Share

184. Bom Atom

Penulis: Gallon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Awan mengusapi punggung Sonya hingga wanita itu tertidur, dia tahu kalau wanita itu kekurangan waktu tidurnya karena apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Bercinta dengan Sonya seolah menjadi sebuah kebutuhan bagi Awan, tidak ... lebih tepatnya sebuah candu.

Tangan Awan menelusuri punggung Sonya, menurun hingga paha putih Sonya. Mata Awan tertahan di kaki wanita itu yang saat ini sedang terbelit di kakinya.

"Kenapa kaki kamu sexy banget, Sonya?" tanya Awan yang tanpa sadar mengelus kaki Sonya pelan membuat Sonya menggerakkan tubuhnya berbalik menjauhi Awan dan kembali tidur.

Awan tersenyum dan mengecup kaki Sonya pelan, merasakan halusnya tungkai kaki Sonya. Rasanya ia ingin berlari dan mengambil sepatu hak tinggi Sonya lalu meminta Sonya mengenakannya, ia suka saat kaki Sonya mengenakan salah satu sepatu YSL hitam miliknya.

Dengan cepat Awan berdiri dan mengambil gelas dari nakas, ia ingin mengambil minum untuk membasahi tenggorokkannya. Awan berjalan sepelan mungkin agar Sonya ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Bunda Hani
masak bubur pake presto haha ga sekalian goreng lele
goodnovel comment avatar
tobeli
hahah BOOM aku ngakaka baca kak gallon
goodnovel comment avatar
Dina Raihanun
iya lah darpada presto menghancurkn rumah awan mendingan sonya meleburkn d dalam diri awan...wkwkkwwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   185. Mantri Sunat

    "Awan ... astaga, ayo cepet, mau sampai kapan kamu di kamar? Apa lagi yang mau kamu lakuin di kamar? Cepet, kita mau operasi appendix," teriak Sonya yang sudah tidak sabar untuk segera ke rumah sakit setelah dirinya ditelepon oleh pihak rumah sakit."Sebentar, aku bawa tas aku dulu," ucap Awan sembari berlari ke arah Sonya dengan tergopong-gopong, tangannya bahkan masih berusaha mengenakan sepatu olah raga miliknya."Awan ... ih, kamu tuh kayanya sempurna disegala sisi tapi, ceroboh dan leletnya nggak ada dua, ayo, dong, Wan," ajak Sonya kesal sembari mengetuk-ngetukkan sepatunya di lantai saking kesalnya menunggu Awan, bayangkan dia sudah menunggu selama 30 menit di depan pintu garasi. Sonya merasa dirinya sudah seperti patung Pancoran yang berdiri saja tanpa melakukan apa pun juga."Sebentar, Sayang aku mau ambil bu—""Awan, sumpah, yah, ayo ... cepet, ampun Tuhan ... lama amat sih," potong Sonya gemas, Sonya merasa ini sudah terlalu lama dan dia kesal bukan main dengan kelakuan Awa

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   186. Kreativitas Bergosip

    Awan dengan kesal memarkirkan motornya dan melihat ke arah parkiran mobil yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat mobilnya sudah terparkir dengan baik di sana. Awan yakin kalau Sonya sudah sampai terlebih dahulu karena tadi, Awan mampir ke tempat penjual boba kesukaan Sonya. Bucin sekali dirinya, mau saja melakukan apa yang membuat Sonya senang.“Wan ... woi,” panggil seseorang di belakangnya.Awan menoleh melewati bahu dan mendapati Eka berjalan ke arahnya, senyuman has Eka terlihat di wajah lelaki yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama itu. “Baru datang atau baru ganti shift?”“Baru datang, kita bareng,” jawab Eka santai sambil tersenyum tengil. “kenapa mukanya? Kaya kesel banget.”“Sonya nggak mau pergi bareng, padahal tinggal serumah juga, alasannya karena nggak mau denger omongan orang, apa coba,” protes Awan kesal.“Dengerin omongan Sonya, deh, Wan, gosip makin liar nyebar di rumah sakit, ngeri,” ucap Eka santai sambil membenarkan tas ransel miliknya dan berjalan di

