Share

Di Balik Asmara Sang Aktris
Di Balik Asmara Sang Aktris
Author: Cha

01. SATU KESALAHAN

Author: Cha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hai Bentala! It's me, Rana! Walau terlambat, tapi selamat karena diterima di Stanford. Selamat juga atas pertunanganmu."

Tulisan itu terkesan ceria di selipan bunga peony yang sangat cantik. Tapi bukan sebentuk ucapan, atau karangan bunga yang dibutuhkan pria tinggi bernama Bentala Pradaya Byakta tersebut. Ia lebih butuh bertemu dengan si pengirim bunga, dan akhirnya setelah melewati wisuda, Bentala pun bertemu dengan Rana Diatmika Husada di malam terakhirnya di Indonesia.

Rana tengah menyesap anggur merah. Tampak menikmati, sementara sang empunya rumah tengah sibuk mengantar beberapa temannya ke teras. Malam sudah menjelang pukul setengah satu, namun Rana tak bergegas pulang seperti yang lain.

"Rana, gue sama Camilla duluan ya," ujar Indira memberi tahu. Indira tak ingin meninggalkan Rana, tapi ia tak sanggup kalau harus mengurus dua wanita mabuk bersamaan. "Tadi gue sudah minta Ben untuk antar lo pulang. Ok?"

Rana hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Ia masih sadar. Tak sepayah Camilla yang sudah tak jelas mengoceh apa. Pesta perpisahan Bentala memang menjadi penuh tawa, dan kegilaan setelah mereka bermain truth or dare.

Rana, dan Camilla yang lebih suka dare, tentu saja memilih menghabiskan satu gelas anggur. Mereka berdua tipe yang menyimpan rapat masalah pribadi. Suka kejujuran, tapi tak lantas mengumbarnya dengan asal-asalan. Apalagi itu menyoal perasaan.

"Gue titip Rana, tolong lo antar pulang. Jangan lo apa-apain. Inget tiga hari yang lalu lo baru aja tunangan sama Tanaya. Lo masih waras kan, Ben?"

Ben mengangguk, meskipun kepalanya memang mulai terasa berat. "Sedikit mabuk, tapi enggak apa-apa. Gue masih sanggup bawa Rana pulang. Lo antar Camilla aja. Lagipula gue enggak gila begituan ya, kayak Imran. Enak aja lo!"

"Ya kali. Kita sama-sama tahu kalau lo bucin banget sama Rana."

"Tapi gue sudah punya tunangan, Indira."

Indira tak menanggapi. Ia hanya mengangguk, dan memilih percaya pada Bentala. Indira pun pergi setelah menaruh Camilla ke dalam mobil. Ia kembali mengingatkan Bentala. Sehebat apa pun pengendalian diri Bentala, cinta tetap bisa membutakan siapa saja.

Bentala sendiri juga sadar diri. Ia sama sekali tak menyangkal kalau dirinya begitu tergila-gila pada Rana. Namun tak lantas ia berpikiran macam-macam, dan akhirnya menyesalinya di kemudian hari.

"Aku rasa enggak bisa pulang deh, Ben." Celetukan Rana tersebut membuat Ben mau tak mau duduk di hadapannya. Rana memang tampak kepayahan, meskipun masih sadarkan diri. "Aku enggak bisa ke mana-mana. Aku rasa akan menginap di sini saja."

"Rana, kamu tahu kan, di sini cuma ada satu kamar tidur. Aku enggak menerima siapa pun menginap. Termasuk kamu."

Rana mengernyit, "oh ya?"

"Ya." Bentala menjawab dengan yakin. "Aku akan mengantar kamu pulang."

Bentala hendak berdiri, namun Rana menarik tangannya. Pria itu pun kembali duduk di posisi semula. Mereka kembali bertatapan. Setelah dua bulan lebih keduanya tak saling bertemu, entah karena kesibukan, atau Rana yang menghindarinya.

Bentala sebenarnya ingin mencecar Rana dengan berbagai pertanyaan. Namun permainan truth or dare yang diusungnya tetap gagal membuat Rana jujur. Gadis itu memilih untuk mabuk, ketimbang mengungkap perasaannya sendiri.

