"Cappucino aja, Fal. Rasanya kepala gue mau pecah. Gue butuh kopi, dan curhat ke lo, mungkin?"Ighfaldi tertawa lepas saat mendengar Rana mengatakan hal tersebut. Entah sejak kapan Ighfal, dan Rana mengubah hubungan profesional mereka menjadi pertemanan. Namun yang jelas semenjak projek film yang mempertemukan keduanya, hubungan mereka menjadi akrab, dan gosip tentang kedekatan keduanya pun terus merebak di berbagai media. Banyak fans yang mendukung keduanya, namun bagi Rana, Ighfal lebih cocok untuk dijadikan teman baginya, tidak lebih.Ighfal sendiri selalu memberikan kode-kode bahwa ia sangat menyukai Rana. Sayangnya Rana tak pernah membiarkan Ighfal melewati garis pertemanan, jadi ia pun juga membatasi perasaan sukanya pada gadis itu. Ia tak mau merusak pertemanan mereka yang menyenangkan. Lagipula cinta bisa didapatkan di mana saja, namun teman baik seperti Rana tak mungkin ia dapatkan dengan mudah di dunia ini."Tumben lo pusing," celetuk Ighfal dengan nada bercanda. "Biasanya s
"Lo gila tahu enggak, Ben? Satu apartemen sama Rana? Apa yang ada di pikiran lo sih, Ben? Dulu gue suruh lo antar pulang Rana, lo malah making love sama dia. Sekarang gue suruh lo jangan dekat-dekat sama Rana, lo malah beli unit di apartemen yang sama. Lo tuh maunya apa sih?" Indira jelas marah. Ia sama sekali tak mengerti dengan pikiran Bentala. Saat tahu bahwa unit apartemen yang akan direnovasi oleh Bentala, dan Tanaya berada satu atap dengan Rana, membuat Indira kaget. Bentala seperti sengaja menyatukan mereka di satu atap, meskipun beda lantai. "Lo enggak usah marah-marah." "Ya, gimana gue enggak marah coba? Konsepnya gimana sih, Ben? Ini tutorial menyatukan istri tua sama calon istri muda, begitu? Lo tuh, benar-benar! Gue enggak habis pikir sama lo, tahu enggak." Bentala terkekeh. Merasa terhibur dengan perumpamaan Indira yang tak masuk akal sama sekali. Ia tak ingin menceritakan latar belakang kisah pernikahannya dengan Tanaya pada siapa pun. Tapi, jika Indira sudah secerewe
"Lho, mau pergi ke mana malam-malam begini, Ben?"Pertanyaan Yuriko Prameswari membuat Bentala kaget bukan main. Ia pikir ayah, dan ibunya Tanaya sudah beristirahat di kamar mereka. Ternyata perempuan paruh baya itu masih membaca buku di ruang tengah seraya menikmati hujan yang turun. Bentala hanya tersenyum, lalu mendekati ibu mertuanya yang sangat lembut tersebut.Ia duduk di samping Yuriko, dan memulai kebohongannya. "Maaf ya, Ma. Aku enggak bisa nginap. Laptop aku tertinggal di rumah. Besok ada rapat penting yang enggak bisa ditinggal. Jadi, aku harus pulang malam ini.""Bawa saja laptop kamu ke sini, dan bekerjalah di sini." Yuriko membuka kaca matanya, dan menatap menantunya dengan hangat. "Di rumah pasti sepi sekali. Semenjak bapakmu enggak ada, rumah besar itu pasti terasa sunyi. Tinggalah di sini sampai renovasi apartemen kalian selesai. Mungkin memang enggak senyaman, dan sebebas kalau di rumahmu sendiri, tapi setidaknya di sini lebih ramai, kan?"Bentala mau tidak mau menga
"Kalau pun aku bilang mencintaimu, apakah segalanya akan berubah? Apakah kamu akan berpisah dengan Tanaya? Apakah kamu akan melupakan mimpimu, dan bersamaku?" Bentala tahu jawabannya, dan ia pun langsung menggeleng. Rana sudah menebaknya, dan langsung menghela napas. Ia tahu Bentala tak akan melepas apa pun. Pria itu ambisius, sekaligus serakah. Bila bisa mendapatkan segalanya, maka Bentala akan meraihnya. Bentala mengerti Rana kecewa dengan jawabannya. Jadi, ia pun menyatukan kening mereka, berusaha membuat Rana mengerti dengan keinginannya lewat kedekatan mereka. Namun, gadis itu juga punya pendirian yang kuat. Tak mudah bagi Bentala membuat Rana menyerah. "Pergilah," pinta Rana lirih. "Kalau kamu enggak bisa berpisah dengan Tanaya, maka pergilah, Ben. Selama kamu masih suami orang lain, tak ada kata cinta untukmu. Pergilah, Bentala. Kumohon!" "Sudah aku katakan, aku enggak akan ke mana-mana. Kamu, atau pun aku. Kita berdua enggak akan ke mana-mana, Rana. Lupakan soal cinta, kal
"Mbak Rana, tolong konfirmasinya mengenai hubungan Mbak sama Mas Ighfal. Benar atau tidak kalau kalian berpacaran? Benar atau tidak kalau Mbak Rana menjadi perusak hubungan antara Ighfal, dan Syara? Tolong jawabannya, Mbak Rana."Rana tetap tersenyum meskipun pertanyaan para wartawan terkadang membuatnya geleng-geleng kepala. Bila diurutkan, mungkin tahta tertinggi manusia julid bagi para artis adalah wartawan. Pertanyaan-pertanyaan mereka terkadang tak masuk akal. Membuat banyak artis menjadi kesal, dan justru enggan menjawab.Malam itu, Rana memang menjadi artis yang paling banyak dinanti. Selain beritanya dengan Ighfal memang sedang panas-panasnya, Rana juga adalah artis yang diundang khusus oleh brand Poems milik Yuriko Prameswari Gunawan. Prestasinya yang dianggap sangat baik, menjadikannya pilihan terbaik para brand untuk datang, atau membintangi produk mereka."Oh, seperti yang kalian tahu kalau saya dengan Ighfaldi hanya berteman. Terlepas hubungannya dengan Syara yang bukan u
"Semua sudah disiapkan, Pak. Kita tinggal rapat dengan Nona Rana, dan menanyakan pendapatnya. Semoga tak ada halangan lagi, sehingga minggu depan kita bisa syuting di Bali."Bentala mengangguk. Ia pun menyetujui semua hal yang sekiranya cukup baik. Bentala juga menandatangani berbagai surat yang telah ia pelajari. Bentala harus menyelesaikan segala pekerjaannya, karena dalam sepuluh hari kemudian sudah masuk musim kampanye pemilihan presiden, dan wakil presiden.Bentala yang telah diusung oleh salah satu pasangan calon untuk menjadi tim sukses tentu saja tidak bisa tinggal diam. Ia harus menggunakan momentum itu tidak hanya untuk memenangkan paslon yang didukungnya, tapi juga mengibarkan namanya agar lebih dikenal banyak orang. Bentala yakin dengan penampilannya, dan strateginya, ia akan mencapai kesuksesan yang dirinya mau."Oh, ya, ada undangan dari Ibu Yuriko Gunawan, Pak." Bentala mengingat-ingat, dan mengangguk sekilas. "Apakah Bapak akan datang? Kalau memang iya, saya akan memas
Rana Diatmika Husada : Apa sih maksud kamu? Lanjut, pertanyaan berikutnya.Bentala hendak menanyakan perasaan Rana padanya, namun ia urungkan pertanyaan itu. Sebab Rana sudah jelas-jelas menolak untuk menjawabnya. Ia pun ingin menanyakan mengapa lima tahun yang lalu Rana menghindarinya, tapi kembali ia urungkan, karena Bentala sendiri sudah mengetahui jawabannya dari almarhum bapaknya. Jadi, ia pun menghentikan kegiatannya mengetik, dan mulai mengalihkan fokusnya kepada Iskandar.Benar kata temannya tersebut, Indira akan datang ke rumah sakit pukul sembilan malam di hari jum'at. Mereka pun sudah stand by di kantin rumah sakit, dan mengira Indira tak datang malam itu. Ternyata gadis itu terlambat lima belas menit. Tidak langsung pergi ke ruangan sang profesor, Indira justru memilih duduk di ruang tunggu lantai satu."Dia enggak ke ruangan Prof. Emir," bisik Iskandar dengan dahi mengernyit. "Biasanya dia langsung ke sana. Ini enggak sama sekali. Apa dia janjian dengan orang lain? Permai
"Ini bagaimana? Namanya Audrey. Dia cukup oke. Lulusan SMK tata busana juga. Tampangnya juga kayak anak baik-baik. Tapi, Puspitha kemarin juga tampangnya baik-baik aja. Gimana menurut lo? Lo mau interview yang mana aja?"Rana melihat satu persatu CV yang diberikan oleh Latisha untuk mengisi kekosongan posisi asistennya. Sayangnya, ia bingung. Semuanya kelihatan baik-baik saja. Tapi, seperti yang Latisha bilang tadi, Pusphita pun bertampang sederhana, namun memiliki maksud terselubung yang menakutkan.Di sela-sela kebingungannya, Rana melirik ke ponselnya. Ia merasa aneh, karena Bentala tak mengirimkan pertanyaan berikutnya. Pria itu juga belum mengiriminya pesan lain sejak semalam. Namun, sungguh Rana merasa bersyukur. Semoga keanehan ini berlangsung selama mungkin."Lo kenapa? Nunggu telepon dari siapa sih?" tanya Latisha gemas. Sejak tadi, beberapa kali ia memergoki Rana melirik ke ponselnya. "Lo lagi enggak nungguin chat, atau telepon dari Ighfaldi, kan? Jangan deh, berurusan dulu