Bulan purnama menggantung sempurna di langit, menyinari Hutan Kematian yang suram dengan cahaya pucatnya. Zhao Xueyan yang duduk bersila dalam meditasi tiba-tiba membuka matanya dengan tajam. Teriakan memilukan menggema dari kedalaman hutan, membuat hawa dingin menyeruak di udara.Niuniu mendekat dengan wajah khawatir. "Nona, itu suara manusia?"Zhao Xueyan mengangguk sambil meraih pedang rohnya. "Ya, dan suara itu jelas penuh dengan penderitaan. Aku akan memeriksanya. Tetap di sini dan jaga formasi."Tanpa menunggu jawaban Niuniu, Zhao Xueyan bergerak cepat menyusuri hutan. Cahaya bulan yang menyelusup dari sela-sela pepohonan memberikan penerangan samar. Makhluk roh yang biasanya ganas malah melarikan diri dengan ketakutan, menandakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan hadir di tempat itu.Setelah beberapa saat, Zhao Xueyan tiba di sebuah tanah lapang kecil. Di sana, terbaring seorang pria muda dengan wajah luar biasa tampan, meski kini pucat pasi dan gemetar hebat seolah dilanda ra
Dengan persiapan matang, Zhao Xueyan dan Niuniu bersiap memulai perjalanan mereka menuju Pegunungan Salju Utara, tempat tumbuhnya bunga Salju Ilahi yang sangat langka. Angin dingin sudah terasa menggigit meski mereka belum mendekati puncaknya.Di sisi lain, pria tampan yang kini dikenal sebagai Tian Ming bersikeras ikut bersama mereka. "Aku tidak akan membiarkan kalian pergi sendirian ke tempat berbahaya itu," ucapnya dengan nada tegas.Zhao Xueyan menatapnya tajam. "Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Ini bukan perjalanan biasa. Pegunungan itu penuh dengan binatang roh es dan badai yang bisa membunuh dalam sekejap."Tian Ming tersenyum kecil. "Kau meremehkanku, Nona Zhao. Lagi pula, kalian kesana karena untuk menyembuhkanku juga.”Ya, setelah melewati malam menyakitkan, Tian Ming kembali pulih hanya saja jika sedang bulan purnama penyakit itu akan tetap datang. Niuniu mendengus sambil melipat tangan di dada. "Lagipula kenapa kau bersikeras ikut? Paling juga merepotkan!"Tanpa mengun
Setelah perjalanan panjang melintasi badai salju, Zhao Xueyan, Niuniu, dan Tian Ming menemukan sebuah goa besar yang tersembunyi di balik tebing es. “Hari mulai malam. Sepertinya kita harus beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan,” kata Zhao Xueyan dingin. Tian Ming mengangguk setuju. “Kau benar. Ayo kita masuk ke gua ini!” Udara di dalam goa terasa lebih hangat dibandingkan di luar, dan di sepanjang dindingnya tumbuh berbagai tanaman langka yang bercahaya redup seperti kristal."Tempat ini seperti surga tersembunyi," gumam Zhao Xueyan sambil memeriksa beberapa tanaman dengan teliti.Zhao Xueyan mulai mencabut beberapa tanaman dan melemparnya ke dalam ruang dimensi miliknya tanpa ketahuan untuk ditanam kembali. "Aku setuju ... tapi tempat seperti ini pasti punya penjaga," tambah Tian Ming dengan nada waspada.Baru saja Tian Ming selesai berbicara, dari kegelapan goa terdengar suara gemuruh berat. Langkah besar yang menghentak membuat tanah berguncang. Grooooaa
Dalam kehangatan api unggun yang berderak, Zhao Xueyan, Niuniu, dan Tian Ming duduk menikmati makanan sederhana yang telah disiapkan Zhao Xueyan dari bahan yang dikeluarkannya dari ruang dimensi. Beruang roh besar yang tadi menjaga gua kini duduk dengan tenang di sudut, seolah menikmati kehadiran mereka.Niuniu menggigit sepotong daging panggang dengan riang. "Nona, makanan ini enak sekali! Kita harus makan seperti ini lebih sering," serunya ceria.Zhao Xueyan hanya tersenyum kecil, sementara Tian Ming diam dengan wajah datarnya, namun sesekali melirik Zhao Xueyan dengan pandangan yang sulit ditebak.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang berat dan tergesa-gesa terdengar dari mulut gua. Zhao Xueyan yang memiliki insting tajam langsung berdiri, mencabut pedangnya tanpa ragu. Matanya memicing penuh kewaspadaan."Siapa di sana?" seru Zhao Xueyan dengan nada dingin.Tian Ming mengangkat tangannya dengan tenang. "Tenang," katanya, suaranya dalam dan penuh keyakinan. "Itu orangku."Sosok pria b
Pagi yang dingin menyelimuti pegunungan bersalju utara. Meski salju turun tanpa henti, Zhao Xueyan, Niuniu, Tian Ming, dan Wu Liang tetap melanjutkan perjalanan mereka dengan tekad yang kuat. Angin yang menusuk kulit tidak mematahkan semangat mereka.Zhao Xueyan memimpin di depan, mengenakan jubah tebal berwarna putih yang hampir menyatu dengan salju. Langkahnya mantap meski medan semakin terjal. Niuniu yang berada di sampingnya terkadang mengomel tentang betapa dinginnya udara pegunungan ini."Kenapa tempat seperti ini harus jadi tujuan kita? Tidak bisakah bunga salju itu tumbuh di taman yang hangat?" gerutu Niuniu sambil meniupkan napas ke telapak tangannya yang dingin.Zhao Xueyan tersenyum tipis. "Kalau mudah ditemukan, tentu harganya tidak sebanding," jawabnya tenang.Di belakang mereka, Tian Ming dan Wu Liang berjalan dengan diam. Wu Liang sesekali melirik Tian Ming yang wajahnya tetap dingin meski kondisi ekstrem melanda."Aku tidak mengerti bagaimana Anda bisa tetap terlihat t
Malam itu, penginapan yang hangat di dekat pegunungan bersalju menjadi tempat Zhao Xueyan mulai mengobati Tian Ming. Dengan bunga salju ilahi yang telah diolah dan bunga api dari ruang dimensinya, Zhao Xueyan menyiapkan pengobatan akupunktur dengan teknik Naga Yin dan Yang yang rumit namun sangat ampuh.Wu Liang yang berdiri tidak jauh dari mereka tampak terkejut dan waspada. Selama ini, dia tahu betul bahwa tidak ada wanita yang bisa menyentuh Tian Ming tanpa menyebabkan reaksi alergi yang parah. Namun, Zhao Xueyan melakukannya dengan tenang. Zhao Xueyan mulai menanamkan jarum-jarum akupunktur di titik-titik energi penting di tubuh Tian Ming. Dengan teknik yang langka dan rumit, dia memadukan aliran energi Yin dan Yang untuk menyeimbangkan tubuh Tian Ming yang selama ini tertekan oleh penyakit misteriusnya. Cahaya lembut tampak berpendar di sekitar jarumnya, bukti bahwa energi spiritual turut terlibat dalam pengobatan tersebut.Wu Liang tertegun. "Luar biasa ...." gumamnya tanpa sad
Keesokan paginya, udara dingin dari pegunungan bersalju masih terasa menusuk tulang. Matahari yang baru saja muncul di balik puncak gunung memancarkan cahaya lembut ke desa kecil tempat mereka bermalam.Zhao Xueyan, dengan jubah panjang yang melambai tertiup angin, berdiri di depan penginapan bersama Niuniu. "Kita harus segera bergerak," ucap Zhao Xueyan tegas. Niuniu mengangguk penuh semangat meski bibirnya sedikit gemetar karena dingin.Namun sebelum mereka sempat menaiki kuda, Tian Ming dengan wajah datar datang mendekat bersama Wu Liang. "Aku ikut," katanya singkat, tanpa memberi ruang untuk penolakan.Zhao Xueyan melirik Tian Ming dengan tatapan tajam. "Perjalanan ini berbahaya dan tidak cocok untuk seorang pria bangsawan," sindirnya dingin.Tian Ming tetap berdiri teguh tanpa menunjukkan ekspresi. "Aku tidak peduli. Kau tidak bisa menghentikanku."Wu Liang yang berdiri di belakang Tian Ming hanya menghela napas, jelas memahami keras kepala tuannya. Dia tahu tidak ada gunanya ber
