Home / Pernikahan / Di Atas Ranjang Dokter Sonya / 109. Sebuah Kabar dari Yang Hilang

Share

109. Sebuah Kabar dari Yang Hilang

Author: Gallon
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sonya berjalan ke arah ruangan rawat Parwati, hari ini ia ingin bertemu dengan Parwati yang menurut dokter penanggung jawabnya keadaannya sudah mulai membaik.

Saat berbelok ia mendapati Emir dan Miska yang sedang berdiri di depan pintu ruang rawat Parwati, dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik dinding yang mampu menutupi tubuhnya. Sayup-sayup Sonya bisa mendengar pembicaraan Emir dan Miska. Entah kenapa, Sonya ingin merekam pembicaraan mereka berdua dan ia melakukannya.

"Kamu udah telepon pengacara kamu belom, sih?" tanya Miska gemas karena tidak mendapatkan info apa pun dari Emir mengenai perceraiannya.

"Udah," jawab Emir singkat, ia benar-benar sedang malas berbicara dengan Miska yang sudah tiga hari ini merongrong dirinya untuk sesegera mungkin mendaftarkan gugatan cerainya. Andai ia memiliki tempat lain untuk tinggal mungkin Emir sudah meninggalkan apartemen Miska.

Emir

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Neng Ade
kluar in dong bukti nya... da pngcara kren dri mms ............cba aja hubungi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   110. Chit Chat

    "Ada jadwal operasi hari ini?" tanya Awan pada Ina, salah satu perawat yang berjaga di ruangan operasi."Eh ... Awan, makin cakep aja," jawab Ina sembari mengambil dua buah map dan menyerahkannya kepada Awan."Mbak Ina ini bisa aja," jawab Awan seadanya sembari mengambil map yang Ina serahkan pada dirinya. Dengan cepat ia membaca rekam medis pasien yang akan ia tangani bersama Sonya hari ini."Awan, kamu emang nggak ada cita-cita cari jodoh?" tanya Ina yang penasaran dengan sosok Awan yang selalu menjadi rebutan perawat jomblo dan beberapa koas yang ada di sana. Bagaimana tidak, Awan adalah satu-satunya tenaga kesehatan di rumah sakit itu yang memiliki ketampanan jauh di atas rata-rata tenaga kesehatan lainnya.Badan Awan yang tegap dan tinggi yang terbalut dengan baju operasi yang biasanya bila tenaga kesehatan lainnya kenakan tidak bisa mengeluarkan aura ketampanannya, tapi, saat Awan kenakan malah

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   111. Mungkin tidak

    "Wan ... kamu denger nggak yang tadi si Ina omongin?" tanya Eka sembari berjalan di samping Awan."Denger ...," jawab Awan pendek, ia sedang malas berbicara karena pikirannya sedang kacau balau. Dia baru sadar kalau perbuatannya dengan Sonya berdampak pada pekerjaan Sonya."Wan ... kalau sampai ketahuan kamu yang jadi selingkuhan Sonya, gawat, Wan ...." Eka mengingatkan Awan lagi. "Kasihan karier Dokter Sonya, dia benar-benar rintis dari bawah kalau aku dengar perjalanan kariernya."Awan menghentikan langkahnya dan berkacak pinggang, kepalanya tiba-tiba pusing karena memikirkan masalah Sonya. Kenapa percintaannya selalu ruwet dan memusingkan? Tidak bisa, kah, dirinya mendapatkan percintaan selicin jalan tol bebas hambatan?"Wan ... sadar, Wan ... kalau karier kamu di rumah sakit ini di cut ... kamu bisa pulang kampung dan kerja di tempat si Aki, nah ... kalau Dokter Sonya? Reputasinya tercoreng, Wan

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   112. Harga Mati

    "Mungkin nggak ... mungkin nggak buat Aki," jawab Awan sambil mengusap pahanya. "Buat kamu? Kamu mau nerima Sonya?" tanya Eka. "Nggak tahu, kamu pertanyaan suka ngadi-ngadi sumpah," ucap Awan kesal karena pertanyaan Eka tidak masuk akal, mana mungkin Sonya mandul. Dia punya anak bernama Janu, gimana caranya kalau wanita mandul bisa hamil. Awan bahkan melihat foto Sonya yang sedang melakukan pemotretan maternity di kamarnya dulu, Awan suka sekali melihat Sonya yang berperut buncit dan tersenyum manis di fotonya. Manis. "Ih ... kan seandainya, kamu mah, diajak berkhayal teh, meni susah (susah amat)," ucap Eka kesal karena Awan sama sekali tidak mau menjawab pertanyaannya. "Dahlah ... pusing aku sama kamu, udah intinya aku bakal tanggung jawab. Sumpah, yah. Kalau sampai Sonya cerai sama suami si ...." Awan menghentikan perkataannya dan mengambil uang lima puluh ribu dari sakunya kemudian memberi

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   113. Dekapan Hangat Awan

    Sonya terus mengetuk-ngetukkan kitten heel Dior miliknya ke lantai beton rooftop, entah sudah berapa lama dia berdiri di sana dan menatap langit yang berawan. Senyuman Sonya beberapa kali terlukis di wajahnya yang cantik setiap melihat awan. Ia menyadari kalau saat ini nama lelaki yang selalu bersama dengan dirinya dan menggodanya bernama sama dengan apa yang selalu ia liat di langit. Awan."Sonya, Nya ... Sonya, yuhuuu ... kamu di mana?"Suara Awan yang sudah Sonya hapal di luar kepala dengan cepat menggelitik kupingnya, "Di sini, Wan ... dan kenapa harus pake kata yuhuu segala, sih? Udah kaya film tahun delapan puluhan." Sonya memutar badannya dan mendapati Awan yang sedang berjalan mengenakan scrub berwana merah wine mendekatinya."Kayanya cuman kamu yang pakai scrub dan terlihat menarik, Wan." Sonya memicingkan matanya untuk melihat Awan yang berjalan ke arahnya sembari membawa dua gelas boba pesanannya. "Ada satu orang lagi yang te

