Hai … hai, maaf yah, maaf banget aku lama up … selain ada beberapa hal yang aku lakuin di real life, ada bab ini juga yang bikin aku ketar ketir ngetiknya. Entahlah … aku ngetik ini kaya yang, berat banget, moga tersampaikan feel -nya. Sampai besok yah, pembaca . Follow sosial media aku buat liat visual atau update karya Gallon lainnya, di @storyby_gallon Xoxo Gallon yang Hobi Kellon
"Bisa tolong bawa bunganya?" tanya Lidya pada salah satu pegawai WO yang sedang berjalan di dekatny. "Bunganya kok warnanya aneh gini sih?"Sonya tertawa mendengar protes Lidya pada salah satu petugas WO, "Lid, udah nggak papa.""Ngga bisa ini warnanya kok pink, harusnya putih," ucap Lidya sambil menyerahkan bunga ke tangan petugas WO dan meminta orang itu mengganti bunganya sesegera mungkin sambil menyelipkan lembaran uang ke tangan petugas itu agar bisa membeli bunga baru."Jangan bikin aku gugup, please ...." Sonya berdehem sambil merapikan gaun pengantin berwarna putih yang ia kenakan. Sebuah gaun yang sangat cocok dikenakan Sonya karena mampu untuk menunjukkan setiap lekuk tubuhnya yang sensual dengan tepat."Jangan gugup, Mbak, Mbaknya cantik kok," ucap perias pengantinnya sambil mensemprotkan setting spray ke wajah Sonya. "Mbak cantik banget dan aku tebak umur Mbak 23 tahun?" tebak perias pengantin itu yang langsung dijawab gelengan oleh Sonya."Nggak Mbak, kemudaan 10 tahun,"
"Itu Dokter Lidya?" tanya Aci sambil menunjuk Lidya dan Eka lalu memutar badannya membelakangi Lidya."Iya, itu Dokter Lidya dan dia sama Eka ...." Mei menutup mulutnya dengan tangan saat kaget melihat Lidya yang sedang bergelayut manja bersama Eka dan kedua anaknya berjalan memasuki ruangan."Nggak nyangka, yah, ini Dokter-Dokter kenapa pada nikah sama penatanya, yah?" tanya Hilma sambil meminum minumannya dan mengintip di mana Lidya dan Eka."Awas loh, Mbak, nanti pas kamu sudah jadi Dokter spesialis nikah sama perawat," bisik Mei sambil menahan tawanya."Kok mau yah, Dokter Lidya sama Eka, padahal Eka juga nggak ganteng-ganteng amat." Mei salah satu perawat yang bekerja di rumah sakit tempat Lidya bekerja langsung menggelontorkan gosip terhangat miliknya, "apa bener kata orang-orang kalau Dokter Lidya hamil duluan?""Tapi, emang Dokter Lidya hamil kan," jawab Hilma salah satu koas di rumah sakit tempat dulu Sonya bekerja yang bahkan pernah bekerja di bawah bimbingan Sonya."Yah, ngg
Awan membenarkan ujung-ujung lengan bajunya dengan berdebar, jantungnya semenjak pagi terus berdetak lebih cepat dari biasanya dan ia pun tidak berselera menyantap makanannya. Sudah dari kemarin dia dilaranh untuk bertemu dengan Sonya.Ia bahkan kesal dengan Aira yang melarangnya untuk bertemu Sonya dengan alasan biar kaget lihat Sonya saat mau menikah. Astaga ... alasan macam apa itu? Aira tidak tahu saja ia setiap hari selalu kaget melihat Sonya karena selalu bangun dengan kondisi apa pun namun selalu terlihat menarik dan menawan, entah ajian apa yang Sonya miliki hingga selalu membuat Awan tidak pernah merasa bosan.Awan merasaka tepukkan di bahunya dan mendapati Eka yang sedang tertawa ke arahnya, "Hai ....""Kenapa? Muka maneh jiga nu rea hutang? (Muka kamu kaya yang banyak hutang?)" tanya Eka sambil menahan tawanya karena melihat wajah Awan yang terlihat tegangz"Maneh eta mah, (Kamu itu)" sahut Awan sambil membenarkan dasi yang seolah mencekiknya, saking mencekiknya Awan sampai
Ucap syukur terdengar di seantero ruangan saat seorang pria menyatakan kalau Awan Kurniawan dan Sonya Fauzia mulai saat ini resmi menjadi suami dan istri. Tangan Sonya terasa hangat saat merasakan genggaman tangan Awan, tanpa sadar Sonya menoleh pada Awan yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan hangat andalan Awan. Manik mata Awan yang berwarna cokelat seolah terlihat sendu dan hangat menyelimuti Sonya. "Kamu cantik, Istri." Awan kembali mengecup tangan Sonya pelan, menorehkan rasa hangat nan manis di punggung tangan Sonya.Sonya hanya bisa tersipu saat mendengar panggilan Awan untuk dirinya, sederhana namun manis dan memabukkan. Awan dengan segala gombalannya memang sesuatu yang tidak bisa Sonya abaikan. Jantungnya dan napasnya seolah tidak mampu bekerja dengan baik setiap mendengar gombalan Awan."Kamu juga, Suami?" tanya Sonya sambil mengedipkan sebelah matanya."Kamu nanya ke aku kalau aku suami kamu?" tanya Awan sambil menaikkan alisnya kesal. "Ini apa Sonya?" tanya Awan
Awan memeluk Sonya sambil terus berdansa, entah sudah berapa lama ia mengecupi bahu Sonya yang terasa hangat, ia bersyukur wanita itu mengenakan pakaian yang membuat bahunya terbuka hingga ia bisa mengecupi bahuhya. Iya ... Awan suka dengan kaki Sonya tapi, ia tidak mungkin mengecupi kaki Sonya saat sedang berdansa, bila ia melakukan itu bisa-bisa ia dianggap lelaki aneh-aneh oleh orang-orang di sana. Jadi, cara satu-satunya ia mengecupil bahu Sonya."Awan ...," panggil Sonya sambil mengusap punggung Awan pelan."Apa? Kenapa? Kamu capek?" tanya Awan sambil melepaskan pelukkannya dan melihat wajah Sonya yang terlihat letih namun bahagia. "Nggak." Sonya menggeleng seolah menegaskan perkataannya, "aku nggak capek, cuman ... itu dari tadi ada yang liatin kita di belakang kamu." Sonya menggerakkan kepalanya ke arah belakang bahu Awan."Siapa?" Awan menolehkan kepalanya melewati bahunya untuk melihat siapa yang membuat Sonya meminta dirinya melepas pelukkannya. "Aki ....""Awan ... Wan, g
Sonya berusaha untuk menggerakkan badannya berdansa dengan Romli, rasa canggung bercampur segan menyelimuti dirinya hingga ia benar-benar kikuk saat menggerakkan kakinya hingga beberapa kali ia menginjak kaki Romli."Maaf, Ki ...," bisik Sonya canggung sambil melihat ke bagian kakinya yang terlihat bergerak aneh, Sonya mengutuki gerakkan kakinya yang tidak terkordinasi dengan baik. Menyebalkan."Nggak apa-apa," jawab Romli santai sambil terus berdansa pelan, "Aki juga nggak bisa dansa, waktu Aki nikah dulu nggak ada adegan dansa kaya gini. Yang ada acara nikah terus ganti baju sampai 7 kali.""Hah, 7 kali?" tanya Sonya kaget, dia saja yang ganti baju dua kali rasanya ingin mencabik kain yang membalut tubuhnya karena gerah bukan main. Sonya tidak mampu membayangkan mengganti baju sampai 7 kali, tersiksa."Iya 7 kali, pakai baju adat sunda aja sampai 3 kali ganti karena biar sesuai dengan baju kebaya yang dipakai almarhum, terus pakai baju Prince Charle—""Hah? Prince Charles? Princes
"Kita panggil, Mr. and Mrs. Kurniawan." Suara MC terdengar nyaring di dalam ruangan tersebut membuat semua mata tertuju pada dirinya dan dengan cepat teralih ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka lalu terlihat Sonya dan Awan yang masuk ke dalam ruangan sambil menggandeng Hana juga Haikal. Sonya terlihat cantik mengenakan gaun putih yang sewarna dengan baju Hana. Sedangkan Awan mengenakan pakaian dengan warna dan bentuk yang hampir sama dengan Haikal. Mereka berempat terlihat sebagai sebuah keluarga yang utuh dan bahagia. Hmm ... bukan, bukan terlihat namun memang pada kenyataannya mereka sangat bahagia. Para tamu undangan mendekati Sonya dan Awan untuk memberikan ucapan selamat karena pernikahan itu berkonsep di mana pengantin tidak diam di pelaminan tapi, bergerak mendatangi para tamu undangan yang ada. Sonya dan Awan mendatangi beberapa teman, rekan sejawat, saudara dan juga kolega. Mereka berbincang tipis dan saling berbasa basi, selama itu pula Awan sama sekali tidak melepaska
"Om Puad." Tubuh Awan sedikit bergetar saat melihat lelaki yang sangat membenci dirinya, entah mengapa dirinya langsung berubah menjadi mode siaga. Rasa-rasanya jantungnya berdebar sangat keras akibat kehadiran Fuad di acara pernikahannya itu.Mengapa Fuad harus datang ke acara pernikahannya? Apakah ia memberika undangan pada Fuad? Atau Fuad dan keluargnya merengsak masuk ke acaranya sebagai tamu tak di undang? Awan memanjangkan lehernya untuk melihat keluarg Fuad yang sedang berada di belakangnya, bahkan ia biasa melihat Intan dan Selena yang sedang tersenyum sambil melihat kedua anaknya yang sedang berbincang dengan saudara-saudaranya.Jantung Awan makin tak karu-karuan melihat pemandangan itu, semua pikiran buruk dengan cepat menghantamnya tanpa ampun. Perasaannya langsung terasa tidak enak karena ia merasa kalau acara pernikahannya akan sedikit rusak dengan kehadiran Fuad! Ayolah, siapa yang mengund—"Hai ... Om."Pikiran Awan seolah berhenti saat mendengar suara Sonya dan mendap
Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki
Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b
Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke
37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar
"Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"
"Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y
Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil
"Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y
"Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan