Share

32. Menyerah

Penulis: Gallon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku terima kamu Sonya, aku terima kamu dalam keadaan kamu mandul."

Argh ... Sonya ingin menyumbat kupingnya saat Emir mengatakan kata mandul, sebuat kalimat dan situasi yang membuat Sonya ingin mengakhiri hidupnya sesegera mungkin.

"Sonya ...."

"Emir, aku tahu kamu begitu berlapang dada untuk menerima aku dengan kemandulan ini, aku bersyukur akan hal itu. Karena mungkin tidak ada lelaki yang mau melakukannya, aku tahu dan sadar akan itu semua. Tapi, kalau kelakuan kamu kaya gini, mending aku mati aja, Emir aku nggak kuat," ucap Sonya.

"Sonya, aku datang benar-benar untuk meminta maaf," bisik Emir berusaha untuk berdamai dengan istrinya itu.

"Mungkin kamu kalau mau berdamai, mungkin kamu harus belajar dulu dan mengingat kalau wanita yang sedang kamu sentuh dan kamu minta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
TatiMaristila
sumpah gedek banget sama si Sonya...kek apa coba malas banget ...
goodnovel comment avatar
Kasmariah Kadir
lanjut thoor
goodnovel comment avatar
Nietha
sonya ni kebanyaan bicit, udah di katain mandul kok masi tetep bertahan, mending klo bact yg maki2 emir/ berkata tegas, lah ini bahasanya macam perempuan gk berguna aja, selow, lemah... sedangkan sama awan sewot mulu,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   33. Gamang

    Suara langkah kaki Sonya yang khas terdengar sangat jelas di lorong rumah sakit membuat beberapa orang perawat, petugas kebersihan dan pasien yang sudah hafal dengan suara khas sepatu Sonya langsung menyapa pada dirinya. Sonya membalasnya dengan senyuman atau lambaikan tangan, dia terus berjalan ke arah ruangan yang biasanya ditempati oleh perawat. “Maaf, ada Awan?” tanya Sonya saat melihat ke bagian dalam ruangan dan hanya mendapati Eka dan beberapa tenaga kesehatan lainnya. “Tadi katanya mau ke ruangan Dokter untuk menyerahkan berkas rekam medis untuk operasi SC nanti siang,” terang Eka. Sonya mencengkeram gagang pintu ruangan saat mendengar perkataan Eka, dia tahu hal itu karena Awan tadi ke ruangannya dan mendapati dirinya sedang bersama Emir dan entah kenapa Awan malah menutup pintunya kemudian meninggal dirinya dengan Emir. Sebenarnya, Sonya tidak perlu mempermasalahkan itu semua karena Awan bukan siapa-siapanya namun, entah kenapa hatinya memaksanya un

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   34. Step Back

    “Kamu bisa jawab atau mendadak bisu?!” teriak Emir yang kesal karena Awan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.Awan tidak bisa menjawab pertanyaan Emir, pikirannya meminta Awan untuk berkata iya namun, hatinya memaksa Awan untuk berkata tidak. Karena jatuh cinta pada seorang wanita semenjak kejadian itu, bukan suatu hal yang mudah bagi Awan.Sudah hampir sepuluh tahu Awan tidak pernah merasakan kembali debaran di dadanya ataupun hasrat yang menggebu-gebu pada seorang wanita. Sampai-sampai Eka sahabat karibnya itu menganggap Awan sudah berubah orientasi seksual menjadi pecinta sesama jenis, karena selalu menolak untuk berhubungan lebih jauh dengan wanita mana pun.“Hei ... jawab pertanyaan saya, bisa kamu jangan ganggu istri orang?” sentak Emir yang makin kesal karena Awan mengabaikannya.“Apa ... nggak kedengeran, maap, kamu ngomong apa?” dusta Awan sembari mengambil plastik dari kantung scrub (pakaian perawat) mil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   35. Berusaha Menjauh

    “Awan, nanti kamu tolong cek pasien selanjutnya,” pinta Sonya dengan suara berbisik karena sedang dalam ruangan operasi.“Baik, Dok,” jawab Awan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitoring di hadapannya.“Wan, memang ada berapa pasien?” Sonya berusaha untuk mendapatkan perhatian Awan, kesal rasanya melihat Awan lebih suka memperhatikan mesin monitoring dari pada dirinya.Awan biasanya tidak seperti ini, Awan akan memperhatikan dirinya menatap wajahnya atau tungkai kakinya, iya ... tungkai kakinya, entah sejak kapan Sonya menyadari kalau Awan sangat suka memperhatikan tungkai kakinya apalagi saat ia mengenakan sepatu hak tinggi, mata Awan seolah tidak berkedip saat melihat tungkai kaki miliknya. Tapi, saat ini Awan sama sekali tidak memperhatikan dirinya dan itu semua membuat Sonya kesal setengah mati.“Kata kepala ruangan ada tiga, Dok,” jawab Awan tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   36. Memang Aku Berhak Bahagia?

