Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.
Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak, aku tidak menyalahkan siapapun atas semua yang terjadi, karena semua ini murni ketidakberdayaanku dalam mempertahankan hidup ku sendiri. Seandainya saja aku memiliki sedikit keberanian untuk menolak, mungkin saat ini aku tidak akan berada di tempat ini, di dalam ruangan pengantin. Dan mungkin pernikahan ini tidak akan pernah terjadi.
Seandainya saja saat itu, aku tidak memutuskan untuk kembali maka semua ini tidak akan terjadi. Aku terlalu senang saat orang tua ku memintaku untuk kembali kerumah. Aku pikir mereka sudah bisa menerima ku sebagai putri mereka, tapi ternyata aku salah. Mereka memintaku kembali bukan karena mereka menerima ku sebagai seorang anak, melainkan untuk menikah dengan putra dari rekan bisnis mereka. Menyesal? Marah? Kecewa? Tentu saja. Tapi, aku tidak memiliki kekuatan untuk menentang perjodohan ini. Hanya dalam waktu singkat, aku akan menjadi seorang istri sekaligus seorang Ibu dari anak laki-laki berusia lima tahun.
Satu-satunya yang bisa aku lakukan saat ini adalah mencoba untuk menerima pernikahan ini. Belajar untuk menerima kenyataan bahwa aku bukan lagi wanita single yang bisa dengan bebas berkeliaran, melakukan apapun yang aku sukai. Baiklah, anggap saja ini hadiah dari Tuhan. Disaat wanita lain hanya mendapatkan seorang suami, aku justru mendapatkan suami sekaligus seorang putra yang lucu. Setidaknya aku sedikit lebih beruntung dari wanita di luar sana, bukan?
“Oh astaga. Apa kau tidak bisa sedikit lebih bahagia? Kau terlihat sedang berada di acara pemakaman daripada pernikahan,”ucap seorang wanita yang sejak tadi sIbuk meriasku.”Oh ayolah Nona. Wajah datar mu merusak hasil karya ku.”
“Tidak ada alasanku untuk ku bahagia. Aku sedang berduka atas kebebasan ku,” ucap ku pelan sambil menatap wajahku di cermin.
💞💞💞💞💞Seorang pria nampak begitu tenang ketika jemari tangan wanita sIbuk memainkan kuas make-up di sekitar wajahnya. Pria itu terlihat sama sekali tidak terganggu dengan aktivitas tersebut. Tentu saja dia tidak merasa terganggu, jika hal seperti ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Sebagai seorang penyanyi dan aktor, pria itu dituntut untuk memperhatikan penampilannya baik dari segi wajah maupun fashion yang dia kenakan.
Pria yang saat ini kita bicarakan tidak lain adalah Ezel De’Costa. Pemilik Golden Star Entertainment sebuah agensi besar yang menaungi banyak selebritis terkenal. Selain sebagai pemilik agensi besar tersebut, dia juga merupakan salah-satu anggota Light Of Heaven sebuah grup band atau group vokal yang saat ini ramai dibicarakan orang-orang dari berbagai kalangan. Baik remaja, dewasa maupun lansia mengidolakan group tersebut, karena selain para personilnya yang rupawan, lagu-lagu mereka juga bagus dan cocok untuk semua kalangan usia.
Dibalik popularitasnya sebagai selebritis dan pengusaha, ternyata Ezel menyimpan rahasia besar dari para fans-nya. Tidak banyak yang mengetahui kalau sebenarnya Ezel sudah memiliki seorang putra berusia lima tahun dari pernikahan sebelumnya. Rahasia itu tertutup rapat dari publik, hanya orang terdekatnya saja yang mengetahui rahasia tersebut. Semua orang yang berada diruangan itu nampak sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, begitu pula dengan saudara dan sahabat baik Ezel.
Tentu saja keberadaan mereka di tempat itu bukan untuk mengadakan rapat pemegang saham ataupun membahas album baru mereka, melainkan untuk mendampingi pengantin pria menuju lokasi pernikahan yang sudah di tentukan oleh kedua keluarga. Seorang pria yang usianya empat puluh tahunan nampak sibuk berlalu-lelang menghampiri personil Light Of Heaven satu persatu. Sebagai seorang manager sudah menjadi tugasnya memastikan semua kebutuhan artisnya terpenuhi. Manager tersebut menarik tungkai kakinya menuju kearah Ezel yang saat ini sedang sibuk memainkan ponselnya di kursi rias.
“Pastikan kau meminum semuanya sampai habis. Acara pernikahanmu akan berlangsung sampai malam. Kau bisa pingsan jika kondisimu tidak fit.” Felix, yang tak lain adalah manager Light Of Heaven memberikan berapa botol vitamin pada Ezel. Dia bahkan tidak beranjak dari sisi Ezel hanya untuk memastikan sang artis minum semua vitamin yang dia berikan.
“Baiklah. Berikan semua vitamin itu, aku akan meminumnya sesuai keinginanmu. Lagi pula, aku tidak ingin memalukan diri ku sendiri di hari pernikahan ku,” Ezel mendesis kesal menatap Felix yang masih berdiri didekatnya. Setelah memastikan Ezel minum semua vitamin yang dia berikan, Felix baru beranjak pergi meninggalkan Ezel.
“Tsk. Ada apa ini? Kenapa jantung ku berdetak lebih kencang dari biasanya? Apa pernikahan bisa membuat jantung seseorang berdetak kencang?” menolong Ezel dalam hati sambil mengusap dada dengan tangan kanannya.
Meskipun Ezel sudah pernah menikah sebelumnya, tapi saat itu dia tidak merasa gugup ataupun setegang ini. Apa mungkin karena saat itu dia menikah dengan wanita yang dia cintai sehingga dia tidak merasa gugup sama sekali. Alih-alih gugup, Ezel lebih tidak sabar ingin mengikat sang wanita melalui ikrar suci pernikahan.
“Hei, apa kalian bisa mendengar suara jantung ku?” tanya Ezel entah pada siapa
“Ya. Kami bisa mendengarnya dengan jelas Tuan. Itu hal biasa karena kau terlalu gugup. Cobalah untuk tetap rileks,” ujar salah-satu stylish yang membantu Ezel mengenakan jas pernikahan.
“Baiklah, aku akan mengikuti saranmu Nona,” Ezel mengatur napasnya agar tetap stabil sekedar untuk menghilangkan rasa gugupnya.”Nona Erika tolong berikan perhatian lebih pada wajah ku ya. Aku ingin terlihat lebih tampan dari biasanya di momen sakral nanti.”
“Ezel, kau ingin lebih tampan seperti apa lagi eoh? Pangeran dalam dongeng saja tidak ada yang setampan dirimu. Diam dan berhentilah menyulitkan ku.” Para staff yang mendengar perkataan Erika seketika tertawa. Semua orang yang bekerja dengan Ezel tentu tidak asing dengan sikap narsis Ezel, terlebih lagi adik kandung Ezel yang sama gilanya. Erika sudah tujuh tahun bekerja dengan Ezel dan para personil Light Of Heaven. Bisa dikatakan Erika dan Felix adalah saksi perjalanan karir mereka, tak heran mereka begitu berani menyela bahkan bertengkar dengan personil Light Of Heaven.
🌻🌻🌻🌻🌻
Terimakasih sudah mampir, mohon dukungannya dengan membaca selama 5 menit, vote, ulasan dan komentar disetiap bab yang kalian baca. Dukungan kalian berdampak besar bagi penulis agar semangat dalam berkarya.
Kalian bisa bergabung di group Wa Athor Ls07
https://chat.w******p.com/IZVvC00uF91CBIhRQV8Qae
Atau Telegram
https://t.me/+TSjXfHGJs0s3MWQ1
Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,”
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Setelah melayani dan bicara pada tamu undangan, Sthella melangkah pergi untuk beristirahat sejenak. Sthella sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah menyambut semua orang yang ada ditempat ini? Pada hal dia sama sekali tidak mengenal satupun tamu yang datang menghadiri pernikahanya dan Ezel, yang lebih menyebalkan lagi Sthella harus memainkan drama bersama pria yang baru saja menjadi suaminya.Sthella memijat pelan kedua kakinya yang sakit karena lelah berdiri seharian. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia lima tahun datang menghampirinya, dia adalah putra Sthella, lebih tepatnya putra dari pernikahan Ezel sebelumnya. Sthella sangat senang melihat Axel, dia bahkan langsung memeluk anak laki-laki itu. Meskipun Sthella sama sekali tidak mengenal Ezel, ayahnya tapi Sthella sangat mengenal Axel dengan baik bahkan lebih baik dari pada ayahnya sendiri. Pertemuan pertama Sthela dengan Axel terjadi begitu saja, kalau tidak salah ingat saat itu Sthella sedang berada dit
