Clara, bisa kita bicara serius hari ini? Aku butuh kamu di kantor lebih awal. Ada keputusan penting."_Clara menatap layar teleponnya, berpikir sejenak. Beberapa minggu terakhir, ia merasa hubungan mereka semakin intens. Tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga dalam hubungan pribadi mereka yang mulai berkembang ke arah yang tidak terduga. Meskipun dia mencoba untuk tetap profesional, ada perasaan yang sulit diabaikan.Dia mengenakan jas hitam yang sudah siap disiapkan di lemari, memperhatikan dirinya di cermin. Wanita itu merasa siap, tetapi hatinya terasa tidak sepenuhnya tenang. Ada pertanyaan yang terus menghantui pikirannya: Apakah

    最終更新日 : 2025-04-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 146

    Hari-hari setelah pertemuan itu berlalu, dan Clara merasa seolah-olah berada di persimpangan jalan yang tak kunjung menemukan petunjuk yang jelas. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, bayang-bayang percakapan dengan Kieran terus menghantui pikirannya. Setiap detik, setiap menit, ia merenung, berusaha mencari jawaban yang tepat. Kieran, di sisi lain, memberi ruang untuk Clara. Ia tidak mendesak, tidak memaksa. Ia tahu bahwa keputusan itu harus datang dari Clara sendiri. Meski demikian, ia tetap merasa cemas. Setiap kali ia melihat Clara di kantor, ada kerinduan di matanya, sebuah harapan yang belum sepenuhnya terkubur. Pagi itu, Clara berdiri di depan cermin di kamarnya, mencoba untuk meresapi setiap kata yang pernah ia dengar. "Aku ingin kita bersama, dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tapi aku menghormati keputusanmu." Kata-kata Kieran itu terus mengiang di telinganya. Namun, yang lebih mengganggunya adalah perasaan di dalam hatinya yang terus bergejol

    最終更新日 : 2025-04-03
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 147

    Clara duduk di kursi kayu yang ada di balkon kantor Kieran, matanya menatap jauh ke horizon. Udara malam yang sejuk menyentuh kulitnya, namun pikirannya masih terperangkap dalam kebingungannya.Sebentar lagi, hari besar yang sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan akan datang, dan Clara merasa cemas akan segala hal yang bisa terjadi.Di sisi lain balkon, Kieran berdiri memandangi Clara dengan tatapan penuh perhatian. Meskipun kehadirannya selalu tenang dan terkendali, kali ini ada yang berbeda. Ada rasa khawatir yang samar, tapi jelas terlihat dalam gerakan kecilnya saat ia melangkah mendekat."Clara," suaranya rendah namun penuh ketegasan, seperti biasa, tetapi ada kehangatan yang menyelimutinya. "Kenapa kamu tampak jauh? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu."Clara menghela napas panjang, kemudian menatap Kieran. Matanya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab, kekhawatiran yang dia coba sembunyikan di balik senyuman tipisnya. "Aku... hanya merasa ragu, Kieran. Ragu akan se

    最終更新日 : 2025-04-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 148

    Hari-hari berlalu begitu cepat, dan Clara mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Perasaan takut yang selama ini membelenggunya perlahan mulai menghilang, digantikan oleh rasa percaya diri yang lebih kuat. Setiap hari, ia semakin terlibat dalam proyek besar itu, dan setiap keputusan yang ia buat terasa lebih matang.Ia tahu bahwa Kieran selalu ada di belakangnya, memberikan dukungan yang tidak terhingga.Namun, di balik kemajuan yang ia rasakan, ada sesuatu yang masih mengganggu pikirannya. Ada satu pertanyaan yang terus terulang dalam benaknya, satu hal yang belum ia ungkapkan sepenuhnya kepada Kieran. Sesuatu yang lebih dalam, yang menyentuh perasaan yang ia coba sembunyikan.Pagi itu, di ruang kerjanya yang terletak di lantai yang sama dengan Kieran, Clara duduk di mejanya, memandangi layar komputer yang terbuka di depannya. Meski tampak fokus, pikirannya tidak sepenuhnya terpusat pada pekerjaan. Sesekali ia melirik ke arah pintu ruang kerja Kieran, berpikir tentang bagaiman