Di tepi sungai yang jernih, Zhao Xueyan bersama Niuniu, Tian Ming, dan Wu Liang duduk mengelilingi api unggun kecil. Hembusan angin sore membawa aroma segar dari hutan sekitar.Zhao Xueyan dengan cekatan mengambil panci kecil dari ruang penyimpanan yang telah dipindahkan dari ruang dimensi dengan hati-hati agar tidak mencurigakan. "Niuniu, tambahkan sayuran liar yang kamu temukan tadi," perintahnya dengan nada tenang.Niuniu tersenyum riang. "Baik, nona!" Dia memasukkan sayuran segar ke dalam panci berisi mie yang mendidih, sementara Zhao Xueyan dengan teliti memecahkan beberapa telur dan membiarkannya matang perlahan di atas kuah panas.Tian Ming dan Wu Liang menatap masakan sederhana itu dengan penuh rasa penasaran. Wu Liang mengendus aromanya sambil mengangkat alis. "Wah ... aromanya menarik sekali. Apa ini makanan khas dari wilayah tertentu?"Zhao Xueyan tersenyum kecil tanpa menjawab. "Makan saja nanti, baru kamu tahu," katanya sambil mengaduk perlahan.Setelah matang, mereka mas
Kaisar Hei Zhang kini duduk megah di atas singgasananya, mengenakan jubah kebesaran warna hitam keemasan. Wajahnya tenang, tapi aura kekuasaan yang menyelimuti tubuhnya membuat seluruh ruangan mencekam. Para pejabat berdiri kaku di tempat mereka, tak berani mengangkat wajah.Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari luar aula.Beberapa penjaga kekaisaran menyeret masuk seorang pria bertubuh kekar, mengenakan pakaian compang-camping. Tangan dan kakinya dibelenggu rantai besi. Di belakangnya, ada beberapa pria lain, termasuk pria bertato yang pernah terlihat di rumah bordil dan markas perjudian. Semua dalam kondisi babak belur.“Yang Mulia,” kata salah satu penjaga sambil berlutut. “Kami telah membawa para penjahat yang terlibat dalam perdagangan wanita muda. Termasuk ... tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui.”Suasana di balairung sontak berguncang.“Apa?!” Selir Yu memekik pelan.Pangeran Kedua Feng Shui memucat, matanya membelalak menatap orang kepercayaannya sendiri. Dalam hatinya berge
Perdebatan semakin memanas antar dua kubu yang saling mendukung. Rata-rata para pejabat sangat mendukung pangeran kedua Feng shui. Langkah kaki bergema di sepanjang balairung megah Kekaisaran Heifeng, menghentikan semua perdebatan panas yang sedang berlangsung. Para pejabat langsung menoleh, dan beberapa bahkan berdiri dengan kaget.Pintu utama terbuka perlahan, dan tampaklah sosok Kaisar Hei Zhang berjalan masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tegas, tatapannya tajam. Tak ada lagi bekas kelemahan seperti yang dikira semua orang."Yang Mulia Kaisar ...." bisik salah satu pejabat dengan suara tercekat.Selir Yu membeku di tempat, wajahnya memucat. “Tidak mungkin ... dia ... dia sudah hampir mati … bagaimana bisa hidup kembali dan sehat?” bisiknya dengan mata terbelalak kaget. Pangeran kedua Feng Shui yang tadi lantang memojokkan Putra Mahkota Hei Long, kini mundur setengah langkah dengan ekspresi terkejut.Kaisar Hei Zhang berhenti di tengah aula. Suaranya bergema,
