Sonya membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang, tubuhnya lelah bukan main karena rumah sakit tempat ia bekerja saat ini memiliki banyak pasien. Hari ini saja dia sudah melakukan tindakan sebanyak 10 kali dan untungnya beberapa dokter yang bekerja bersama Sonya adalah dokter senior hingga cepat dalam melakukan operasinya, jika tidak, mungkin saat ini dia masih berkutat di ruangan operasi.Kring ... kring ...."Iya," ucap Sonya setelah mengangkat sambungan teleponnya."Gimana kerja hari pertama?"Suara ceria Lidya terdengar menyenangkan di telinga Sonya, ampun, dia rindu sahabatnya, "Lidya, miss you.""Hahaha miss you to, gimana kerjanya? Udah pulang?" tanya Lidya dengan suara cerianya."Ini baru mau pulang, capek banget tapi, asik," ungkap Sonya sambil membawa semua barang miliknya dan menggunakan earphone agar ia bergerak leluasa. "Sama aku juga baru pulang, eh ... gimana hubungan kamu sama Awan? Jadinya gimana?" tanya Lidya."Is oke, we are fine," ucap Sonya yang memang
"Ampun!" pekik Sonya sambil memejamkan matanya saat merasakan bahunya ditepuk oleh tangan yang terasa sangat dingin."Kamu kenapa?" Sonya membuka matanya perlahan dan kaget saat mendapati Awan sedang menatapnya sambil tersenyum, "Awan?""Iya Awan ... ini Awan, Awan Kurniawan calon suami kamu, kamu kenapa?" tanya Awan yang aneh melihat reaksi Sonya saat melihat dirinya. Awan merasa dirinya seorang makhluk goib yang membuat Sonya ketakutan, "kamu kenapa? Sakit?" lanjut Awan sambil mengusap dahi Sonya yang terasa basah karena keringat."Ya ampun, Awan," bisik Sonya sambil memeluk tubuh Awan seerat mungkin, jantungnya hampir saja berhenti bekerja karena ia sangka tangan dingin Awan adalah tangan milik makhluk astral."Kamu kenapa? Kaya abis liat hantu," bisik Awan pelan sambil membalas pelukkan Sonya dan mengecup pucuk rambutnya, sebuah kenikmatan saat melakukan itu semua di dalam rumah sakit secara terang-terangan tanpa takut ada yang memperhatikan atau bergunjing tentang mereka."Kamu
"Sonya tangan kamu nggak di sana juga! Loncat ini mobil," ujar Awan sambil menyingkirkan tangan Sonya yang semenjak ia duduk di kursi pengemudi sudah dengan cantiknya bertengger di paha Awan, sesekali tangan itu mengusap ke bagian atas membuat tubuhnya meremang."Mobil nggak bisa loncat, Wan," goda Sonya sambil menyentuh kembali paha Awan, dia suka menggesek telepak tangannya di kain jeans Awan yang hangat dan ia suka melihat ekspresi muka Awan yang kalang kabut akibat sentuhan kecil Sonya."Sonya, loncat ini mobil." Awan mengambil tangan Sonya dan mengecupinya pelan sambil sesekali menggigitnya gemas."Sakit Awan," pekik Sonya saat merasakan gigi Awan menghunjam kulit jemarinya, "gigi kamu itu tajem.""Makanya jangan nakal, loncat ini mobil," dengus Awan kesal sambil menggigit telunjuk Sonya lagi lebih keras hingga membuat Sonya menarik tangannya dan memukul bahunya."Sakit!""Makanya jangan usap-usap, usapan kamu itu berbahaya bagi nusa bangsa dan negara Awan Kurniawan," kekeh Awan s
"Awan!!!" "Astaga ... oke aku jawab," ucap Awan sambil mengunci tangan Sonya, "aku beli vespa karena aku ngumpulin uang dari kerja aku dan jual beli Vespa juga onderdil motor. Jadi, aku suka nyari-nyari onderdil motor Vespa original di Bandung terus aku jual ke mana-mana lewat e-commerce," jawab Awan sambil mengambil ponselnya dan menunjukkan ke arah Sonya salah satu akun e-commerce miliknya. "Kamu dagang?" tanya Sonya yang kaget dengan harga barang-barang yang Awan jual, apa-apaan ini harga helm saja 3 juta! Helm apa itu? Helm yang dipakai ke bulan oleh astronot NASA? Dan apa itu ... Sonya melihat poster Vespa dibandrol dengan harga 500 ribu? Orang normal mana yang membelinya! "Iya aku dagang." "Ini harganya nggak salah? Orang gila mana yang mau membeli barang-barang itu dengan harga semahal itu?" tanya Sonya kaget. "Ya ada, banyak ... konsumen aku banyak, Sonya," ucap Awan sambil menahan tawa saat melihat wajah Sonya yang kaget melihat nominal harga barang yang ia jual. "Sintin