    最終更新日 : 2025-04-04
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 149

    Seiring berjalannya waktu, hubungan Clara dan Kieran semakin berkembang. Mereka tak lagi hanya rekan kerja, tetapi juga menjadi teman sejati yang saling mengandalkan. Clara merasa bahwa dunia yang dulu terasa berat, kini mulai terasa lebih ringan. Setiap langkah yang mereka ambil bersama seolah menghapus segala keraguan dan ketakutan yang pernah menghantuinya.Meskipun masih banyak tantangan yang mereka hadapi, kedekatan mereka memberi Clara kekuatan yang luar biasa. Kieran, yang dulunya hanya seorang kolega yang misterius dan tertutup, kini menjadi seseorang yang tak tergantikan dalam hidupnya. Setiap percakapan dengan Kieran, setiap tatapan matanya, seolah mengingatkan Clara bahwa ia tidak lagi sendiri.Namun, di balik kebahagiaan yang mulai mereka bangun, Clara tidak bisa menutupi perasaan bingung yang kadang-kadang muncul. Ada hal yang ia rasakan belum sepenuhnya ia pahami. Perasaan yang tumbuh antara mereka begitu kuat, namun ada saat-saat di mana Clara merasa ada batasan y

    最終更新日 : 2025-04-05
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 150

    Malam itu, setelah menyelesaikan rapat yang panjang dan melelahkan, Clara kembali ke rumah dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa cemas tentang proyek yang sedang dijalankan, dan lebih cemas lagi tentang Kieran. Ia tahu betul bahwa meskipun Kieran terlihat kuat di luar, ada sesuatu yang mengganggunya, sesuatu yang ia simpan jauh di dalam hatinya.Sesampainya di rumah, Clara duduk di ruang tamunya dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia merenung sejenak, mengingat percakapan mereka sore tadi. Kieran, dengan segala misterinya, bukan hanya menyimpan masalah pribadi, tetapi juga beban yang tak ia ungkapkan sepenuhnya. Clara merasa tidak adil jika hanya dirinya yang terbuka kepada Kieran, sementara Kieran selalu menjaga jarak tentang hal-hal pribadi.Tapi, Clara tahu bahwa mereka harus saling membuka diri jika mereka ingin hubungan ini bertahan. Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan mereka telah berkembang pesat, dan meskipun penuh tantangan, Clara merasa ada ikatan yang

    最終更新日 : 2025-04-05
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 151

    Clara menatap layar ponselnya dengan cemas, tangan gemetar saat ia membaca pesan singkat dari Kieran. Sudah beberapa hari ini mereka tidak berbicara banyak, setelah kejadian yang mengubah segalanya. Ada sesuatu dalam diri Kieran yang terasa jauh, seakan ada jarak yang sulit untuk diukur. Clara tak tahu pasti apa yang membuat semuanya berubah, tapi dia merasakannya.Pesan itu singkat, hanya berkata: "Saya ingin bertemu. Ada sesuatu yang perlu saya katakan."Mata Clara berputar, hatinya berdegup kencang. Dia mencoba untuk tetap tenang, namun perasaan gelisah itu tak bisa ditutupi. Apakah Kieran akan mengakhiri semuanya? Apakah ada rahasia besar yang dia sembunyikan? Banyak pertanyaan menggantung di benaknya.Keputusannya sudah bulat. Ia harus bertemu dengan Kieran, tidak peduli apapun yang akan terjadi. Setelah beberapa saat, Clara membalas pesan itu dengan singkat: "Baik. Kapan?"Tidak lama kemudian, pesan balasan masuk. "Besok. Di tempat biasa."Keesokan harinya, Clara menunggu d

    最終更新日 : 2025-04-06

最新チャプター

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 187

    Langit pagi masih berwarna abu-abu ketika helikopter milik UN Special Biothreat Taskforce mendarat di dek kapal riset Aquila. Kapal ini tidak biasa—bukan sekadar laboratorium terapung, tapi pusat komando rahasia yang dikerahkan untuk menyelidiki jejak terakhir Leviathan di sebuah pulau kecil di dekat perairan Filipina Selatan.Clara menuruni tangga helikopter bersama Nathaniel dan Kieran. Angin laut menyentak rambut mereka, dan aroma garam bercampur bensin solar menyengat tajam. Mereka disambut oleh seorang pria berkacamata dengan wajah penuh luka bakar setengah pipi kiri—Dr. Elmo Takashi, ahli genetika yang dulu bekerja untuk Leviathan dan kini menjadi saksi penting sekaligus pemandu dalam misi ini."Pulau ini tidak ada di peta resmi," kata Takashi pelan. "Tapi saya tahu, mereka menyebutnya ‘Pulau Hening’. Di sana... eksperimen tahap terakhir dilakukan. Bukan hanya virus. Tapi juga eksperimen penggabungan organik dan sistem saraf AI."Kieran mencibir. “Mereka ingin menciptakan hi