"Kamu enggak akan mengantar aku pulang. Aku enggak akan ke mana-mana. Ini mungkin malam terakhir aku ketemu kamu sebelum kamu benar-benar pergi ke US untuk waktu dua tahun lebih. Aku enggak bisa memandangi kamu, karena setelah besok kamu akan menjadi milik Tanaya. Dia sudah nunggu kamu di US. Kalian akan bersama. Aku akan benar-benar kehilangan kamu, Bentala."

"Kalau begitu, mengapa kamu nyuruh aku pergi? Mengapa kamu nyuruh aku tunangan sama Tanaya? Mengapa Rana?"

Rana tak langsung menjawab. Binar matanya mulai sayu. Ia mulai kehilangan arah, dan dengan mudahnya ingin jujur saja. Sayangnya ia tak mau, dan tak bisa, meskipun semua kejujuran sudah berada di ujung lidahnya.

"Aku tak mau memberitahumu apa-apa. Jadi, jangan mencoba bertanya apa pun. Permainannya sudah selesai tadi."

"Kalau kamu masih enggak mau menjawab semua pertanyaanku, maka ayo pulang. Pulang ke tempatmu, Rana. Jangan membuat segala hal menjadi sulit. Ayo, Rana!"

"Aku enggak akan ke mana-mana, Bentala!" seru Rana pada Bentala. Ia menatap wajah Bentala yang mulai lelah dengan galak. "Aku akan menginap. Aku enggak akan ke mana-mana. Aku akan tetap di sini, Bentala. Jangan suruh aku pulang. Berhentilah menyuruhku pulang. Titik."

Bentala menggeleng dengan keras. "Aku tidak bisa membiarkanmu di rumahku semalaman hingga esok siang, Rana. Selain karena aku sibuk, aku juga enggak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku enggak sehebat itu, Rana. Memandangimu dalam jarak sedekat ini saja membuatku rasanya ingin mati."

"Kalau begitu lakukan!" Rana menantang. Bentala pikir, alkohol sudah benar-benar merusak akal pikiran gadis kesayangannya. "Lakukan, Ben. Aku sudah bilang ingin menginap bukan? Di sini cuma ada kita berdua. Tidak ada yang lain. Tidak juga Tanaya. Apa yang mau kamu lakukan? Ayo kita lakukan sebelum malam ini berakhir."

"Jangan gila, Rana!" hardik Bentala kesal. "Ayo, pulang!"

Bentala kembali ingin berdiri, namun lagi, dan lagi Rana menahannya. Gadis itu bahkan memajukan tubuhnya, dan mencium bibir Bentala. Tanpa aba-aba yang membuat Bentala jelas sangat kaget. Ia tak menyangka sama sekali Rana yang selalu menjaga dirinya dengan baik, melakukan hal gila tersebut.

Namun, kepala Bentala yang tak benar-benar waras, jelas menerimanya. Ia melumat bibir itu, merasai tempat yang paling membuatnya penasaran. Meskipun ia bukanlah pria yang liar, tapi beberapa kali Bentala pernah merasakan bibir gadis lain yang pernah menjadi teman dekatnya. Rasanya jelas beda. Kali ini lebih manis, lebih candu dari yang pernah terlintas di pikirannya.

"Kamu membalas ciumanku." Bentala mengambil napas, tak menggubris perkataan Rana. "Kamu benar-benar jatuh cinta padaku ya, Bentala?"

"Ya. Bagaimana mungkin kamu masih bertanya setelah enam tahun ini aku selalu ada di sisimu? Jadi, diamlah, Rana. Kalau kamu ingin aku melakukannya, maka aku akan melakukannya. Jangan pernah suruh aku berhenti. Ini semua karena permintaanmu yang gila."

Bentala jelas sudah kehilangan akal sehatnya. Bukannya menyudahi kedekatan mereka, Bentala justru membawa tubuh Rana yang indah ke atas pangkuannya. Ia kembali mencium bibir penuh Rana dengan sepenuh hati, merasai segala hal yang selalu menjadi pertanyaan dalam benaknya. Ia ingin gadis itu sepenuhnya, meskipun beberapa menit sebelumnya Bentala jelas-jelas mengatakan tidak.

Rana sendiri tahu ia sudah gila. Tapi, apa yang dilakukannya malam itu adalah sebuah cara untuk mengungkap perpisahan. Perpisahan paling menyakitkan untuk cinta pertamanya. Cinta pertama yang kemungkinan tidak akan Rana miliki seumur hidupnya.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
noname
Semangat nulisnya! Ditunggu kelanjutannya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   02. MALAM TAK TERLUPAKAN

    "Rana, kita harus berhenti."Lirihan itu terdengar begitu pelan di leher jenjang Rana. Bentala benar-benar berada dalam kebingungan. Ia ingin sekali menyudahi segala tindakan yang tengah dilakukannya. Namun apa daya, kulit mulus, dan wangi vanilla yang manis dari tubuh Rana, tak mampu membuat Bentala berhenti.Inchi demi inchi Bentala telusuri pipi, dagu, leher, hingga pundak Rana dengan bibirnya. Tak ada satu pun yang tertinggal. Tangannya bahkan sudah masuk ke dalam kemeja Rana, lalu merasai kulit mulus Rana, dan mulai memasuki area yang rasanya tak boleh terjangkau oleh tangan Bentala."Jangan," larang Rana sama lirihnya. Napas gadis itu terengah, matanya menutup. Kulitnya yang putih bahkan mulai memerah karena gairah. "Jangan berhenti, Bentala.""Ini sudah terlalu jauh.""Maka teruskan, bukannya justru berhenti." Rana meraup rambut tebal Bentala. Membuat pria itu makin terpancing. "Kita sudah memulainya, jadi lanjutkan saja, Bentala! Bukankah kita sudah sama-sama gila sekarang?"R

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   03. MELARIKAN DIRI DARI KENYATAAN

    "Ya Tuhan!"Rana terkesiap tentu saja. Ia mendapati dirinya bangun tidur tanpa sehelai benang pun dengan Bentala di sampingnya. Tanpa Rana cek, ia yakin Bentala tak ada bedanya dengan dirinya. Orang paling gila sekali pun tahu pasti telah terjadi hal yang tidak-tidak antara keduanya.Rana mencoba untuk bangun. Meskipun kepalanya terasa sakit, tapi ia harus segera melarikan diri. Dengan hati-hati ia coba bangkit dari tempat tidur Bentala. Ia tak ingin pria itu bangun, dan memergoki kepergiannya."Ya Tuhan, aku pasti benar-benar gila semalam," rutuk Rana sambil mencatut satu persatu pakaiannya. Dengan gerakan sepelan mungkin, Rana pun mencoba keluar dari kamar Bentala. "Maafkan aku, Bentala. Aku benar-benar meminta maaf, karena harus pergi meninggalkanmu. Kita enggak bisa bersama. Kamu harus bersama Tanaya."Rana menatap wajah Bentala yang damai dalam tidurnya. Ini adalah kali terakhir melihat wajah dominan itu. Wajah yang selalu menemaninya selama enam tahun ini. Wajah yang akan sangat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   04. CINTA GILA DAN BUTA

    "Bapak, ngapain di sini?"Bukannya Bentala kurang ajar, tapi melihat sang ayah datang ke rumahnya secara tiba-tiba sontak membuat pria itu kaget. Bentala tahu, cepat atau lambat sang ayah pasti tahu saat ia menunda untuk berangkat. Tanaya entah atau tidak, pasti telah mengadu pada ayahnya tersebut.Agam Putra Narendra adalah pensiunan TNI. Ia adalah mantan Jenderal, sekaligus mantan menteri pertahanan di era kepemimpinan presiden sebelumnya. Sudah dua tahun ia hanya duduk-duduk, sembari mengurus beberapa usaha perkebunan miliknya. Pria itu juga yang mengurus Bentala dari umur sepuluh tahun di saat ia ditinggalkan oleh Ibunya yang meninggal karena penyakit kanker."Karena Bapak dengar kamu belum berangkat, Bapak jenguk kamu. Bapak pikir kamu sakit. Ternyata benar-benar sakit, ya? Tampangmu benar-benar buruk, Nak."Bentala mendengus, "Ben, bukan anak-anak lagi, Pak.""Kalau bukan anak-anak seharusnya kamu bisa mengurus diri kamu sendiri dengan benar. Saat kamu bilang ingin ambil bisnis

