Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.
“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.
“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.
“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,” Varen merotasikan matanya malas, sedangkan Hiro sIbuk memukuli bahu Varen. Mereka yang melihat tingkah Hiro hanya bisa tertawa kecil kecuali Varen.
Seorang staf wanita menghampiri mereka, "Lima belas menit lagi acara akan segera di mulai. Tuan Costa tolong keruang ganti sekarang juga. Anda harus mengenakan toxedo pernikahan anda.”
"Ganti pakaian lagi? Yang benar saja, pakaian ini bahkan belum satu jam aku kenakan. Baiklah aku akan kesana sekarang." Ezel memijat pelan pangkal hidungnya. Dia tidak menyangkah pernikahan yang dirayakan akan membuatnya repot seperti ini.
Ezel bergegas mengikuti staf wanita itu menuju ruang ganti diikuti oleh member lainnya. Semua tamu undangan yang berada di dalam ruangan langsung berdiri untuk menyambut Raja dan Ratu memasuki singasana mereka. Kelompak bunga bertaburan menyambut kedatangan mereka, senyuman dan air mata keluarga serta sahabat ikut mengiringi kebahagaian pengantin baru itu. Bahagia? Entahlah tidak ada yang tahu apakah mereka berdua bahagia dengan pernikahan ini atau tidak?
Dihadapan semua orang yang berada di sana, mereka berdua mengucapakan ikrar suci pernikahan, berjanji untuk saling setia, saling menjaga dan saling mencintai dalam keadaan suka maupun duka. Sorakan dan tepuk tangan mulai terdengar, ikut memeriahkan peresmian status mereka berdua sebagai sepasang suami istri.
Ezel menelan salivanya memaksakan diri untuk tersenyum menatap wajah wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya. Ezel menyingkirkan segala keraguannya, tangannya bergetak mengangkat penutup wajah pengantin wanita. Ezel tersenyum menatap kearah sahabat-sahabatnya yang berteriak heboh, mereka bukannya membuat Ezel tenang tapi justru membuat pengantin pria menahan malu melihat kelakuan mereka terutama kelakuan Max.
“Tunggu apa lagi? Cepat berikan istri mu ciuman,” teriak Max dari kursi tamu.
“Astaga, kau ini memalukan sekali,”Jade menarik ujung jas Max. Jade benar-benar malu akan kelakuan Max. ”Cepatlah duduk. Kau memubuat kami semua malu.”
Sementara Loky yang berada di antara keduanya sama sekali tidak perduli dengan kehebohan mereka. Memangnya sejak kapan Loky perduli dengan hal seperti ity. Tidak ada yang menarik bagi Loky selain hibernasi di kasur empuknya.
Ezel memberanikan diri mencium lembut bibir istrinya. Baik Ezel maupun Sthella, istrinya tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan mereka berdua kedepannya. Saat ini mereka hanya ingin menjalankan hari-hari seperti biasanya.
"Apa kau tidak bisa sedikit lebih bahagia? Kau terlihat sedang berada di acara pemakaman dari pada pernikahan,” bisik Ezel sambil menuntun Sthella menemui para tamu undangan yang menghadiri pernikahan mereka.
"Kenapa aku harus melakukannya? Saat ini aku sedang berduka atas kebebasanku." Sthella tersenyum hangat kearah tamu undangan.
“Kau bicara apa? Kebebasan? Memangnya siapa yang merebut kebebasanmu? Meski kita resmi menjadi suami istri, kau tidak akan terkurung dalam sangkar mas,” Ucap Ezel pelan. “Lagi pula apa yang kau harapkan dari pernikahan ini? Hidup bahagia bersamaku? Menjadi istri yang baik?”
Sthella menghentikan langkahnya, kemudia dia menoleh kearah Ezel. ”Apa ini wujud mu yang sebenarnya? Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan soal pernikahan ini, tapi satu hal yang pasti aku tidak akan dikendalikan oleh mu. Aku bebas melebarkan sayap ku di mana saja tanpa terikat status sebagai istri dari pria seperti mu, Tuan Costa.”