    "Memang aku berhak bahagia?""Siapa yang bilang kamu nggak boleh bahagia?" tanya Sekar sembari mengelus rambut Sonya pelan, Sekar berusaha untuk menenangkan Sonya melalui sentuhannya."Orang-orang.""Siapa? Tunjukkan pada saya, siapa yang melarang kamu bahagia?" tanya Sekar lagi yang sudah menganggap Sonya adalah anaknya sendiri. Entah sejak kapan Sekar sudah sangat menyayangi Sonya, Sonya seorang wanita dengan kesuksesan, kemandirian dan reputasi yang sangat bagus mendatanginya dalam keadaan benar-benar hancur dan tercabik.Keadaan Sonya sudah dalam katagori yang sangat memprihatinkan bagi Sekar pribadi, Sonya datang saat wanita itu ada di titik terendah hidupnya. Mandul, anak satu-satunya meninggal, suami yang berselingkuh dan diperparah dengan kelakuan mertua Sonya yang Sonya anggap baik namun, menurut pandangan Sekar penuh dengan tipu daya membuat Sonya terpuruk dan hampir gila.Sekar dengan tenang dan telaten terus memperbaiki diri Sonya, berk

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   37. Rindu Senyuman Awan.

    “Nggak mungkin?!” “Kenapa nggak mungkin? Kamu punya perasaan, kan?” “Punya tapi, nggak mungkin aku jatuh cinta, nggak mungkin, Bu,” ucap Sonya sembari berdiri dari duduknya dengan tergesa-gesa, dia harus segera keluar dari ruangan itu dan menjauh dari Sekar karena Sonya tahu bila dia lebih lama lagi berada di dekat Sekar maka dirinya akan makin sadar dengan perasaannya pada Awan dan Sonya belum mau mengakui semuanya, dia masih takut bila seandainya Awan tidak bisa menerima dirinya. “Sonya ...,” panggil Sekar yang tahu kalau Sonya akan melarikan diri dari sana karena tidak mau mengakui kalau dirinya sudah jatuh cinta pada lelaki bernama Awan. “Bu, tolong jangan ngaco, aku nggak mungkin suka sama Awan,” ucap Sonya. “Oke, kamu nggak suka sama Awan.” Sekar tidak mau mengonfrontasi Sonya karena Sekar tahu kalau Sonya adalah orang yang akan makin menutupi perasaannya lebih rapat bila terus ditekan. “Memang aku nggak suka sama Awan,” ucap Son

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   38. Kejutan Kecil yang Manis

    “Awan ... mau ke mana?” tanya Eka sembari berlari mengejar Awan.“Mau gym, kenapa? Mau ikut?” Awan malah balik bertanya pada Eka sambil mengangkat tas olahraganya, Awan tahu kalau sahabatnya ini sangat pemalas untuk berolahraga.Eka dengan cepat menggeleng dan mempertegas penolakannya dengan lambaian tangan di dada, “Nggak, ah, bisa encok aku besok, mana besok aku jaga kalau kamu, mah, nggak jaga, kan?”“Jaga, kok,” sahut Awan santai sembari menyampirkan tas olahraga di bahunya.“Memang besok nggak bakal sakit badan?” tanya Eka sembari berjalan beriringan dengan Awan ke arah tempat parkir motor.“Nggak, lah, memang kamu, jompo,” olok Awan sembari mengeluarkan kunci motornya.“Eh ... jangan ngehina, aku nggak jompo hanya kurang energi aja, dan lagi aku masih belum kaya kakek kamu yang hobi ngoles parcok ke seluruh sendi badan,” bela Eka sembari mengambil helm

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   39. Penipuan Kecil Sonya.

    “Sonya ... kenapa kamu di sini?” tanya Awan yang masih belum sadar seratus persen dari mode kaget dan mata Awan sama sekali tidak beralih dari tungkai kaki Sonya yang basah dan sensual. Astaga ... Awan benar-benar terjerat makin erat oleh pesona Sonya.“Kan aku juga mau, gym. Kan, kata kamu aku harus lebih banyak olah raga dan aku liat ada kolam renangnya jadi aku mau coba, aku suka berenang, Wan.” Sonya mengusap handuk ke lengan dan mengangkat kakinya ke kursi kemudian mengusapnya sepelan mungkin untuk melihat reaksi Awan.Sonya sadar kalau Awan sangat menyukai tungkai kakinya, ah ... andai dia mengenakan sepatu merah yang ada di dalam lokernya Sonya yakin Awan tidak akan bisa mengalihkan pandangannya sama sekali.“Kamu gym, juga?” tanya Sonya basa basi karena Sonya sudah tahu kalau Awan gym, makanya dirinya ke sana dan menjalankan saran sinting Lidya yang meminta dirinya berenang dengan mengenakan tankini miliknya, supaya Aw

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   40. Kamu Terlambat, Emir.

    Sonya membuka matanya dengan cepat dan mengambil ponselnya yang sudah berbunyi sangat nyaring, “Iya ... halo ....”“Dok, maaf ada pasien SC, Dok.”Dengan cepat Sonya mengusap kedua matanya, berusaha mengumpulkan nyawanya agar dia bisa sadar 100% dan siap bekerja. Profesi Dokter memang sangat melelahkan, walaupun gaji yang didapat pun tidak main-main namun, jam kerja yang tidak ada waktunya dan beban kerja yang berat terkadang membuat Sonya ingin pensiun dini.“Kondisi?”“Pecah ketuban, tekanan darah 140/90 mmHg, berat badan 85 kg, dan kadar oksigen normal.”“Kamu tanya Dokter kandungan dan Dokter anak mengenai tekanan darah tingginya, itu harus turun dulu,” ucap Sonya sembari berjalan ke arah kamar mandi dan menatap cermin, melihat pantulan dirinya yang tampak seperti nenek sihir, oh ... dia benar-benar membutuhkan minuman segar untuk memperbaiki mood-nya. Boba? Di jauhkan layar ponsel dar

Bab terbaru

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status