Sonya mengelus samping ranjangnya yang terasa dingin, dengan bermalas-malasan Sonya membuka matanya berusaha beradaptasi dengan sinar cahaya lampu kamar. "Wan," panggil Sonya dengan suara serak khas baru bangun tidur mencari sosok lelaki yang sudah memuaskan dirinya tadi malam. "Awan ...." Lagi Sonya memanggil calon suaminya itu sambil mencari sosoknya di sekeliling kamar, setelah sadar kalau Awan tidak ada di kamar itu Sonya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Sonya mengambil ponsel dan mendapati kalau waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan dia harus ke rumah sakit jam 10 pagi. Matanya memicing membaca chat dari Awan, tanpa sadar bibirnya bergerak membaca chat Awan, "Aku keluar sebentar.""Kamu mau ke mana? Pulang ke rumah Aki?" tanya Sonya yang sudah melupakan gengsinya hingga mengizinkan Awan untuk tinggal di rumah itu. Dia rindu Awan.Ting ....Terdengar suara dari ponselnya, "Aku mau beli makan, kamu belum makan, kan?" Sonya membaca tulisan balasan chat Aw
Sonya meliukkan lidahnya di bagian pucuk kejantanan Awan, kepalanya bergerak maju dan mundur sampai mendengar suara erangan Awan. Sesekali Sonya merasakan rambutnya ditarik lembut oleh Awan sebagai tanda kalau Awan ingin Sonya memasukkan lebih banyak lagi batang kenikmatannya."Sonya ... terus," bisik Awan sambil menggerakkan pinggulnya, memaksa Sonya menerima seluruh miliknya. Matanya menutup menikmati setiap kecupan, jilatan hingga elusan yang Sonya berikan pada dirinya. Rasa nikmat menjalar dari batang kenikmatan Awan hingga keseluruh tubuhnya, menyeret Awan dalam kenikmatan yang menjeratnya dan memaksa Awan untuk meminta lebih banyak lagi dari Sonya. Sial ... Sonya sangat ahli memanjakan dirinya menggunakan bibirnya.Awan menundukkan kepalanya hingga melihat wajah Sonya yang sedang memanjakan dirinya, birahinya tercambuk saat melihat Sonya yang bergerak sensual maju dan mundur, tangan Awan bergerak merapikan rambut Sonya agar ia dapat melihat lebih jelas bibir Sonya yang penuh de
Sonya mengalungkan tangannya di leher Awan, bibir terus merasakan kehangatan bibir Awan yang seolah melumatnya dan menenggelamkan dirinya ke dalam lembah kenikmatan. Sonya mengangkat pinggulnya meraih kenikmatan dari sentuhan jemari Awan yang terus melesaknya di dalam tubuhnya dan menyeretnya dalam letupan gairah yang membuat Sonya merasakan pelepasannya untuk pertama kalinya hari ini. Napas Awan tercekat ia ingin lebih banyak menyentuh Sonya, ia ingin tubuhnya menyentuh langsung setiap inci tubuh Sonya yang hangat dan menggairahkan. Ia ingin menyusuri setiap lekuk tubuh Sonya dengan jemarinya, memberikan kenikmatan pada wanita itu sambil meraih kenikmatannya sendiri. "Awan ... ampun ... ak— ah ...." Wajah Sonya memerah akibat menahan rasa panas yang ia timbulkan dari dalam tubuhnya, rasa panas karena manehan ledakkan gairah yang ia rasakan akibat gerakkan erotis Awan yang memanjakan setiap inci ceruk kenikmatan miliknya. "Aku keluar ... aku ...." Sonya masih merasakan pahanya ber
"Awan jangan ditarik," pekik Sonya marah saat merasakan kakinya ditarik sedangkan dirinya sadang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah."Aku mau pasangin sepatu," ucap Awan yang berlutut kemudian memasangkan sepatu Sonya, senyumnya mengembang saat sepatu pilihannya sudah terpasang sempurna di kaki Sonya. "Awan ...," bisik Sonya saat melihat lelaki itu mengecup kakinya pelan, "jangan aneh-aneh aku udah telat," lanjut Sonya sambil menyimpan hairdryer miliknya dan memeriksa kembali make upnya. "Aku telat.""Iya ... tau, kamu telat nanti aku anter ke rumah sakit," ucap Awan sambil kembali mengecup kaki Sonya pelan. "Jangan dikecupin terus nanti aku makin telat," bisik Sonya yang kesal karena gara-gara Awan memergokinya di kamar mandi dan berakhir dengan dirinya menggelinjang penuh kepuasan di bathtub ia akan terlambat bekerja. "Salah siapa kamu telat?" tanya Awan sambil berdiri dan mengambil semua barang-barang miliknya, sesungguhnya dirinya juga tidak tenang karena ia pasti akan dim