Saat Mei Xiao tiba di balairung, suasana di sana sangat tegang. Kaisar Zheng Yu duduk di tahtanya dengan ekspresi dingin, sementara pejabat-pejabat penting berdiri di sisinya, menatap Mei Xiao dengan tatapan penuh kecurigaan.Mei Xiao berlutut dengan gemetar. "Yang Mulia, hamba mendengar ada tuduhan mengerikan terhadap keluarga hamba. Hamba memohon keadilan!"Kaisar Zheng Yu melemparkan surat itu ke lantai di depan Mei Xiao. "Baca ini! Apa kau bisa menjelaskan kenapa nama keluargamu tercantum di sini?"Mei Xiao mengambil surat itu dengan tangan gemetar. Setelah membacanya, air matanya langsung mengalir. "Yang Mulia, ini pasti fitnah! Keluarga hamba tidak akan pernah terlibat dalam hal sekotor ini!"Kaisar menatapnya tajam. "Aku sudah memerintahkan penyelidikan. Jika ini terbukti benar, keluarga menteri kiri akan kehilangan semua posisinya.Mata selir Mei Xiao membelalak mendengar ucapan kaisar Zheng Yu, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini. Di Paviliun Zhao XueyanSementara itu
Kabar tentang terbongkarnya kejahatan keluarga menteri kiri mengguncang istana dan kerajaan. Kaisar Zheng Yu dengan tegas menjatuhkan hukuman berat pada keluarga Mei Xiao, mencopot gelar dan kekuasaan mereka, serta mengasingkan sebagian besar anggota keluarga ke wilayah terpencil. Namun, selir Mei Xiao tetap dipertahankan.Bukan karena kaisar percaya pada kesetiaannya, tetapi karena ketergantungannya pada kecantikan selir itu. Di balik keputusan ini, banyak pejabat dan penghuni istana mulai bergumam. Mereka tahu, kelemahan terbesar Kaisar Zheng Yu adalah obsesinya pada wajah cantik.Zhao Xueyan duduk di beranda, memandang taman kecil di depan paviliunnya. Niuniu datang membawa teh hangat, lalu duduk di sampingnya."Nona, apakah Anda tidak khawatir? Selir Mei Xiao masih dipertahankan meskipun keluarganya telah dihukum," tanya Niuniu dengan nada hati-hati.Zhao Xueyan tersenyum tipis sambil mengaduk tehnya. "Mengapa aku harus khawatir? Mei Xiao hanya tinggal menunggu waktu. Ketika wajah
Sebulan berlalu, istana kekaisaran tampak tenang di luar, namun ketegangan tetap terasa di bawah permukaannya. Zhao Xueyan menjalani hari-harinya dengan damai, tanpa gangguan dari kedua selir lainnya. Meski begitu, ia tahu mereka tidak akan berhenti begitu saja.Pagi itu, di gazebo yang indah di tengah taman kekaisaran, kaisar Zheng Yu sedang duduk bersama selir Mei Xiao. Angin pagi yang sejuk membawa harum bunga-bunga di taman, menciptakan suasana yang romantis. Kaisar Zheng Yu terlihat lebih santai dari biasanya, bahkan tertawa kecil saat selir Mei Xiao menceritakan sesuatu yang jenaka. “Apa benar begitu?” tanya kaisar Zheng Yu sambil tertawa kecil. “Benar, Yang Mulia! Sungguh sangat lucu, bukan?” Selir Mei Xiao juga ikut tertawa kecil. Namun, tiba-tiba tubuh selir Mei Xiao melemas, dan ia jatuh ke lantai gazebo. Wajahnya pucat, dan napasnya tampak tersengal-sengal. Kaisar Zheng Yu yang panik langsung berlutut di sampingnya."Mei Xiao! Apa yang terjadi? Bangunlah!" serunya denga