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 186

    Fajar menyingsing perlahan ketika mobil taktis PBB menderu menjauhi dermaga tua. Di dalamnya, Kieran duduk berdampingan dengan Clara—kedua mata mereka memantulkan sinar remang lampu kabin. Di depan, Nathaniel mengawasi borgol di pergelangan tangan Victor Arman yang duduk di kursi belakang, tubuhnya terbungkus mantel panjang.Clara menengadah, menarik napas dalam. “Kita berhasil… tapi ini baru permulaan.”Kieran mengangguk tanpa bicara. Bayangan malam terakhir terus menghantui—detik ketika ia memutuskan untuk tidak menghabisi ayahnya, dan saat pintu rahasia terbuka untuk pertama kali. Kini, tanggung jawab baru menanti: Victor harus diadili, dan jaringan Leviathan yang tersisa harus dilenyapkan.— Sidang Kilat PertamaBeberapa jam kemudian, di ruang sidang darurat PBB, juri internasional berkumpul. Clara dan tim hukum menyiapkan stage: bukti forensik, rekaman duel, sampel biologis, dan pengakuan Victor sendiri. Ketika hakim ketua mengetuk palu, Victor berdiri—wajahnya tenang, meski d

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 185

    Kegelapan pagi itu masih menggantung ketika Kieran membuka pintu kamar belakang rumah tua. Ia menatap Clara dan Nathaniel yang menunggunya di ruang kerja; mata Nathaniel masih basah oleh kesedihan, sedangkan Clara meraih tangannya dengan teguh. “Kita tidak punya banyak waktu,” ujar Kieran pelan—suara yang jauh lebih tenang daripada detak jantungnya. “Ayahku tidak akan menunggu.”Nathaniel mengangguk. “Aku sudah menyiapkan akses ke lorong bawah tanah—jalur rahasia yang dulu kami gunakan untuk mengangkut barang. Dari situ kita bisa menyusup ke markas Leviathan.” Ia meraih peta usang yang sudah ditandai beberapa titik; salah satunya tempat Victor Arman biasanya menonton operasi—ruang kendali pusat.Clara menarik napas. “Sebelum kita bergerak, aku mau tahu: apa rencana kita jika kita bertemu dia?”Kieran menatap sekilas foto tua yang menempel di dinding—Victor muda menatapnya penuh harap. “Aku tidak datang untuk membunuhnya,” gumamnya. “Aku datang untuk mengakhiri warisan kegelapan in

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 184

    Langit pagi itu mendung, seakan alam pun ikut merasakan tekanan yang menggelayuti hati Clara. Di balik jendela kamar hotel tua yang mereka tempati untuk bersembunyi, ia menatap jalanan yang sepi. Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Kieran dan Nathaniel, dan selama itu pula ia hidup dalam ketegangan yang menggigit.Nathaniel duduk di kursi dekat pintu, menyusun lembaran-lembaran dokumen yang dicuri dari markas musuh mereka. Wajahnya serius, kerutan di dahinya menunjukkan beban berat yang ia pikul. Sementara itu, Kieran berdiri di dekat meja kecil, jari-jarinya mengetik cepat di layar tablet yang terkoneksi dengan sistem jaringan rahasia mereka.Clara akhirnya bersuara. "Sampai kapan kita akan terus bersembunyi?"Kieran tak langsung menjawab. Nathaniel menoleh lebih dulu, tatapannya tajam namun mengandung kelembutan. "Sampai kita tahu siapa yang bisa kita percaya. Dan siapa yang benar-benar ingin membunuhmu."Clara menggertakkan gigi, mencoba menahan kemarahan da

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 183

    Pagi itu, suasana rumah terasa berbeda. Matahari yang menyelinap lewat jendela kaca besar di ruang tengah seolah enggan mengusik ketegangan yang sedang menggantung di udara. Clara duduk sendirian di meja makan, jemarinya menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Tatapannya kosong, pikirannya mengembara entah ke mana.Sudah tiga hari sejak Kieran menghilang setelah pertemuan rahasia itu. Tidak ada pesan, tidak ada kabar, hanya keheningan yang menusuk. Clara mencoba menghubungi orang-orang dekat Kieran, namun semuanya diam, seperti sudah mendapat instruksi untuk tidak membuka mulut.Clara bangkit dari kursinya dan berjalan ke balkon. Angin pagi menyentuh wajahnya lembut, tapi tak cukup untuk meredakan kekhawatiran yang terus menumpuk dalam dadanya. Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari nomor tak dikenal.“Kalau kau ingin tahu di mana Kieran, datanglah sendiri. Jangan ajak siapa pun. Lokasi sudah dikirim.”Pesan itu disertai koordinat. Clara menatap layar ponsel, hatinya be