Sesampainya di lokasi pernikahan Ezel. Mereka langsung turun dari dalam mobil yang membawa mereka ke tempat itu. Para pria tampan bak dewa yunani itu mengambil foto lebih dulu, sebelum melangkah masuk kedalam aula pernikahan. Tidak banyak tamu undangan yang datang, hanya keluarga, kerabat dekat dan berapa rekan bisnis orang tua mereka datang menghadiri pernikahan ini. Kedua pihak keluarga sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan secara rahasia tanpa media manapun yang meliput demi kenyaman mereka.“Sebentar lagi Kak Ezel akan menikah. Uwah, aku masih tidak percaya ini,” Hiro meremas jemari tangannya yang mulai dingin. Siapapun yang melihat kegugupan di wajah Hiro pasti mengira dia-lah pengantin prianya.“Kenapa?Apa kau sedih bocah? Kau sedih tidak bisa memukul Ezel lagi sesuaka mu?” Hiro mempautkan bibirnya mendengar ucapan Varen. Oh jangan lupakan satu hal, diantara yang lain Varen memiliki lidah paling tajam.“Sama sekali tidak. Masih ada Varen yang bisa aku jadikan samsak tinju,”
Loky yang sudah selesai bersiap bergegas menemui Ezel diruangan lain. Loky ingin mendampingi saudara tertuanya ini di momen penting seperti sekarang. Mereka sudah berteman selama sepuluh tahun, mereka sudah saling mengenal karakter satu sama lain. Seperti halnya Loky, dia sangat mengenal bagaimana watak Ezel. Meski di luar Ezel terlihat tenang namun di dalam hatinya Ezel sangat gugup setengah mati dan Loky ingin sedikit menghilangkan kegugupan itu.“Cuaca hari ini bahkan mendukung pernikahan ku,” Ezel menatap kosong keluar jendela. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, tapi dia juga tidak ingin putranya tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang Ibu. Terlebih lagi Axel selalu menanyakan sosok Ibu padanya.“Ezel?” Buru-buru Ezel mengubah raut wajahnya begitu rungunya menangkap suara Loky. Loky tersenyum kecil membalas senyuman Ezel yang menyambut kedatangannya.”Ada apa? Kau gugup? Dari tadi kau terlihat begitu gelisah.”"Gugup? Tidak sama sekali. Dalam kamus ku tida
Ez?”Seorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekat kearah Ezel, pria berwajah panjang ini tidak lain adalah Max Demitri sepupu sekaligus teman satu Group Ezel. Max menaikan salah-satu alisnya ketika melihat Ezel sIbuk dengan ponselnya.”Hei, kau masih belum siap juga? Tidakkah menurutmu, kau terlalu lama untuk bersiap Tuan Costa?”“Sialan! Aku ini pengantin prianya, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bersiap dibandingkan kalian semua,” cibir Ezel sedikit kesal mendengar protes sepupunya itu.“Aku rasa kau terlalu mencintai diri mu sendiri, teman!” Max memukul pelan bahu Ezel. Kalau saja pria ini bukan saudara sepupunya sudah lama Ezel ingin menghabisinya.“Tentu saja. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan mencintai diri ku ini hah? Sebaiknya kau segera bersiap. Jangan lupa rapikan rambut mu itu, jika perlu potong saja. Aish, kau ini akan mendampingi ku menikah bukan melakukan konser.”Ezel memijat dahinya memperhatikan penampilan Max dari atas hingga bawah. Di mata Ezel penampilan
Semua wanita pasti akan bahagia karena dapat mewujudkan pernikahan impian mereka, namun apa jadinya jika pernikahan itu diwujudkan bukan dengan orang yang kita cintai? Seperti yang terjadi pada ku saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain tersenyum menerima pernikahan yang ditentukan oleh orang tua ku. Jujur saja, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Apa aku harus bahagia karena bisa mewujudkan pernikahan yang selama ini aku impikan meski tidak bersama laki-laki yang aku cintai? Atau aku harus menangis histeris karena menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal sebelumnya? Entahlah apapun itu, aku hanya bisa berharap kehidupanku setelah menikah tetap baik-baik saja, sama seperti sebelum pernikahan ini terjadi.Prempuan manapun di dunia ini pasti akan bahagia bisa menikah dengan laki-laki kaya dari keluarga terpandang, tampan dan dicintai oleh banyak orang. Tapi aku? Apa yang aku lakukan saat ini? Aku bukannya bersyukur tapi justru meratapi pernikahan ini. Tidak