Kabar kehamilan selir Mei Xiao segera tersebar di seluruh istana, dan banyak orang yang menyambutnya dengan sukacita, terutama mereka yang berada di dekat kaisar Zheng Yu. Para pelayan, penjaga, dan beberapa selir lainnya memberikan ucapan selamat, dan seolah-olah suasana di dalam istana menjadi lebih cerah dengan berita bahagia itu. “Pasti selir Mei Xiao, semakin disayang oleh Yang Mulia,” kata para pelayan saling berbisik. “Kau benar! Selir Xue Yuxian dan Permaisuri Zhao Xueyan akan semakin dicampakkan,” sahut yang lain menimpali. Bisik-bisik itu terus terdengar dari mulut ke mulut. Kaisar Zheng Yu, yang tampak sangat puas, semakin menunjukkan perhatian lebih kepada selir Mei Xiao, menjadikannya semakin penting di mata istana.Namun, di sisi lain, ada seseorang yang merasa sangat kecewa dan iri. Selir Xue Yuxian, yang mendengar kabar tersebut, tak bisa menyembunyikan rasa sakit di hatinya. Selir Xue Yuxian terdiam lama di paviliunnya, menatap ke luar jendela dengan mata yang k
Di dalam paviliun yang tenang, Zhao Xueyan duduk dengan santai di kursi kayu berukir, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang. Di sebelahnya, Niuniu berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya penuh rasa penasaran dan sedikit frustrasi.“Nona, kenapa kita tidak segera membongkar kebusukan selir Mei Xiao? Bukankah ini kesempatan emas untuk menjatuhkannya?!” seru Niuniu, matanya berbinar penuh semangat.Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis, mengambil secangkir teh hangat dan meniupnya perlahan sebelum menjawab. “Niuniu, terburu-buru hanya akan membuat semuanya berantakan. Apa kamu tahu apa yang akan terjadi jika aku melakukannya sekarang?”Niuniu mengerutkan kening. “Bukankah Kaisar akan murka dan menghukumnya? Itu hal yang baik, bukan?”Zhao Xueyan meletakkan cangkir tehnya dan memandang Niuniu dengan tatapan lembut namun penuh makna. “Benar, Kaisar mungkin akan murka. Tapi dia masih mencintai selir Mei Xiao, atau lebih tepatnya, dia mencintai kecantikannya. Jika aku membongkar rahasia
Pagi itu, taman istana kekaisaran dipenuhi dengan embun pagi dan aroma segar bunga-bunga yang sedang mekar. Zhao Xueyan berjalan perlahan, menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan. Dengan pakaian sederhana namun anggun, ia terlihat seperti wanita biasa, jauh dari kesan seorang permaisuri.Di sudut lain, Niuniu berdiri mengikuti sang majikan. Ia terlihat menikmati pemandangan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Langkah-langkah cepat disertai suara gemerincing perhiasan memecah keheningan. Selir Mei Xiao muncul dengan para pelayannya, wajahnya dihiasi senyum licik yang sudah menjadi ciri khasnya.“Oh, lihat siapa yang sedang bersantai di sini. Permaisuri kita yang ... kurang beruntung,” ucap selir Mei Xiao dengan nada mengejek.Zhao Xueyan menoleh perlahan, wajahnya tetap tenang tanpa menunjukkan sedikit pun emosi. "Selir Mei Xiao," sapanya singkat, dengan nada yang datar namun penuh wibawa.Selir Mei Xiao melipat tangan di dada, mendekati Zhao Xueyan dengan senyum penuh ej
Malam yang hening di paviliun Zhao Xueyan mendadak terasa mencekam. Di dalam ruang dimensi pribadinya, Zhao Xueyan tengah berkultivasi dengan tenang ketika tiba-tiba dia merasakan aura membunuh yang begitu kuat. Matanya terbuka seketika, pupilnya menyipit tajam. ‘Aura ini ... seseorang mencoba menyerangku,’ pikirnya dengan dingin.Tanpa membuang waktu, Zhao Xueyan segera keluar dari ruang dimensinya, dan langkah ringannya membawanya ke pintu kamar. Begitu keluar, dia melihat Niuniu yang sudah berdiri siaga dengan tatapan tajam ke arah atap paviliun.“Niuniu! Apa kau merasakannya?” tanya Zhao Xueyan dengan suara dingin. Niuniu mengangguk. “Benar, Nona!” "Nona, aku juga merasakannya. Aura ini sangat kuat. Mereka ada di sekitar sini," ujar Niuniu dengan suara rendah, tetapi penuh kewaspadaan.Zhao Xueyan mengangguk ringan. "Sepertinya selir Mei Xiao tidak ingin membuang waktu untuk mencoba menyingkirkanku," katanya pelan, namun nada bicaranya penuh ketenangan.Dalam kegelapan malam, Zh