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, mereka berdua langsung menemui orang tua dan kerabat mereka untuk meminta restu. Setelah itu mereka langsung dibawa keruangan untuk menganti pakaian mereka selanjutnya. Sebenarnya mereka berdua tidak perlu merayakan pesta pernikahan karena baik Ezel maupun Sthella sama sekali tidak perduli dengan acara seperti itu. Semua mata terpesona dengan kemunculan Stehlla termasuk Ezel, tidak bisa di pungkiri bahwa kecantikan Sthella dapat memikat jutaan mata baik pria maupun wanita. Berbeda dengan tadi, Sthella hanya mengenakan dress merah muda selutut, dengan rambut tergerai.
“Astaga Tuhan, kenapa aku baru sadar kalau pengantin wanitanya secantik ini,”ucap seorang wanita paruh baya yang kagum dengan kesempurnaan fisik Sthella.
“Kau benar. Mereka berdua pasangan serasi, tampan dan cantik. Aku tidak sabar ingin melihat anak-anak mereka,”ucap wanita lainnya
Seharusnya ini bisa dikatakan keberuntungan untuk Ezel, setidaknya dia mendapatkan istri yang cantik melengkapi kesempurnaannya. Pengantin baru itu terlihat lelah melayani semua tamu yang ada, mereka harus tetap tersenyum memperlihatkan kalau mereka sangat bahagia atas pernikahan mereka.
“Putri kalian sangat cantik. Aku beruntung memiliki menantu wanita seperti Sthella,”ucap Nyonya Alice selaku Ibu kandung Ezel dan Varen. “Sthella wanita yang baik, dia juga cerdas dan dari keluarga terpandang. Lihatlah, mereka berdua terlihat begitu sempurna, bukan?”
Kedua orang tua Sthella menatap kearah pengantin baru tersebut. Nyonya Alice benar, Ezel dan Sthella terlihat sangat sempurna bagaikan mahakarya tanpa cacat.“Kau terlalu berlebihan menilai putri kami. Putri kami tidak ada apa-apanya dibandingkan putra kalian,”ucap Nyonya Daisy Ibu kandung Sthella. Seorang Ibu pasti bahagia melihat putri mereka menikah, tapi tidak dengan Nyonya Daisy. Terlihat jelas dari raut wajahnya kalau beliau tidak tertarik dengan kebahagian sang putri. Wajahnya tetap datar tanpa ekpresi sama sekali.”Sekarang Sthella adalah anggota keluarga kalian. Aku harap kalian bisa menerima dan membimbingnya dengan baik.”
“Kau tidak perlu khawatir. Aku dan suamiku pasti menjaga Sthella dengan baik. Bahkan jika Ezel berani menyakitinya, kami orang pertama yang akan melindungi putri kalian.”“Ya. Yang dikatakan istri ku benar. Kalian bisa percayakan putri kalian pada kami,” Ucap Tuan Mores selaku Ayah kandung Ezel.
“Kami harap demikian. Tapi jika kalian melanggar janji kalian, maka aku sendiri yang akan datang menjemput putri kami pulang,”ujar Tuan Edward Ayah kandung Sthella.”Meski pernikahan ini terjadi karena bisnis keluarga, saya harap putri kami diperlakukan dengan baik.”
Dua anak manusia yang tidak saling mengenal dan mencintai, kini disatukan dalam ikatan suci pernikahan. Bisakah mereka menjalani hari-hari mereka sebagai pasangan suami istri pada umumnya? Sampai kapan mereka berdua terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta di hati mereka?
🌻🌻🌻🌻🌻
Terimakasih atas dukungan kalian selama ini. Mohon terus dukung Di Antara 2 Cinta dengan membaca selama 5 menit, masukan buku ke rak, subscribe, ulasan dan komentar disetiap bab yang kalian baca.🙏
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak
Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,”
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan
Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak