Home / Pernikahan / Di Atas Ranjang Dokter Sonya / 215. Pengakuan dan Permintaan Maaf Emir (4)

Share

215. Pengakuan dan Permintaan Maaf Emir (4)

Author: Gallon
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tangan Emir lagi-lagi memutar salah satu video yang ada di ponsel Sonya, matanya mengerjap saat melihat Sonya yang sedang menangis di pojok ruangan di rumah sakit. Ia ingat video ini di ambil Sonya saat dirinya mengetahui kalau mereka tidak berhasil melakukan proses bayi tabung yang pertama.

“Emir, Emir bagaimana ini? Bagaimana kalau aku nggak bisa hamil? Padahal ibu dan ayah sangat mengharapkan cucu,” bisik Sonya dengan suara terisak ia memeluk Emir dan membenamkan wajahnya ke dada Emir.

“Nggak apa-apa, kita bilang sama ibu dan ayah,” jawab Emir.

“Bagaimana kalau aku nggak bisa punya anak? Bagaimana kalau kamu diminta ayah dan ibu buat ninggalin aku? Gima—“

“Jangan ngaco, kita coba lagi. Kita coba terus, kamu juga jangan salahin diri kamu, dong, Sonya. Ini juga karena salah aku, sperma aku kurang cepat, inget kata Dokter Ismi?” tanya Emir yang langsung dijawab anggukan oleh Sonya.

“Jangan tinggalin aku, Mir.”

“Nggak, aku nggak akan ninggalin kamu, Sayang.”

Video itu berakhir dengan u
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Dina Raihanun
" kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadiran'y sunggh berharga,sunggh berat aku rasa kehilangn dia sunggh berat aku rasa hidup tanpa dia ..." tidak bisa berkata kata lagi d part ini kamu berhasil mengaduk ngaduk perasaan aku madam ............
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Emir Emir kamu emang gila punya Sonya yg sempurna kamu sia2kan
goodnovel comment avatar
Neng Ade
huhuhuhuu ya ampun dh dpt istr sgtu cinta nya kmu mlah gelo...,, bnyak bwamg nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   216. Selamat Tinggal Emir

    “Emir ....” Suara Sonya seolah mengembalikan pikiran Emir ke waktu saat ini, pikirannya dan mulutnya yang dari tadi berkelana ke masa yang lalu, bercerita tentang apa yang terjadi sebelum ia memutuskan menggunakan obat yang ia curi dari lemari kaca Sonya. “Emir ....” Sonya menyentuh punggung tangan Emir lembut, matanya sudah penuh dengan air mata yang sekuat apa pun Sonya tahan terus menerus mengalir. Hatinya tiba-tiba terasa hangat saat mendengar cerita Emir yang menyedihkan sekaligus membuat Sonya sadar kalau pria di hadapannya ini masih memiliki hati nurani. “Sonya, Sayang ... aku minta maaf, aku minta maaf karena sudah menjadi pria berengsek yang tidak tahu diri. Aku minta maaf sudah menjadi suami tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung, aku ... a-a ....” Emir lagi-lagi kehilangan kata-kata saat akan mengungkapkan permintaan pamungkasnya. “E-Emir ....” Sonya terisak sembari mengusap air matanya. “Aku udah bunuh anak kita, Sayang. Aku minta maaf aku udah bunuh Janu, maaf ... ak

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   217. Perasaan Awan

    “Hai,” panggil Sonya saat membuka pintu dan mendapati Awan yang sedang berdiri dan menatapnya gusar.“Kenapa?” tanya Sonya yang tahu kalau ada yang tidak beres pada diri Awan, Sonya mendekati Awan dan mengusap pipi lelaki itu dengan punggung tangannya.Awan menyentuh tangan Sonya, “Kamu di dalam ngapain?”“Ngobrol sama Emir dan memang tadi diminta sama Pak Irawan untuk ikut karena aku diminta untuk mendengar kesaksian Emir,” jawab Sonya jujur, “kenapa?”Awan menarik tangan Sonya ke bibirnya dan mengecupnya pelan, “Bener cuman itu?”“Iya, hanya itu. Memang mau apa lagi?” Sonya paham Awan tadi melihat dirinya memeluk Emir dan juga Emir tadi sempat mencium pipinya.“Ngobrol aja?”“Iya, ngobrol aja memang mau ngapain? Main futsal?” canda Sonya sembari mendekati tubuh Awan, kepalanya melihat ke kanan dan ke kiri mencoba melihat situasi dan kondisi, setelah merasa aman ia mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Awan.“Hei ....”“Cemburu karena aku dipeluk dan dicium pipinya sama Emir?” tan

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   218. Awan Dinosaurus

    Dug ... Dug ... Dug .... “Sonya ngapain sih kamu?” tanya Lidya yang kesal melihat sahabatnya itu membenturkan dahinya ke setir mobil, mereka sedang berada di dalam mobil yang masih terparkir sempurna di parkiran rumah sakit. “Aku bodo, ampun aku bodo ...,” ucap Sonya berulang-ulang sambil terus membenturkan kepalanya ke setir. “Bodo karena?” Sonya menolehkan kepalanya dan melihat Lidya, dengan lancar Sonya menceritakan semuanya lalu mengakhirnya dengan kata, “Aku bodo.” “Lah ... bukan bodo lagi itu, udah tahapan dongo,” jawab Lidya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Kan dia mau aku bilang aku suka dan cinta, terus salahnya di mana?” tanya Sonya. “Salah di otak kau,” jawab Lidya geram dengan Sonya, terkadang kepala sahabatnya ini harus dipukul dengan mesin pacu jantung agar bekerja dengan baik. Sonya memang cerdas dalam bidang kedokteran tapi, dalam bidang percintaan? Jangan harap. “Kok salah di otak aku?” “Ya, bayangi deh kalau kamu lagi cemburu sama Awan karena Aw

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   219. Percobaan Permintaan Maaf yang Gagal

    "Naon (Apa) Eka?" tanya Awan sembari turun dari motor vespa maticnya karena baru saja sampai di dalam garasi rumahnya."Jadi teu (nggak) ka reuni?" tanya Eka melalui sambungan telepon."Males Ka, reuninya juga di Bandung bukan di Jakarta, kamu mau pulang pergi?" ungkap Awan sembari membuka jaket dan mengambil semua barang miliknya. "Ayolah, Wan, semuanya kangen sama kamu," bujuk Eka yang berharap sahabatnya itu mau ikut ke acara reuni SMA mereka."Nggak tau ah, asa hoream (kayanya malas)," sahut Awan yang memang tidak suka menghadiri acara reunian seperti itu."Ini reuni SMA bukan kuliah," pinta Eka."Males ... mau SMA, mau kuliah aku yang pertama atau reuni akademi keperawatan, aku males," tolak Awan."Wan ... demi aku," mohon Eka yang sebenarnya sudah menjanjikan untuk membawa Awan ke acara reuni SMA karena hampir semua kawan SMA-nya penasaran dengan nasib Don Juan SMA mereka.Awan menghela napasnya dan berhenti di ambang pintu rumah yang sudah terbuka, manik matanya melihat Minah

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   220. Meluluhkan Awan

    Awan keluar dari kamar mandi dengan perut bergemuruh karena dia belum makan dari sore, saat keluar dari kamar dia sama sekali tidak melihat sosok Sonya."Sonya," panggil Awan sembari berjalan ke arah sofa dan lagi-lagi tidak menemukan wanita itu di sana, Awan hanya melihat meja yang sudah Sonya tata dengan berondong jagung, minuman dan beberapa camilan lainnya. Sepertinya, wanita itu ingin berbaikan dengan dirinya.Awan menyimpan handuknya di atas sofa dan mulai mencari Sonya, "Sonya."Hening tidak ada suara siapa pun disekitarnya, "Sonya." Lagi, Awan mencoba memanggil Sonya. Keheningan rumah tiba-tiba membuat Awan ketar ketir karena ia tidak bisa menemukan Sonya di manapun juga. "Sonya ... kamu di mana?" tanya Awan sembari mencari Sonya, "Sonya."Awan memutar tubuhnya dan berjalan ke arah pintu taman yang langsung menunjukkan deretan motor vespa miliknya. "Sonya?" Kosong, Sonya tidak ada di mana pun.BLAMM ...."Sonya!" teriak Awan saat mendengar suara seperti benda yang meledak."

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   221. Sebuah Seni Mengolah Diri

    Awan mengangkat badan Sonya dari kamar mandi sampai ke ranjang tanpa melepaskan ciumannya, lidahnya menari di dalam rongga mulut Sonya mengecap manisnya mulut Wanita itu.Awan duduk di pinggir ranjang, ia mosisikan Sonya untuk duduk di pahanya. Tangan Awan memasuki bagian dalam pakaian Sonya, mengusap garis badan wanita itu yang terasa hangat di ujung jemari Awan.Tangan Sonya mengerat di leher Awan, ia membusungkan dadanya mendesak dada Awan seolah ingin meleburkan tubuh mereka menjadi satu. "Awan ...," bisik Sonya disela-sela ciuman panas mereka."Apa?" tanya Awan sambil mengurai ciumannya dan membuka kaos miliknya.Melihat Awan membukan kaosnya sontak membuat Sonya membuka baju tidur bagian atasnya. Sonya tertawa pelan saat melihat Awan berusaha menelan ludahnya sendiri saat melihat tubuhnya. "Wan ... aku minta maaf, aku salah dan aku janji nggak akan ketemu Emir lagi tanpa ada kamu," bisik Sonya sembari kembali memeluk Awan, bibir Sonya yang hangat mengusap garis leher Awan hingg

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   222. Tina Who?

    Tring ... tring ... tring ....Sonya mengerjapkan matanya beberapa kali karena merasa terganggu dengan suara notifikasi dari ponsel Awan yang ada di depan wajahnya. Setelah bercinta dengan dirinya, lelaki itu memeluknya dan tertidur tanpa mempedulikan ponselnya sama sekali. Itulah Awan, setelah menyetubuhi Sonya tanpa ampun, lelaki itu akan tergeletak tak berdaya dan akhirnya tertidur sambil memeluk tubuhnya. Tring ... tring ... tring ....Sonya mengambil ponsel Awan, ia takut ada panggilan rumah sakit yang mengharuskan mereka datang dan melakukan prosedur anestesi. Sonya mengambil tangan Awan yang sedang mencengkeram payudaranya, mengambil jempolnya lalu meletakkannya di layar ponsel untuk membuka kunci.Dalam hitungan detik Sonya sudah bisa membuka kunci ponsel Awan, ia tersenyum saat melihat home screen Awan adalah foto mereka berdua saat di Bali. Tring ... tring ... tring ....Sonya kembali terganggu dengan suara notifikasi dari ponsel Awan, dengan cepat ia membuka salah satu ap

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   223. Berghibah Adalah Kenikmatan

    "Ini apa lagi?" tanya Sonya yang kesal karena salah satu anak koas yang tidak bisa membedakan mana pembuluh vena dan arteri."Maaf, Dok," bisik Hilma sambil meremas morning report miliknya, rasanya ia ingin membenamkan kepalanya ke dalam ember berisi air es karena kepalanya panas diisi dengan berbagai informasi mengenai inkubasi oleh Sonya. "Ini bukan osce inkubasi kalian yang pertama, kan?"Sonya berdiri dan menghela napasnya, rasa kesal sudah ada di ubun-ubun karena harus mengurusi adek-adek koas yang terkadang menguji kesabarannya. "Maaf, Dok, bukan Dok," jawab Dira dan Hilma bersamaan."Saya merasa sia-sia, loh, menyempatkan waktu saya ke sini, padahal saya ada operasi dengan Dokter Bima," ucap Sonya kesal karena dia benar-benar menyempatkan datang, berharap adek-adek koas itu sudah bersiap ternyata belum sama sekali."Maaf, Dok, maaf," ucap Dira."Tolong jangan minta maaf terus, yah. Lebaran udah lewat ini, capek saya dengernya. Saya butuh buktu bukan kata maaf, maaf doang gampa

Latest chapter

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status