Di tengah keheningan malam yang mulai diselimuti kabut tipis, Zhao Xueyan dan Tian Ming bergerak diam-diam mengikuti dua sosok yang mencurigakan—tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui dan pria bertato ular di lehernya. Keduanya berjalan cepat, keluar dari wilayah utama Kekaisaran Heifeng, melewati gerbang samping yang dijaga dengan longgar, seolah segalanya sudah direncanakan agar tidak mencolok.Tian Ming menatap tajam ke arah jalan setapak berbatu yang mereka lewati, sementara Zhao Xueyan menyesuaikan langkahnya agar tidak menginjak ranting. Mereka menyusup melalui bayang-bayang pepohonan dan bangunan kosong, mengikuti dari kejauhan."Ke mana mereka pergi?" gumam Tian Ming pelan.Zhao Xueyan menjawab lirih, "Sepertinya ke arah perbatasan luar... terlalu jauh untuk hanya sekadar bertukar informasi. Mereka menyembunyikan sesuatu."Beberapa waktu kemudian, ketika mereka mulai mendekati area perbatasan Kekaisaran, Zhao Xueyan memberi isyarat tangan untuk berhenti. Dari balik semak tinggi
Feng Shui menghela napas berat. “Jadi tabib muda itu benar-benar menyembuhkannya?”Selir Yu menatap putranya dalam-dalam. “Bagaimana dengan penyelidikanmu? Siapa dia sebenarnya?”Feng Shui menyilangkan tangan dan bersandar di salah satu tiang. “Orang-orangku mengatakan dia hanya tabib muda bodoh dari kota perbatasan. Tidak punya latar belakang penting, tidak ada hubungan dengan klan atau sekte mana pun. Hanya ....”“‘Hanya’?” potong Selir Yu dengan cepat, matanya menyipit tajam.Feng Shui menghela napas. “Hanya saja ... gerak-geriknya terlalu tenang. Bahkan saat dia tahu sedang diawasi, dia tak panik. Dan anehnya lagi ... saat mata-mataku mencoba mendekat, dia justru mengelabui mereka seolah tahu apa yang mereka pikirkan.”Selir Yu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau masih meremehkannya?”Feng Shui terdiam sejenak. “Kurasa ... tidak lagi.”Hening menyelimuti ruangan sesaat sebelum Selir Yu kembali bicara dengan suara dingin, “Jika dia benar-benar ancaman, kita harus bertindak. Janga
Putra Mahkota mengepalkan tangan, nadanya mulai terdengar geram. “Aku bersumpah … jika benar itu ulah mereka—”Zhao Xueyan segera memotong, “Jangan gegabah. Ini bukan saatnya untuk beraksi terbuka. Kita harus pastikan mereka tidak merasa curiga. Biarkan mereka percaya bahwa Kaisar masih sakit seperti sebelumnya.”Kaisar Hei Zhang menarik napas pelan. “Aku mengerti. Aku akan berpura-pura tetap lemah … demi keselamatan istana ini.”Zhao Xueyan menunduk. “Saya akan kembali esok pagi untuk tahap terakhir. Sampai saat itu, jaga semuanya tetap seperti biasa.”Putra Mahkota menatapnya dengan mata penuh rasa hormat. “Terima kasih, Tabib Muda.”Zhao Xueyan hanya mengangguk singkat, lalu melangkah keluar dengan tenang, meninggalkan paviliun kaisar, sementara di belakangnya, dua pria kuat dari keluarga kekaisaran saling bertukar pandang penuh tekad. Kini, permainan kesabaran dan kecerdikan benar-benar dimulai.Setelah kepergian Zhao Xueyan, suasana di dalam kamar Kaisar Hei Zhang kembali hening.