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   114. Teriakan Penuh Hasrat

    Sonya membuka bibirnya lebih lebar agar Awan bisa menggelitik setiap inci bagian dalam bibirnya. Sayup-sayup terdengar suara kecupan yang ia lakukan dengan Awan, suara itu awalnya terdengar pelan dan lembut namun, seiring beriringnya waktu kecupan itu makin keras, dalam dan liar membuat Sonya kewalahan sendiri mengikuti ritme cumbuan Awan."Awan ...." Sonya menyetuh pipi Awan dengan kedua tangannya, mengusap jenggot Awan yang selalu tercukur sempurna yang membuat Sonya merasakan ledakkan gairah ketika jenggot itu menggesek bagian-bagian tubuh sensitif miliknya."Hmm ...," guman Awan yang asik menggesek-gesekkan permukaan bibirnya di bibir Sonya. "Kamu mau apa?" Songa kembali melontarkan pertanyaan bodoh."Hahaha ... aku mau apa?" tanya Awan sembari menarik pinggul Sonya dengan keras hingga menabrak pinggulnya. "Kamu sosoan nanya atau gimana?"Tubuh Sonya berguncang saat Awan menarik tubuhnya, senyum nakal terlihat di wajah Sonya. "Aku tau kamu mau apa, tapi ....""Kenapa? Ada yang sal

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   115. Never Winning Anything

    Sonya melangkahkan kakinya dengan kaki yang bergetar hebat, pikirannya masih berada di atas rooftop, ia tidak habis pikir kenapa Awan bisa tiba-tiba seliar itu dan memintanya bercinta di sana. Sebuah pengalaman yang belum pernah Sonya rasakan dan membuat ia tidak bisa berkata apa pun juga.Percintaannya dengan Awan berhenti saat Awan menerima telepon yang mengharuskan dirinya mengecek persediaan alat kesehatan dan dirinya harus bertemu dengan kelurga pasien yang akan ia operasi. Sonya berbelok dan kaget saat ia menabrak seseorang, "Maaf." Sonya spontan meminta maaf sambil mengusap hidungnya yang mengenai tubuh orang yang ia tabrak."Sonya ...."Refleks Sonya mengangkat kepalanya dan mendapati Emir yang sedang menatapnya. Wangi tubuh Emir yang selalu berbau tembakau dengan cepat bisa Sonya cium, dulu dia sangat suka dengan wangi tubuh Emir tapi, sekarang? Jangan salah, Sonya ingin dengan cepat melarikan diri dari sana."Oh ... hai, Emir," ucap Sonya pelan sambil m

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   116. Kebodohan Bi Sun

    Sonya menggeliat di atas ranjangnya, matanya berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya kamarnya ... sebentar ini benar kamarnya atau kamar Awan? Sonya mencoba mengingat apa yang ia lakukan tadi malam, dia bekerja seperti biasa dan pulang ke rumahnya."Ternyata ini kamar aku," bisik Sonya yang melihat langit-langit kamarnya yang terpasang gantungan lampu berbentuk aesthetic berwarna broken white. Tangannya mengusap ranjang sampingnya yang dingin dan kosong, seketika itu juga ada perasaan rindu yang menyelusup di dadanya. Rindu akan tubuh Awan yang selalu ia rasakan mendekapnya disetiap malamnya beberapa hari yang lalu.Kring ... kring ... kring ....Sonya dengan cekatan mengambil ponselnya, "Iya halo ....""Pagi ...."Kesadaran Sonya dengan cepat pulih saat mendengar suara maskulin Awan, "Pagi, Wan ... kenapa aku pulang ke rumah, yah?""Hahaha ... yah, emang kamu mau pulang ke mana kalau nggak ke rumah, Sonya? Emang kamu mau pulang

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   117. Bangsat!?

    "Bu ... Ibu nggak apa-apa?" tanya Bi Sun yang kaget melihat ekspresi Sonya yang berubah pias dengan cepat."Bi Sun, kapan Emir pergi ke tetangga?" tanya Sonya sembari menahan rasa panik yang tiba-tiba berkecambuk di dadanya. Bagaimana ini, Sonya tahu kelakuan Emir yang meledak-ledak dia yakin kalau saat ini Emir sedang mendatangi rumah Awan dengan penuh angkara murka."Tadi, baru aja, Bu," sahut Bi Sun sembari melap lantai yang lengket karena orange jus yang Sonya muntahkan. "Tadi banget?" tanya Sonya sembari menyimpan gelas orange jus miliknya secara serampangan. "Iya, Bu, tadi banget ... cuman kepaut semenit pas Ibu datang, Pak Emir tutup pintu depan tapi, mukanya kaya yang marah gitu, Bu," terang Bu Sun sembari menunjuk ke arah pintu keluar.Jantung Sonya bergetar hebat dengan cepat Sonya memikirkan berbagai macam skenario terburuk yang akan Emir lakukan pada Awan. Bukan apa-apa hidup dan tinggal bersama Emir lebih dari lima tahun membuat Sonya hapal luar dan

Latest chapter

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status