Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”
“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.
“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.
“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”
Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan Max saat ini terlihat seperti seorang berandalan dari pada seorang selebritis. Ezel bisa mengerti alasan Max memanjangkan rambutnya itu karena dia ingin terlihat lebih macho seperti rapper amerika. Tapi setidaknya, pria aneh ini bisa sedikit merapikan rambutnya di hari pernikahan saudaranya sendiri. Ezel tidak habis pikir kenapa bibinya bisa melahirkan putra seperti Max.
“Ya, ya, ya. Aku akan bersiap sekarang,”Max kembali fokus pada kamera yang sejak tadi merekam aktivitas mereka. Max melambaikan tangannya kearah kamera sambil menyindir Ezel. ”Wah, sepupu ku terlihat sangat tampan. Kasihan sekali wanita yang menikah dengannya.”
Pernikahan Ezel memang tertutup dari media, tapi mereka tetap harus merekam setiap momen bahagia ini agar bisa menjadi kenangan berharga tertutama bagi Ezel dan Axel nantinya. Bahagia? Entahlah, apa Ezel bahagia dengan pernikahan keduanya ini atau tidak. Ezel terlalu pintar menyembuyikan perasaannya, sampai tidak ada seorangpun yang tahu perasaan pria itu saat ini.
“Apa yang dia lakukan dari tadi?” Leo yang merupakan leader Light Of Haevan mengerutkan dahinya melihat kelakuan Max melalui cermin. Bukannya bersiap, Max justru sibuk bicara kearah kamera layaknya seorang reporter berita.”Max, apa yang kau lakukan dari tadi? Berhentilah bermain, Max. Jade dan Hiro bahkan Loky sudah selesai dari tadi. Cepat ganti pakaian mu, waktu kita tidak banyak.”
Meskipun usia Leo lahir di tahun yang sama dengan Max, namun dia memiliki sikap jauh lebih dewasa dari Max. Di bawah kepemimpinan Leo, Light Of Heaven berhasil menaiki tangga kesuksesan dan di kenal oleh banyak orang dan tentunya semua keberhasilan itu mereka dapatkan dengan kerja keras.
“Apa kau tidak lihat aku sedang merapikan rambut ku eoh? Pengantin pria itu memintaku memotong rambut indah ku ini,” Max menarik rambutnya frustasi. Lima bulan dia memanjangkan rambutnya dan sekarang harus berakhi sia-sia.
Leo yang melihat Max frutasi meratapi rambutnya hanya bisa mengelengkan kepalanya. Jujur saja terkadang Leo malu melihat kelakuan aneh teman-temannya itu. Kalau saja dia sedang tidak berada di tempat ramai, dia sudah menendang bokong Max dan mengirimnya ke planet Pluto.
“Dari tadi apa saja yang kau lakukan hah? Aku perhatikan kerjaanmu hanya menganggu Ezel dan para staff saja.” Seketika wibawa Leo sebagai seorang leader hilang dalam sekejap ketika berteriak kencang pada Max. Leo sangat membenci kebiasaan orang yang tidak bisa menghargai waktu. Bagi Leo setiap detik yang berjalan sangat berharga, terlewat sedetik saja waktu tidak akan bisa di putar kembali. "Aku heran bagaimana dia bisa sesantai itu di momen sakral seperti ini? Sangat memalukan jika kita sampai datang terlambat.”
"Mungkin karena ini bukan pernikahannya. Makanya Kak Max bisa sesantai dan setenang ini," Leo mengalihkan atensinya pada pria yang berada tepat disampingnya. Hiro Leiberd menghela nafas panjang memperhatikan para staf yang sibuk menenangkan Max. "Wah ini pernikahan Kak Ezel, tapi kenapa mala aku yang gugup? Tangan ku bahkan sampai berkeringat seperti ini.”
Jade yang mendengar ucapan Hiro tersenyum licik, entah apa yang ada dipikiran Jade saat ini. Namun yang jelas, pria tampan bertubuh pendek ini sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk menggoda Hiro. "Hahaha, hei lihat adik kecil kita. Dia begitu tegang, Hiro bahkan sampai berkeringat dingin seperti ini.”