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   187. Terbangun

    "Kamu paham kan saya suruh kamu apa tadi?" tanya Sonya yang geram bukan kepalang karena mendapatkan rekam medis yang menurut dirinya ngaco dari salah satu koas."Pa-pa-pa ....""Pa pa pa pa pa? Papan?" tanya Sonya kesal karena Koas di hadapannya itu benar-benar membuat dirinya darah tinggi. Anak-anak zaman sekarang benar-benar tidak tahu adab dan sopan santun, hampir meledak Sonya tadi saat ada seorang koas yang men-chat dirinya dengan menggunakan tanda seru di akhir kalimatnya.Terlihat biasa tapi, tidak tahu, kah, orang tersebut kalau tanda seru itu adalah kalimat perintah dan dia memerintah Sonya untuk datang tepat waktu? Hah ... ingin rasanya Sonya tendang bokong koas tersebut, seumur hidup dia bekerja di rumah sakit tidak pernah dia terlambat barang sedetik pun di rumah sakit. Kesal."Paham, Dok, saya benarkan lagi," ucap Koas bernama Hilma tersebut sembari menahan tangisnya. Baru lima menit yang lalu dia kena semprot Sonya karena membubuhkan tanda seru di akhir kalimat saat men-

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   188. Sebuah Guncangan

    "Kamu ngapain lagi, sih?" tanya Lidya yang kaget saat melihat Eka sedang berjumpalitan di depan pintu ruangannya yang memang sangat jarang ada orang yang melewatinya.Eka menghentikan aksi koprolnya dan menatap Lidya dengan tatapan paling manis yang ia miliki, berharap Dokter penanggung jawabnya itu tidak menyerbunya dengan kata-kata makian yang extra pedas karena kelakuan absurdnya."Kamu lagi ngapain?" tanya Lidya kesal karena melihat kelakuan Eka yang terkadang di luar nalar manusia normal. Siapa di dunia ini yang suka menari di atas sepeda motor mengenakan helm atau berjoget hingga koprol di lorong rumah sakit yang sepi?"Lagi, joget lagu baru, Dok," ucap Eka sembari mengambil ponselnya dan menyimpan hasil goyangan mautnya tanpa melihatnya sama sekali."Nggak ada kerjaan? Kamu udah selesai ngerjain rekam medis dan check obat? Kamu udah ke farmasi?" tanya Lidya yang kesal karena setiap dia bertemu dengan Eka pasti saja sedang melihat Eka berjoget entah gerakkan joget apa lagi yang

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   189. Sebuah Janji Untuk Anakku

    "Miska ...."Mendengar namanya dipanggil membuat Miska bergidik dan mengembalikan kesadarannya setelah tanpa sadar melamun."Miska ... hei.""Iya ... Ma, iya, gimana?" tanya Miska sembari mengambil minuman dan meminumnya sedikit. Rasa masam dengan cepat memenuhi mulutnya, tapi, semenjak hamil ia menyukai rasa masam mungkin bawaan bayinya.Selama kehamilan ini Miska bener-benar berjuang sendirian, pada awalnya keluarganya marah dan memaki, menangis juga mencaci tapi, akhirnya Asha dan Kemal mau menerima dirinya.Semenjak itu keluarganya lebih memperhatikan Miska dan mau mendengar apa yang Miska keluhkan, semua keuangan keluarga kembali di pegang oleh Asha. Keluarga Miska kembali ke kota kelahiran Kemal di salah satu kota di Jawab Barat, mereka mulai membuka pabrik produksi tahu kecil-kecilan. Adik Miska Lya, turut membantu usaha itu dan bekerja di salah satu minimarket di sana, Miska bahkan meminta Lya untuk berhati-hati agar tidak salah jalan seperti dirinya.Kemal ayah Miska mulai pu

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   190. Suara Yang Dibenci

    Miska melemparkan berkas dan map yang sudah ia urus ke dalam mobil dengan kesal dan marah, ia sama sekali tidak peduli saat salah satu map yang ia lempar terbuka bagian atasnya hingga isi di dalamnya berceceran di seluruh mobil.Blam ....Miska membanting pintu mobil dengan keras hingga membuat tukang parkir kelurahan kaget karena berdiri tidak jauh dari mobil Miska. Tanpa memedulikan itu semua Miska memukuli setir mobilnya dengan kedua tangannya sekeras mungkin, berusaha untuk menyalurkan emosinya akibat perkataan Emir yang sudah menyakiti hatinya. Pedih.“Sialan kamu, Emir ... kurang ajar kamu, sialan!!!” jerit Miska sekeras mungkin hingga membuat suaranya serak. Dengan amarah yang masih tertumpuk di dalam dada Miska, ia mengenakan sabuk pengamannya dan memundurkan mobilnya tanpa melihat kanan dan kiri hingga membuat tukang parkir berteriak sangat keras.“Jancuk ... hati-hati, Mbak,” teriak tukang parkir tersebut sekeras mungkin sambil menggebrak bagian belakang mobil Miska.Miska s

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   191. Code Blue

    Tit ....Tubuh Sonya hampir lunglai saat mendengar suara mesin jantung yang terdengar nyaring di kupingnya. "Henti jantung," ucap Sonya sembari menatap Rendi dan Ismi bergantian.“Code blue,” ucap Ismi.“Pacu jantung,” perintah Rendi pada perawat di sekitarnya dan dalam hitungan detik alat tersebut ada di sana. “Clear?” tanya Rendi pada orang-orang di sana, saat merasa sudah aman Rendi menempatkan alat pacu jantung di dada Miska dan menekan tombolnya.Seketika itu juga tubuh Miska bergerak karena kejutan listrik dari alat tersebut, Sonya menatap kembali monitor alat vital sembari berdoa di dalam hati dengan tulus. Entah kenapa melihat keadaan Miska seperti ini dan baru saja melahirkan seorang bayi membuat Sonya terenyuh. “Tuhan … selamatkan Miska, dia memang orang jahat tapi, dia sudah bertobat dan berjanji akan memperbaiki hidupnya. Kasihan anaknya Tuhan, aku yakin kalau Emir tidak akan mau mengurus anaknya itu, hanya Miska yang bisa mengurus anaknya, Tuhan,” batin Sonya sembari me

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   192. Rasa Cemburu Awan

    Sonya menatap bayi kecil yang berada di dalam inkubator, bayi itu sedang tertidur nyenyak tanpa mengetahui apa pun juga. Dia tidak tahu siapa ayahnya dan di tidak tau siapa ibunya, bayi murni tanpa dosa yang tidak meminta dilahirkan dari rahim siapa.Tangan Sonya menyentuh kaca inkubator seolah mengusap wajah bayi lelaki tersebut, hidungnya mirip dengan Emir dan bibirnya sangat mirip Emir juga Janu anaknya. Seketika itu juga rasa sesak seolah merayap ke dalam relung hatinya, ia rindu Janu. Janu anaknya yang selalu mengikutinya kemana pun juga saat di rumah, napasnya, mataharinya."Hai ... sehat-sehat, yah, Nak," bisik Sonya pelan sembari terus melihat bayi mungil tersebut yang terlihat tenang di dalam inkubator berjuang untuk hidup karena dilahirkan bukan diwaktu yang tepat.Seolah paham bayi itu tersenyum manis pada Sonya, seolah memberitahukan pada Sonya kalau dia adalah bayi yang sehat dan kuat juga mampu untuk menghadapi kekejaman duniawi."Dokter, saya permisi sebentar, kalau tid

Bab terbaru

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status