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   05. SEBUAH RUMOR

    "Eh, lo sudah nonton filmnya Rana Husada belum? Gue nonton sama cowok gue kemarin, gila keren banget dia jadi pelakor. Bagus banget filmnya! Aktingnya si Rana nih, memang enggak pernah gagal ya?"Indira, dan Camilla langsung menoleh saat dua orang gadis muda tengah membicarakan sahabat mereka, Rana. Setelah kepergian Bentala tiga tahun lalu, Rana sibuk dengan segala kegiatan yang positif. Ia kembali ke bangku kuliah, lulus S2, dan terkenal sebagai aktris teater. Setengah tahun yang lalu, film pertama Rana berhasil meraih dua setengah juta penonton, dan menasbihkannya sebagai salah satu aktris pendatang baru terbaik di berbagai ajang penghargaan.Kini film kedua Rana menjadi perbincangan di mana-mana. Meskipun belum menjadi tokoh utama, tapi Rana justru yang paling banyak meraih atensi. Rana dianggap sebagai representasi dari aktris yang memiliki wajah cantik, berkelas, dan berbakat."Makin berjaya aja, teman kita." Indira mengangguk, ia setuju dengan anggapan Camilla. "Ya, memang akti

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   06. BUKAN PERNIKAHAN IMPIAN

    "Tanaya, sudah berapa lama kalian berhubungan? Ya Tuhan, Tanaya! Tak pernah terpikirkan dalam kepalaku kalau kamu akan berciuman dengan Edward. Dia teman dekatku, Tanaya."Tanaya bergeming. Matanya sibuk memandang ke luar jendela, sedangkan Bentala duduk dengan ekspresi tak karuan. Ia tak pernah menyangka kalau Tanaya yang selalu anggun, dan minim kesalahan akan tertangkap basah mencium teman dekatnya, Edward Clarkson.Bentala pikir Tanaya adalah gadis yang tak tertarik dengan hubungan asmara. Ternyata diamnya Tanaya, karena ia tengah menjalin hubungan dengan salah satu pria. Hal yang tak pernah terlewat di kepala Bentala akan dilakukan oleh Tanaya."Jawab aku, Tanaya!""CUKUP, BEN!" teriak Tanaya dengan muka masam. "Cukup bertingkah sebagai tunanganku. Cukup bertanya-tanya hal yang enggak pernah kamu pedulikan. Kenapa sekarang kamu mau tahu? Kenapa Ben? Kenapa?""Aku harus tahu, karena aku masih tunangan kamu, Tanaya."Tanaya berdecih. Ia benci tingkah Bentala terhadapnya hari ini. S

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   07. PERTEMUAN KEMBALI

    "Mengapa iklannya payah semua sih? Kalau begini bagaimana bisa menaikkan profit? Saya mau siang ini diadakan rapat besar-besaran! Buat apa kita punya produk rumah tangga yang bagus, tapi promosinya seadanya begini." Sang Asisten, Danish Setia Budi, langsung mengangguk. Ia dengan cepat melangkah keluar ruangan untuk menjalankan apa pun amanat dari sang atasan. Tak lama dari acara pernikahannya digelar, Bentala langsung pulang ke Indonesia. Ia memiliki tanggung jawab yang sangat menyita waktunya. Mimpinya baru benar-benar terealisasi setahun ke belakang. Kini ia menjadi wakil ketua partai Karya Bersama Indonesia, dan digadang-gadang menjadi bakal calon Gubernur Jakarta. Jadi, tak hanya menjalankan bisnis ayahnya, Bentala benar-benar sukses membangun figurnya menjadi menarik di periode pemilihan presiden tahun ini. "Kalau Edward belum bisa ke Indonesia, ya jangan dipaksa. Orang tua kamu mulai curiga, Tanaya. Ini sudah enam bulan. Kamu mau kepergok orang tuamu, karena tengah tinggal be

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   08. SALING MENOLAK PERASAAN

    "Kamu bisa pergi, Rana. Tidak ada yang menghalangimu untuk pergi. Pergilah kalau kamu ingin pergi."Rana terpaku. Ia hanya terdiam saat Bentala mengusirnya. Ia memang bisa pergi, tapi kondisi Agam yang tengah kritis, entah mengapa membuatnya ingin tetap di sana. Ia tak sanggup bila harus meninggalkan Bentala, meskipun gadis itu tahu pria tersebut milik orang lain.Bentala yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, langsung menengadahkan kepalanya. Ia penasaran mengapa Rana tak membalas seruannya. Gadis itu justru termangu, seperti tak mendengar apa yang baru saja ia katakan."Rana, aku sedang bicara denganmu.""Aku dengar, kok." Jawaban itu pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Bentala."Lantas kenapa masih diam di situ?""Aku duduk di sini bukan karena dirimu, Bentala! Tolong diamlah! Ini rumah sakit.""Tidak ada yang mengatakan kalau tempat ini hotel, Rana."Rana menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia tak tahu sama sekali kalau setelah menikah, Bentala menjadi secerewet itu. Namun, Be

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   09. TEKAD BENTALA

    "Gila kamu, Rana! Gila! Apa sih yang sebenarnya sedang kamu lakukan?"Rana terus merutuki dirinya sendiri. Setelah mengikuti Bentala kembali ke ruang rawat ayahnya, Rana meminta izin untuk ke kamar mandi. Awalnya Bentala memelototi Rana, namun karena berada di depan Emir, Bentala tak bisa menyuarakan penolakannya. Rana jelas menang, dan melenggang jauh meninggalkan dua pria penting di hidup Rana tersebut.Gadis itu tahu Bentala sudah menduga kalau Rana akan melarikan diri kembali. Namun, ia juga tak bisa memenuhi permintaan Bentala. Bukan karena tidak bisa, tapi karena lebih kepada status pria itu yang sudah menikah. Seharusnya tadi Rana memberontak, tapi ia justru bersikap lembek dengan menyerahkan dirinya pada pria itu. Sungguh, Rana merasa dirinya seperti perempuan murahan."Hei, Dir. Lo lagi ada di apartemen enggak? Gue butuh curhat nih," ucap Rana di telepon saat gadis itu mulai menjalankan mobilnya keluar rumah sakit. Di ujung telepon, Indira pun mempersilahkan, membuat Rana lan

Latest chapter

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   120. AKHIR YANG BAHAGIA

    "Kamu tahu enggak arti dari cincin ini?"Delapan bulan kemudian segalanya berjalan dengan sangat cepat. Rana membutuhkan waktu lebih dari lima bulan untuk menyiapkan segala pernikahannya. Karena kegiatannya di dunia entertainment yang memang sedang rehat, maka tak ada satu pun media, atau rekan artis yang mengetahui rencana pernikahannya. Rana, dan Bentala pun dengan tenang menjalankan pernikahan mereka di Bali dengan sangat tenang, dan intim.Kini, di bulan kedua pernikahan mereka, Bentala akhirnya bisa benar-benar menemukan waktu untuk berbulan madu. Meskipun tak lagi menjadi aktris, Rana tetap saja disibukkan dengan kegiatannya sebagai salah satu direksi di rumah sakit Husada. Ia bersama-sama dengan Latisha bekerja, meskipun kini berada di dunia yang sama sekali berbeda."Aku enggak tahu," jawab Rana sambil menggelengkan kepala. "Memang apa artinya? Aku pikir ini hanya sebuah bentuk. Karena cantik, jadi kupikir itu alasan kamu memilihnya. Ternyata ada artinya, ya?"Bentala terkekeh

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   119. MENIKAHLAH DENGANKU

    "Besok bahkan baru malam tahun baru. Tidak bisakah kamu menunggu hingga besok? Ya, aku memang menyuruhmu untuk pulang, tapi maksud aku pulanglah setelah tahun baru. Bukannya sekarang. Ben, kamu mendengarkan aku, kan?"Pertanyaan itu membuat Rana benar-benar kesal, karena Bentala tampak tak mengacuhkannya sejak tadi. Pria itu sejak tadi hanya mondar-mandir merapikan segala barangnya ke dalam koper besar yang Rana pastikan kalau isinya terlalu sedikit di sana. Rana pun beranjak dari kasur, mendekati Bentala yang sibuk memasukkan semua kemejanya ke koper. Ia tarik kerah pria itu, agar Bentala bisa fokus hanya padanya.Bentala tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pelukan Rana dengan erat. Ia bawa gadis itu ke pelukannya, dan ia cium gadis itu dengan sepenuh jiwa. Rana jelas tak menolak, bersama Bentala memang membuat kepalanya selalu bodoh dalam hal tolak menolak."Kamu sekarang merengek, agar aku tak pergi." Bentala berkata setelah ia melepaskan ciumannya. "Kemarin, kamu melepaskan ak

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   118. HALO CANTIK!