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 182

    Kabut tebal menutupi dermaga tua di pinggiran kota, hanya diterangi lampu kapal yang bergoyang pelan di atas air. Kieran dan Clara berdiri di ujung dermaga, mengenakan pakaian gelap dan peralatan intelijen lengkap. Di antara tumpukan kontainer berkarat, mereka tahu itulah sarang terakhir organisasi bayangan—pusat koordinasi distribusi senjata biologis yang gagal mereka bongkar.Clara menekan tombol di alat komunikasi: “Ari, status?”“Semua saluran aman, sensor gerak dan termal sudah aktif. Drone patroli berputar di atas, memperingatkan setiap pergerakan darah panas di atas dek,” jawab Ari. Kieran mengangguk, memeriksa peta holografik di tangannya. “Rute masuk lewat selokan saluran pembuangan di sebelah timur. Liora seharusnya ada di ruang kontrol atas, ruangan kaca yang menghadap dermaga. Dia tahu kita akan datang—jadi waspadai jebakan.”— Mencuri Malam —Mereka merayap melalui pintu baja kecil di ujung selokan, suara air menetes bergema di lorong beton. Setengah berlari, setengah

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 181

    Hujan turun deras malam itu. Langit kelabu seakan menjadi pertanda bahwa badai yang lebih besar sedang menanti Clara dan Kieran. Mereka duduk berdampingan di dalam mobil hitam yang terparkir di ujung jalan, tak jauh dari markas tersembunyi organisasi yang selama ini menghantui hidup Kieran.“Kamu yakin ingin melakukannya malam ini?” tanya Clara pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam suara rintik hujan di kaca depan.Kieran menoleh padanya. Mata pria itu menunjukkan tekad, tapi juga ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. “Kalau kita menunggu lebih lama, mereka akan bergerak lebih dulu. Dan kita tak akan sempat menyelamatkan apa pun.”Clara mengangguk, menggenggam tangan Kieran erat. “Kalau begitu, kita hadapi ini bersama.”Kieran menatap jemari mereka yang saling menggenggam, lalu mencium punggung tangan Clara dengan lembut. “Apa pun yang terjadi nanti, aku ingin kamu tahu… aku mencintaimu. Dan aku tidak menyesal telah membawamu sejauh ini.”Clara tersenyum, meski hatinya be

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 180

    Fajar keemasan menembus jendela aula pengadilan, menyinari wajah-wajah tegang yang masih terpaku menanti putusan. Clara berdiri di samping Kieran, Nadia, Marina, dan sejumlah saksi ahli, masing‑masing menyimpan harap bahwa seluruh rangkaian kejadian akan mendapatkan keadilan.— Pembacaan Putusan —Hakim mengetuk palu dengan suara mantap. “Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian, Pengadilan Internasional menyatakan terdakwa—mantan pejabat X, CEO perusahaan farmasi bayangan, serta ilmuwan utama—bersalah atas tuduhan penggunaan senjata biologis, pengkhianatan,""dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Semua terdakwa dijatuhi hukuman penjara maksimal dan denda besar, serta aset mereka disita penuh untuk kompensasi korban.”Kerumunan meledak dalam tepuk tangan tertahan; beberapa delegasi saling menyalami, mata Clara berkaca-kaca karena lega. Kieran memeluknya sebentar, menegaskan, “Kebenaran menang.”— Pembebasan dan Pemulihan —Di luar gedung, tim Karbon menyaksikan Belanda—mar

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 179

    Kabut pagi masih menyelimuti jalanan ketika tim Karbon bersiap meninggalkan safehouse untuk menuju gedung Pengadilan Internasional. Rombongan mobil taktis meluncur perlahan, menyusuri jalan raya yang kini dijaga ketat pasukan PBB dan Europol. Di dalam mobil paling depan, Clara menatap cermin spion—melihat bayang-bayang pepohonan yang terangkat sejenak oleh lampu sorot lalu kendaraan rombongan. Ia menarik napas dalam, lalu menegaskan di hatinya: ini hari paling krusial.— Panggung Sidang Puncak —Di aula sidang, kursi-kursi tersusun rapi—barisan saksi ahli, delegasi negara, dan kerumunan jurnalis internasional sudah berkumpul. Clara melangkah mantap ke podium, di tangan kiri terdapat berkas dakwaan biologis yang tebal sekali. Di layar besar, grafis tentang rencana penyebaran virus, rekaman teknisi, hingga hasil uji lab independen semua menanti untuk diputar.Hakim ketua mengetuk palu, menandai dimulainya babak baru: dakwaan senjata biologis dan kejahatan kemanusiaan. Suara Clara m

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status