Selir Mei Xiao duduk di ruang tengah paviliunnya, mengenakan jubah sutra merah muda yang mempertegas kecantikannya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, sambil sesekali menyesap teh melati yang masih mengepul. Ia yakin malam ini akan menjadi awal dari kejatuhan Zhao Xueyan.Namun, ketenangan itu berubah drastis saat Yan'er, pelayan setianya, memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. Wajah Yan'er terlihat pucat, bibirnya bergetar, seolah tak sanggup menyampaikan kabar buruk yang ia bawa."Apa yang terjadi, Yan'er?" tanya Selir Mei Xiao dengan nada tak sabar, meletakkan cangkir tehnya di atas meja dengan suara nyaring.Yan'er berlutut di hadapan majikannya, kepala tertunduk. "Ampun, Yang Mulia Selir. Rencana kita ... gagal. Sepuluh pembunuh bayaran itu ... semuanya tewas."Selir Mei Xiao terdiam sesaat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Selir Mei Xiao bangkit berdiri dengan tiba-tiba, membuat kursinya terjatuh ke belakang. "Apa maksudmu gagal? Bagaimana bisa sepuluh ora
Zhao Xueyan mundur perlahan, tidak ingin keberadaannya terdeteksi. Setelah berada cukup jauh dari rumah itu, Zhao Xueyan berhenti sejenak di bawah pohon besar yang teduh. Pikirannya berpacu cepat, merangkai potongan informasi yang ia dapatkan.Anak-anak yang hilang … warga desa yang lenyap … ancaman misterius .…Zhao Xueyan mengepalkan tangannya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Siapa yang cukup kuat dan berkuasa hingga mampu membuat seluruh desa hidup dalam ketakutan?Matanya menatap lurus ke arah pusat desa. Malam ini, ia belum selesai menyelidiki.Dengan tekad bulat, Zhao Xueyan kembali bergerak, melangkah dalam keheningan, membiarkan bayang-bayang malam menyelimutinya. Rahasia kelam Desa Yingshi harus terungkap.Desa Yingshi – Bagian Utara, Dekat Jurang TerjalWu Liang bergerak cepat dalam kegelapan, menyelinap di antara pepohonan yang rimbun. Dengan keahlian yang dimilikinya sebagai tangan kanan Kaisar Tian Ming, gerakannya begitu ringan dan nyaris tanpa suara. Ia tiba di bagi
Zhao Xueyan merapikan pakaiannya dan memasukkan beberapa alat kecil ke dalam kantong di pinggangnya. Matanya yang tajam menyapu seluruh halaman, lalu beralih pada Wu Liang dan Niuniu yang berdiri tak jauh darinya.“Aku akan menyelidiki desa ini malam ini,” ujar Zhao Xueyan dengan suara tegas namun tenang. “Ada sesuatu yang aneh di sini. Senyuman penduduk terlihat dipaksakan, dan jumlah anak-anak di desa ini tidak wajar. Seolah-olah mereka menyembunyikan sesuatu.”Niuniu mendekat, ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya. “Nona, biarkan aku ikut dengan Anda. Aku tidak ingin Anda pergi sendirian.”Wu Liang mengangguk setuju. “Saya juga akan ikut menjaga Anda, Nona Zhao. Desa ini terlalu tenang di permukaan, dan itu justru yang paling mencurigakan.”Zhao Xueyan menggeleng pelan, tatapannya tegas dan penuh keyakinan. “Tidak, kita tidak bisa bergerak dalam kelompok. Terlalu mencolok. Jika memang ada yang mencurigakan di desa ini, kita tidak boleh membuat mereka curiga.”Zhao Xueyan me