    "Gue benar-benar senang, karena lo sudah sadar, Na. Maaf ya, gue enggak bisa melihat lo langsung ke Australia. Karena gue pikir-pikir keadaannya pasti enggak memungkinkan dan gue enggak pernah ke Australia sebelumnya. Gue takut jatuhnya ngerepotin Indira yang lagi sibuk ngurusin lo, dan kerjaannya."Hanya sebuah gelengan yang mampir di wajah Rana saat mendengar managernya, Latisha meminta maaf. Ia tak pernah mempermasalahkan siapa yang berada di sampingnya saat sakit. Baginya di mana pun berada, Rana sudah cukup dengan doa. Rana tahu obat mujarab terampuh bagi orang sakit adalah doa dari orang yang benar-benar tulus menginginkan kesembuhan diri kita.Latisha sendiri merasa sangat bahagia. Meskipun hanya bisa melihat Rana dari panggilan video, tapi gadis itu sudah merasa cukup puas. Melihat Rana meresponnya dengan senyum tercantik yang Rana punya, sudah membuat Latisha merasa sangat lega."Tidak masalah kok," jawab Rana jujur. Ia tersenyum lemah. "Lo jangan maksain diri buat ke sini. L

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   117. TEMAN TERBAIK

    "Indira, boleh saya bicara sama kamu sebentar?"Tak mungkin Indira tak kaget. Ia menengadah, dan memastikan kalau yang bicara padanya memang benar-benar seorang Emir Dikara Husada. Selama hampir dua minggu, pria itu pura-pura tak mempedulikannya, hari ini, di hari di mana Rana sadar sepenuhnya, Emir akhirnya mau mengajaknya bicara. Bukannya Rana berharap, tapi ia ingin antara dirinya, dan Emir berhenti memikirkan menyoal masa lalu, serta terjebak di dalamnya.Indira pun mengangguk, meskipun Arnold sempat menggeleng. Ia menatap Arnold seraya tersenyum meminta pengertian. Arnold pun melihat pada Indira, dan akhirnya memperbolehkan gadis itu menyelesaikan segala masalahnya dengan pria brengsek yang ternyata adalah sahabat baik Rana. Jujur, saat mengetahuinya, Arnold jelas kaget bukan main. Ia sungguh merasa luar biasa, karena ternyata Rana, dan juga Indira masih bisa menjalin pertemanan yang sangat baik."Tunggulah di sini," pinta Indira yang langsung disanggupi oleh Arnold. "Aku akan ba

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   116. BERITA BAIK UNTUK BENTALA

    "Maaf, mengganggu waktumu, Ben. Tapi, saya harus memberikan ini secara langsung untukmu. Kamu diundang khusus sebagai best man-saya dalam pernikahan saya dengan Tanaya. Ya, saya tahu kondisinya tidak memungkinkan. Tapi, tak apa-apa. Saya hanya ingin memberikan ini sebagai tanda bahwa hanya kamu yang berhak untuk posisi itu."Tentu saja Bentala terhenyak. Bukan soal undangannya, tapi bagaimana Edward selalu memperlakukannya dengan spesial. Berbeda dengan dua temannya yang lain, Edward baginya sudah seperti saudara yang ia temukan di benua lain. Dia selalu merawat, memperhatikan, bahkan memperlakukan Bentala seperti dirinya adalah orang yang layak mendapat perlakuan tersebut. Tak hanya Edward, Tanaya pun demikian.Untuk itulah, Bentala rela melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menjaga mereka tetap bahagia. Sebab, di saat ia tak punya siapa-siapa di negeri orang, hanya Edward, dan Tanaya yang membantunya. Hanya mereka berdua yang rela bersusah payah untuk seorang Bentala."Kamu membuat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   115. HANYA SEBUAH HARAPAN

    "Aku tahu harusnya enggak ninggalin kamu. Tapi, aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti mengerti. Hanya tiga hari, aku janji. Senin, aku akan kembali ke sini. Aku janji akan nemenin kamu lagi di sini. Kamu pasti akan merasa sedih kan, kalau pekerjaanku enggak beres? Jadi, aku pulang sebentar ya. Aku tahu, aku akan kangen kamu banget, Rana."Tatapan Bentala begitu dalam, dan berat. Ia sama sekali enggan meninggalkan Rana dalam kondisi yang masih belum ada kejelasan, tapi ia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya pada Bentala, dan ia tak serta merta melupakan mereka hanya untuk memajukan keinginannya. Bila Rana bangun pun, gadis itu pasti memilih untuk melepasnya.Dengan erat, ia genggam tangan kekasihnya. Ia cium tangan itu penuh rasa sayang. Meskipun hampir dua minggu di rumah sakit, wangi lavender yang khas masih tercium begitu nyata dari tubuh Rana, membuat Bentala makin berat untuk melepasnya. Tapi, apa mau dikata. Hidup nyatanya harus tetap

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   114. CINTA TANPA HINGGA

    "Mr. James sangat menyukai apa yang anda lakukan dengan kebun kelapa sawit keluarga anda. Dia berharap kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi anda, dan juga Mr. James. Terima kasih banyak, Mr. Byakta. Nanti kita bertemu lagi di Jakarta dua minggu ke depan. Have a nice day."Tak hanya Bentala, Danish pun menunjukkan senyum profesionalnya kepada CFO Perusahaan yang akan bekerja sama dengan Bentala dalam pembuatan pabrik kelapa sawit di Riau. Bentala sungguh bersyukur, karena CFO perusahaan yang ia tuju adalah orang Indonesia. Ibu Martina Larasati Adams yang adalah orang Sulawesi Utara pergi jauh ke Sydney untuk bekerja bersama suaminya yang berasal dari London. Bentala pun teringat pada Edward yang melobi CEO perusahaan ini untuk bekerja sama dengannya. Bentala harus mentraktirnya nanti saat sampai di Jakarta.Bentala, dan Danish pun sangat puas. Tak sia-sia waktu yang mereka habiskan untuk meraih kontrak kerja sama. Sekarang setelah segala kontrak sudah ditandatangani, Bentala b

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   113. RINDU YANG MENGGUNUNG

    "Ben, lo bisa pulang ke hotel buat urus kepindahan lo. Di depan juga sudah ada asisten lo nungguin. Jangan lupa makan. Terakhir lo makan tuh, kemarin sore. Lo skip makan malam, sama sarapan, Ben. Jangan sampai deh, lo ikut-ikutan tumbang. Makan ya, Ben."Hanya sebuah anggukan yang Bentala berikan kepada Indira. Gadis itu sudah jauh lebih rapi, sedangkan Bentala tampak kusut tak terurus. Tiga hari sudah, dan tak ada tanda-tanda Rana akan bangun. Dokter hanya mengatakan kalau Rana hanya trauma. Hanya butuh waktu sampai gadis itu siap, dan membuka matanya.Sayangnya Bentala tak sabar. Masalahnya rindunya sudah menggunung, dan butuh dituntaskan. Hausnya masih terasa meskipun ia sudah menenggak kehadiran Rana sejak tiga hari lalu. Tapi, apalah arti raga, tanpa jiwa yang benar-benar hidup."Tolong ya, jaga Rana. Kalau ada kabar baik, hubungi gue." Bentala berpesan, dan Indira langsung mengiyakan apa yang pria itu inginkan. "Kalau bisnis ini enggak penting, gue mungkin akan ada di sini terus

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   112. SITUASI GENTING

    "Ben, kamu sudah berangkat kerja? Ben? Hei, Ben! Kamu sedang apa di sana? Ada apa?"Dengan cepat, Edward menghampiri Bentala yang terduduk di karpet dekat tempat tidurnya. Pria itu tampak terdiam, kaku, dan belum benar-benar menyadari keberadaannya. Sebelum berangkat lari pagi, Edward melihat Bentala masih baik-baik saja dengan makan makanan cepat saji, minum kopi, dan kemudian mandi. Namun setelah Edward kembali, ia mendapati pria itu tampak tak berdaya, dan tak baik-baik saja.Edward pun mencoba membuat pria itu berhenti melamun dengan menggoyangkan bahunya. Bentala akhirnya menengadah, namun baru kali itu tatapan pria itu benar-benar kosong. Edward pun menjadi ikut takut."Ben, ada apa?" tanya Edward lagi lebih keras. "Katakan, ada apa?""Rana, Ed, Rana," lirih Bentala dengan suara tercekat. Kalau dia adalah Tanaya, mungkin tangisnya sudah merebak keluar. "Dia kecelakaan Ed. Bagaimana ini? Bagaimana, Ed? Aku harus ke Australia. Aku harus ke sana. Sekarang juga. Ya Tuhan, mengapa in

DMCA.com Protection Status