Tian Ming menarik napas pelan. Ia tahu, ia tak bisa memperlakukannya seperti wanita istana biasa. Zhao Xueyan adalah Zhao Xueyan — wanita yang memilih jalannya sendiri.“Aku tidak akan menahanmu,” ujarnya akhirnya. “Hanya saja ... jangan terlalu mempercayai siapa pun di istana itu, termasuk sang putra mahkota.”Zhao Xueyan mengangguk pelan. “Aku tahu batasanku.”Dia berdiri, membenarkan jubah panjangnya, lalu tersenyum pada Niuniu dan Wu Liang. “Aku akan kembali sebelum matahari tenggelam.”Wu Liang membungkuk hormat. “Hati-hati, Nona.”Niuniu ikut bicara. “Jaga diri, nona.”Zhao Xueyan kemudian melangkah pergi bersama Nui, meninggalkan Tian Ming yang hanya bisa menatap punggungnya, menyembunyikan gejolak di dadanya. Hatinya merasa tak tenang, tapi ia memilih untuk percaya.Karena mencintai Zhao Xueyan ... berarti membiarkannya bebas.******Kini Zhao Xueyan telah berada kembali di kamar kaisar Hei Zhang. Suasana di dalam paviliun istana terasa hening, hanya terdengar suara lembut Zha
Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu. Di dalam penginapan, suasana pagi terasa hangat dan damai. Wu Liang duduk di serambi depan sambil menikmati udara segar, tubuhnya sudah jauh lebih bugar setelah meminum ramuan dari Zhao Xueyan. Luka-lukanya telah sembuh, dan wajahnya yang semula pucat kini kembali berseri. Namun pikirannya melayang ke satu orang—gadis mungil yang telah berjuang melawan racun mematikan, Niuniu.Suara langkah kaki lembut menarik perhatian Wu Liang. Matanya membelalak saat melihat Niuniu keluar dari kamar sebelah dengan pakaian bersih dan rambut yang dikepang rapi. Senyum lembut menghiasi wajah gadis itu yang tampak jauh lebih sehat. Wu Liang berdiri dengan cepat dan tanpa sadar melangkah maju. Dalam hitungan detik, dia memeluk tubuh mungil itu erat.“Niuniu!” serunya tanpa sadar.Tubuh Niuniu langsung menegang. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, dan lidahnya terasa kelu tak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka Wu Liang akan melakukan hal semacam i
Setelah selesai merawat Wu Liang dan memastikan kondisi sahabat Kaisar Tian Ming stabil, Zhao Xueyan berdiri dari sisi ranjang sambil menarik napas lega."Dia akan butuh waktu beberapa hari untuk pulih sepenuhnya, aku akan merawatnya," ucap Zhao Xueyan sambil membereskan peralatan medisnya. "Tubuhnya terlalu dipaksa bertarung, tapi untung saja jantung dan paru-parunya tidak mengalami kerusakan serius."Tian Ming yang sedari tadi duduk di tepi ranjang, memandangi Wu Liang dengan mata rumit. Namun saat Zhao Xueyan hendak pergi ke kamar sebelah, Tian Ming berdiri dan menghampirinya. Di tangannya, ia memegang bungkusan daun yang tadi dibawa Wu Liang."Bunga ini … untukmu," katanya singkat.Zhao Xueyan menatap bungkusan itu sejenak sebelum menerimanya. Di dalamnya, bunga Lotus merah darah tampak mencolok, kelopaknya merekah sempurna meski telah melalui perjalanan panjang dan penuh bahaya."Untuk Niuniu, bukan untukku," jawab Zhao Xueyan pelan.Tian Ming menatapnya beberapa detik, lalu berk
Saat suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari luar kamar, Kaisar Tian Ming yang sedari tadi mondar-mandir dengan gelisah sontak berhenti. Matanya langsung tertuju pada pintu yang perlahan terbuka. Jantungnya berdebar—dia berharap itu Zhao Xueyan.“Xueyan?” panggilnya dengan nada penuh harap.Namun, yang muncul bukanlah sosok perempuan cerdas itu, melainkan Wu Liang—tangan kanan kepercayaannya. Pria itu tampak kacau. Pakaian luarnya robek, wajahnya penuh luka lebam dan darah kering, tubuhnya tertatih, dan langkahnya nyaris tak terkontrol.“Wu Liang?!” seru Tian Ming dengan wajah terkejut.Wu Liang hanya sempat tersenyum lemah sebelum tubuhnya ambruk begitu saja di depan pintu. Dengan sigap, Tian Ming melangkah cepat dan menangkap tubuh sahabatnya sebelum menyentuh lantai.“Wu Liang! Apa yang terjadi?!” Tian Ming memapah tubuh Wu Liang ke dalam kamar dan mendudukannya dengan hati-hati.Wu Liang membuka matanya perlahan, lalu mengulurkan tangan yang menggenggam erat sebuah kain ber