Para pejabat keluar dengan wajah tidak puas, terlihat mata mereka memancarkan kegeraman dan juga obsesi akan sebuah jabatan tinggi. Tentu mereka sangat geram dengan penolakan yang dilakukan oleh kaisar Tian Ming. Di dalam hati mereka berkata, apa salahnya mencoba. Bukankah putriku gadis yang paling cantik dan berbakat di kekaisaran Tianyang. ‘Dasar kaisar sialan! Kau terlalu sombong untuk menolak putriku yang cantik jelita,’ rutuk menteri kiri yang bernama Bao Ling. Bukan hanya Bao Ling yang memaki kaisar Tian Ming dalam hati. Tapi hampir sebagian para pejabat melakukan hal yang sama. *****Angin berhembus pelan, menggoyangkan tirai sutra yang menjuntai di paviliun megah itu. Kaisar Tian Ming berdiri dengan tegak, punggungnya lurus, dan kedua tangannya disilangkan di belakang punggung. Matanya yang dingin menatap jauh ke arah taman bunga teratai yang tenang di bawah sana.Langkah kakinya mantap saat meninggalkan aula istana, amarahnya masih terasa membara setelah pertemuan dengan
Suasana di aula utama terasa mencekam. Para pejabat berdiri dengan kepala tertunduk dalam, wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang berani mengangkat kepala, apalagi menatap pria yang duduk di singgasana emas dengan ekspresi dingin membekukan.Kaisar Tian Ming menatap tajam ke arah bawahannya, matanya menyala penuh amarah. Jubah hitam berlapis emas yang dikenakannya berkibar pelan, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan."Sekali lagi .…" suaranya bergema dingin, "Siapa yang mengusulkan perjodohan itu?"Tidak ada yang berani menjawab. Beberapa pejabat bahkan terlihat gemetar ketakutan.Akhirnya, salah satu menteri tertua yang berdiri di barisan depan memberanikan diri bicara, suaranya gemetar. "Yang Mulia … kami hanya berpikir … sudah waktunya Yang Mulia memiliki permaisuri dan keturunan untuk menjaga kestabilan kekaisaran."Tian Ming menyipitkan matanya, tatapannya menusuk seperti pedang tajam. "Menjaga kestabilan kekaisaran, katamu?" desisnya. "Apakah kalian meragukan kekuas
Langit malam menggantung kelam di atas desa Yingshi. Cahaya bulan menerangi jalanan yang sepi, hanya suara jangkrik dan desir angin yang terdengar samar. Di dalam rumah kayu sederhana tempat Zhao Xueyan, Niuniu, dan Wu Liang menginap, suasana terasa tenang, meski ada ketegangan yang sulit dijelaskan. Ketukan pelan terdengar di pintu. Wu Liang, yang sejak tadi duduk dengan waspada di sudut ruangan, segera menoleh tajam. Namun, sebelum dia bergerak, Zhao Xueyan memberi isyarat agar dia tetap tenang. Niuniu dengan ragu berjalan ke pintu dan membukanya perlahan. Di luar, beberapa penduduk desa berdiri dengan senyum ramah, membawa nampan kayu berisi makanan. "Tuan Muda, kami membawa makanan untuk kalian," ujar seorang wanita paruh baya dengan nada lembut. Zhao Xueyan bangkit dari duduknya, melangkah dengan tenang ke depan pintu. Matanya meneliti wajah-wajah mereka. Tidak ada yang aneh jika dilihat sekilas—mereka tersenyum, bersikap sopan, dan menawarkan hidangan dengan tulus. Namun, se
Setelah berjam-jam menunggangi kuda, akhirnya Zhao Xueyan, Niuniu dan Wu Liang tiba di desa Yingshi. Udara di desa Yingshi terasa lebih sejuk dibandingkan ibu kota. Pepohonan hijau membentang di sepanjang jalan setapak, dengan ladang gandum yang menguning di kejauhan. Rumah-rumah kayu berjejer rapi, menandakan desa ini adalah tempat yang makmur, meski jauh dari pusat kekuasaan. Zhao Xueyan menatap sekeliling dengan tatapan tenang. Jubah sutra ungu lembut yang dikenakannya berkibar perlahan tertiup angin. Dia menurunkan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, memperlihatkan kecantikan dingin yang menawan meski telah berpenampilan pria. Di sisinya, Niuniu, sang pelayan setia, dengan sigap memperhatikan setiap langkah majikannya. Di belakang mereka, seorang pria bertubuh tegap dengan jubah hitam khas pengawal kekaisaran berdiri tegak, matanya waspada mengamati sekitar. Wu Liang, tangan kanan Kaisar Tian Ming, ditugaskan untuk menjaga Zhao Xueyan dalam perjalanannya ke desa ini
Saat Zhao Xueyan terus memacu kudanya, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang Tian Ming. Kenapa pria itu pergi tanpa memberitahunya langsung? Bukankah mereka sudah banyak melewati hal bersama?Niuniu yang berada di belakangnya sesekali melirik majikannya, mengetahui kalau Zhao Xueyan sedang memikirkan sesuatu. “Nona, apa Anda baik-baik saja?” tanyanya hati-hati.Zhao Xueyan tidak langsung menjawab. Matanya tetap fokus ke jalan di depan, tapi bibirnya sedikit melengkung. “Aku hanya berpikir, Tian Ming pergi terlalu tiba-tiba.”Wu Liang yang mendengar itu hanya diam, tapi Zhao Xueyan bisa merasakan pria itu sedikit menegang. Sepertinya dia tahu sesuatu, tapi tidak bisa mengatakannya.“Apa dia dalam bahaya?” Zhao Xueyan akhirnya bertanya, suaranya tenang tapi tajam.Wu Liang tetap diam sejenak, lalu akhirnya menjawab singkat. “Tuan bisa menjaga dirinya sendiri.”Jawaban itu membuat Zhao Xueyan mendengus pelan. “Bukan itu pertanyaanku, Wu Liang.”Namun, Wu Liang tidak menjawab lagi. Seper
Saat pagi menjelang, Zhao Xueyan dan ketiganya duduk bersama di meja makan penginapan. Aroma teh hangat dan hidangan sederhana memenuhi ruangan, namun suasana terasa agak berbeda.Niuniu dengan semangat menyuapkan makanan ke mulutnya, sementara Wu Liang tampak lebih tenang, sesekali melirik ke arah Tian Ming yang tampak lebih pendiam dari biasanya.Zhao Xueyan yang menyadari hal itu meletakkan sumpitnya dan bertanya, “Ada sesuatu yang mengganggumu, Tian Ming?”Pria itu sedikit tersentak dari lamunannya, lalu menggeleng pelan. “Tidak ada. Kita akan berangkat setelah sarapan.”Zhao Xueyan mempersempit matanya, merasa Tian Ming menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak ingin memaksa. Setelah menyelesaikan makanan mereka, mereka pun bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan.Saat Tian Ming kembali ke kamarnya, pengawal elitnya sudah menunggu di sana, berlutut dengan hormat.“Yang Mulia, situasi di kekaisaran semakin genting. Para pejabat mendesak agar Anda segera kembali,” lapor pengawal
Setelah beberapa hari berlayar, melewati berbagai insiden, akhirnya kapal mereka merapat di pelabuhan bagian luar benua Yunzhu.Saat kapal berhenti, para penumpang mulai turun satu per satu. Beberapa masih terlihat membicarakan insiden dengan naga hitam yang terjadi di tengah laut. Tatapan mereka sesekali mengarah pada Zhao Xueyan dan rombongannya dengan campuran rasa ingin tahu dan takut.Zhao Xueyan turun lebih dulu, diikuti oleh Tian Ming, Niuniu, dan Wu Liang. Saat kakinya menginjak daratan, Zhao Xueyan memperhatikan keadaan sekitar. Pelabuhan ini tampak lebih ramai daripada yang dia bayangkan."Jadi ini luar benua Yunzhu .…" gumamnya pelan.Tian Ming berdiri di sampingnya dan mengangguk. "Ya. Tempat ini adalah salah satu pelabuhan utama di perbatasan. Dari sini, kita harus masuk lebih dalam untuk mencapai wilayah yang kita tuju."Niuniu yang sejak tadi masih memegang lengan Zhao Xueyan akhirnya bersuara, "Nona, kita mau langsung pergi atau beristirahat dulu?"Wu Liang menimpali,