Jade melangkah mendekati Hiro, tangan Jade nampak sIbuk memijat bahu kekar milik Hiro, “Hei rilex. Yang akan menikah itu Ezel bukan kau. Kau tidak perlu setegang ini teman. Lihat otot lehermu sampai kaku.”
"Jade kembali ketempat mu. Kau ini lebih tua dari Hiro, tapi sikapmu jauh lebih kekanak-kanakan darinya," tegur Loky dengan nada sedingin es. Jade mendesis kesal mendapatkan teguran dari Loky.
Sedangkan Hiro nampak acuh dengan Jade. Hiro yang sudah selesai di make-over langsung mengambil jas miliknya dan bergegas menuju ruang ganti meninggalkan Jade seorang diri. Hiro nampak terkejut ketika melihat Varen, adik kandung Ezel berada di dalam ruangan itu. Entah sejak kapan Varen ada di sana. Hiro menghela napas panjang melihat Varen masih mengenakan piyaman tidurnya.
“Kau sedang apa di sini? Kenapa kau bersembuyi di sini? Hah, kau habis menangis ya?” Hiro terus bicara tanpa melihat kearah Varen.
Varen De’Costa, satu-satunya saudara Ezel. Meski mereka berdua kerap kali bertengkar namun itu tidak membuat mereka saling membenci. Sebagai seorang adik, tentu saja Varen turut bahagia atas pernikahan sang kakak, akan tetapi di sisi lain dia juga merasa kehilangan. Biar bagaimanapun Ezel adalah satu-satunya saudara yang dia miliki.
“Kau jangan asal bicara. Aku tidak menangis! Aku hanya lelah dan ingin istirahat sejenak di sini," Hiro merotasikan matanya malas mendengar jawaban Varen.
“Kau tidak pandai berbohong. Apa kau menangisi pernikahan Kak Ezel? Wah, kau sangat menyayangi saudara mu itu, ya?” Hiro sengaja menggoda Varen membuat Varen mendelik tajam sambil melempar bantal sofa ke wajah Hiro. Hiro yang tidak terima, membalas perbuatan Varen.”Yak! Kau sudah berani bersikap tidak sopan pada ku. Hiro, aku ini lebih tua dari mu. Di mana sopan santun mu hah?”
“Berisik. Kau lima bulan lebih tua dari ku,” protes Hiro tak suka. Hiro tidak mengerti kenapa mereka suka sekali membahas usia. Memangnya kenapa kalau Hiro lebih muda dari mereka semua, dia tidak mungkin terus-terusan menjadi adik kecil penurut, bukan?
“Berhenti!” seketika Varen dan Hiro berhenti bertengkar ketika melihat kemunculan Ezel ditengah-tengah mereka. Ezel menatap nyalang kearah kedua bocah laki-laki itu.”Berhenti main-main. Jika kalian ingin pergi ke pernikahanku segeralah bersiap, aku tidak ingin membuang waktu menunggu kalian berdua.”
“Maaf Kak. Aku sudah siap. Varen lebih dulu memulai pertengkaran,”ucap Hiro
“Yak bocah! Wah, bocah ini benar-benar. Kau yang lebih dulu membuat kerIbutan bukan aku,” protes Varen tidak terima
“Berhenti Varen! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun lagi. Jika kau tidak ingin menghadiri pernikahanku, kau bisa tinggal atau kembauli ke mansion.”
"Cih, menyebalkan."🌻🌻🌻🌻🌻
Terimakasih sudah mampir, mohon dukungannya dengan membaca 5 menit, subcribe, vote, ulasan dan komentar disetiap bab yang kalian baca. Dukungan kalian berdampak besar bagi penulis agar semangat dalam berkarya.
Kalian bisa bergabung di group Wa Author Ls07
https://chat.w******p.com/IZVvC00uF91CBIhRQV8Qae
Atau Telegtam https://t.me/+TSjXfHGJs0s3MWQ1
“Cih menyebalkan.”
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,”
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,”
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan
Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak