Zhao Xueyan menggeleng pelan. “Yang penting kalian selamat. Tapi, ceritakan padaku … apa yang terjadi di desa ini? Kenapa iblis menyerang?” Wajah sang ayah menegang, matanya menyiratkan ketakutan. “Mereka … mereka datang mencari sesuatu. Tapi kami tidak tahu apa itu. Setiap malam, mereka datang dan mengambil seseorang .…” Zhao Xueyan menyipitkan mata. “Berapa banyak yang sudah mereka bawa?” Sang ibu menggigit bibirnya, menahan tangis. “Sudah lebih dari dua puluh orang .…” Zhao Xueyan mengepalkan tangannya. "Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut." Dia berdiri, matanya menatap ke dalam kegelapan malam. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di sini. Dan dia akan menghentikannya. Zhao Xueyan menatap paman Lu, pria paruh baya yang masih lemah setelah insiden tadi. “Kenapa pihak Kekaisaran belum membantu kalian?” tanyanya, suara dinginnya penuh ketegasan. Paman Lu menatapnya dengan mata penuh kesedihan, lalu menghela napas panjang. “Kami sudah melaporkannya ke Kekaisaran Hei
Angin malam bertiup lembut, menggoyangkan lentera-lentera yang menyala di rumah-rumah.Di bawah cahaya perisai emas yang kini melindungi desa, penduduk bisa tidur dengan tenang untuk pertama kalinya setelah sekian lama.Namun, jauh di kejauhan, sepasang mata merah mengawasi dengan dingin.*****Di sisi lain di ruang kerja yang luas dan mewah, Kaisar Tian Ming duduk di belakang meja besar dari kayu hitam.Tumpukan dokumen tertata rapi di hadapannya, tetapi pikirannya terus melayang pada sosok wanita dengan mata tajam dan sikap tak kenal takut.Zhao Xueyan.Sejak kejadian beberapa hari lalu, dia terus memikirkan wanita itu.Suara ketukan pintu menginterupsi lamunannya."Masuk," katanya dengan suara rendah dan berwibawa.Seorang pria berbaju hitam dengan armor ringan melangkah masuk. Dia adalah Yu Qie, pengawal elit kepercayaannya.Yu Qie berlutut dengan satu tangan di dada, melaporkan dengan suara tegas."Yang Mulia, pasukan iblis yang berani menerobos wilayah Kekaisaran Tian Yang telah
Bai Long dan Zhao Xueyan bergerak secepat kilat. Pedang di tangan mereka berkilat di bawah cahaya obor yang remang-remang.Puluhan mayat hidup mengaum ganas, menyerbu tanpa takut mati. Namun, bagi Zhao Xueyan dan Bai Long, mereka hanyalah serangga yang menunggu untuk dimusnahkan.Swiing! Zhao Xueyan melesat ke depan, pedangnya berputar dalam lengkungan indah, menebas tiga mayat hidup dalam satu gerakan.Darah hitam menyembur ke tanah, tubuh-tubuh membusuk itu ambruk tanpa nyawa.Sementara itu, Bai Long bertarung dengan kekuatan naga hitamnya.Brak! Satu pukulan telak menghancurkan kepala mayat hidup yang mendekat.Bai Long menyeringai. "Terlalu mudah."Namun, musuh terus berdatangan.Dari dalam formasi, para warga semakin ketakutan.Beberapa perempuan dan anak-anak menangis ketakutan, memeluk satu sama lain."Apa kita akan mati?" bisik seorang ibu dengan wajah pucat.Niuniu berdiri di depan mereka, mencoba menenangkan."Percayalah pada Nona Zhao. Dia tidak akan membiarkan kalian mati
Ternyata perkataan pria berjubah hitam itu benar, pertarungan ini belum selesai. Tiba-tiba, sepuluh pria berjubah hitam kembali muncul setelah pria berjubah hitam yang satunya mati. Namun sebelum tubuhnya berubah menjadi abu, ia sempat memanggil rekan-rekannya yang lain.Sepuluh pria berjubah hitam itu berdiri mengelilingi Zhao Xueyan dan Bai Long. Mereka mulai membaca mantra, menciptakan gelombang energi hitam yang menguar di udara. Zhao Xueyan merasakan kesadarannya mulai kabur, tubuhnya melemah, dan pandangannya kabur. Ilusi mulai terbentuk di sekelilingnya—bayangan masa lalu yang menyakitkan, suara-suara yang mengganggu pikirannya.Namun, sebelum Zhao Xueyan semakin tenggelam dalam ilusi itu, Bai Long dengan cepat menghunus pedangnya dan menusukkan ujungnya ke tanah, menciptakan ledakan energi yang menyapu aura hitam di sekitar Zhao Xueyan. Ia tersentak dan sadar kembali."Nona, fokuslah! Mereka mencoba memanipulasi pikiranmu!" seru Bai Long
“Ugh!” Keluh seorang wanita lirih, matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya remang pada obor. Aroma lembab kayu lapuk menyergap indra penciumannya. Dia mengerjapkan mata, mencoba mengenali tempatnya berada. “Permaisuri! Anda sadar!” Suara tangis histeris membuat Zhao Xueyan terkejut. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan pakaian lusuh menangis di depannya.“Apa yang ... terjadi?” tanya Zhao Xueyan. Tubuhnya terasa seperti dihantam palu berkali-kali.“Yang Mulia, Anda selamat! Syukurlah ….” Gadis pelayan itu terus tersedu-sedu tanpa menjelaskan lebih lanjut.Zhao Xueyan sambil meringis sesekali, menyandarkan tubuhnya pada dipan kayu. Rasa sakit di punggungnya masih terasa. Sesaat kemudian, memori seperti hujan deras menyerang pikirannya.Zhao Xueyan baru saja pulang dari dinas malam, dia ingin merayakan ulang tahun tunangannya. Namun, saat dia mengintip, pemandangan itu menghancurkannya. Di sana, Ruiqi, tunangannya, tengah bercumbu mesra dengan Meiling, sahabatnya
Zhao Xueyan tersentak kecil, matanya menatap Niuniu yang berdiri dengan kepala menunduk. “Apa sudah selesai?” tanya Zhao Xueyan. “Ya, Permaisuri. Lukanya telah hamba bersihkan dan obati sesuai saran, Yang Mulia,” jawab Niuniu. Zhao Xueyan mengangguk, dia kembali memasang hanfu lusuh miliknya sesekali meringis kecil. Niuniu dengan sigap membantu sang permaisuri yang terlihat lemah dan kesusahan memasang hanfu miliknya. “Niuniu!” seru Zhao Xueyan. Niuniu tersentak, gadis pelayan berusia 18 tahun terlihat melamun saat membantu Zhao Xueyan. Niuniu segera menghadap. “Ya, Yang Mulia?” suara Niuniu terdengar bergetar. “Ada apa denganmu? Kau terus saja melamun?” tanya Zhao Xueyan dingin. Niuniu menunduk, matanya memerah menahan tangis. Dia merasa wanita di depannya ini sangat berubah. “M—maafkan hamba, Yang Mulia,” cicit Niuniu. Zhao Xueyan menghela napasnya, dia tahu Niuniu pasti merasa asing dengan sikapnya. “Aku lapar. Bawakan sesuatu yang layak dimakan.” Niuniu men
Luka di punggung Zhao Xueyan kini mulai mengering. Setelah beberapa hari terbaring, dia akhirnya merasa lebih baik. Pagi itu, pelayan setia Zhao Xueyan, Niuniu, sedang bersiap untuk pergi mencari sayuran liar. Perempuan muda itu dengan sabar melipat keranjang bambunya sambil melihat ke arah majikannya yang kini duduk di kursi reyot di depan gubuk mereka.“Permaisuri, harap tetap di sini dan istirahat. Saya akan segera kembali dengan beberapa sayuran liar,” kata Niuniu lembut. Zhao Xueyan berdiri perlahan, menatap pelayannya dengan mata tajam. “Aku sudah bilang, jangan panggil aku permaisuri lagi. Sebutan itu hanya akan membawa masalah. Di sini, aku hanyalah Zhao Xueyan.”Zhao Xueyan sudah memperingatkan Niuniu agar tidak memanggilnya lagi permaisuri, dia telah bertekad untuk melepas gelar itu. Dia juga mengingatkan agar Niuniu tidak menyebut dengan hamba. Niuniu menunduk, merasa bersalah. “Baiklah, Nona Zhao. Tapi Anda masih lemah. Tidak perlu ikut—”Zhao Xueyan mengangkat tanganny
Di dapur kecil, Niuniu sibuk mencuci sayuran liar yang mereka kumpulkan dari hutan sehari sebelumnya. Di sudut lain, Zhao Xueyan sedang mengasah pisau dengan perlahan, mencoba memulihkan kebiasaan sehari-hari setelah luka cambuknya mulai sembuh.“Niuniu, biar aku yang memotong sayuran itu,” kata Zhao Xueyan dengan nada tegas.Niuniu menoleh, menggelengkan kepala. “Nona Zhao, Anda tidak perlu repot. Luka Anda masih baru sembuh. Biar saya saja yang—”Ucapan Niuniu terhenti saat Zhao Xueyan menatapnya datar. “Aku sudah cukup duduk diam. Jangan khawatir, aku tahu apa yang kulakukan,” ujar Zhao Xueyan memotong perkataan Niuniu. Niuniu terdiam sejenak, lalu menyerahkan seikat sayuran ke tangan majikannya.“Baiklah, tapi kalau tangan Anda terasa sakit, langsung berhenti.”Zhao Xueyan tersenyum samar dan mulai memotong sayuran itu dengan hati-hati.Zhao Xueyan tengah memotong sayuran, tanpa sengaja pisau yang tajam itu menggores jari telunjuknya. Darah segar mengalir dari lukanya dan menet
Ternyata perkataan pria berjubah hitam itu benar, pertarungan ini belum selesai. Tiba-tiba, sepuluh pria berjubah hitam kembali muncul setelah pria berjubah hitam yang satunya mati. Namun sebelum tubuhnya berubah menjadi abu, ia sempat memanggil rekan-rekannya yang lain.Sepuluh pria berjubah hitam itu berdiri mengelilingi Zhao Xueyan dan Bai Long. Mereka mulai membaca mantra, menciptakan gelombang energi hitam yang menguar di udara. Zhao Xueyan merasakan kesadarannya mulai kabur, tubuhnya melemah, dan pandangannya kabur. Ilusi mulai terbentuk di sekelilingnya—bayangan masa lalu yang menyakitkan, suara-suara yang mengganggu pikirannya.Namun, sebelum Zhao Xueyan semakin tenggelam dalam ilusi itu, Bai Long dengan cepat menghunus pedangnya dan menusukkan ujungnya ke tanah, menciptakan ledakan energi yang menyapu aura hitam di sekitar Zhao Xueyan. Ia tersentak dan sadar kembali."Nona, fokuslah! Mereka mencoba memanipulasi pikiranmu!" seru Bai Long
Bai Long dan Zhao Xueyan bergerak secepat kilat. Pedang di tangan mereka berkilat di bawah cahaya obor yang remang-remang.Puluhan mayat hidup mengaum ganas, menyerbu tanpa takut mati. Namun, bagi Zhao Xueyan dan Bai Long, mereka hanyalah serangga yang menunggu untuk dimusnahkan.Swiing! Zhao Xueyan melesat ke depan, pedangnya berputar dalam lengkungan indah, menebas tiga mayat hidup dalam satu gerakan.Darah hitam menyembur ke tanah, tubuh-tubuh membusuk itu ambruk tanpa nyawa.Sementara itu, Bai Long bertarung dengan kekuatan naga hitamnya.Brak! Satu pukulan telak menghancurkan kepala mayat hidup yang mendekat.Bai Long menyeringai. "Terlalu mudah."Namun, musuh terus berdatangan.Dari dalam formasi, para warga semakin ketakutan.Beberapa perempuan dan anak-anak menangis ketakutan, memeluk satu sama lain."Apa kita akan mati?" bisik seorang ibu dengan wajah pucat.Niuniu berdiri di depan mereka, mencoba menenangkan."Percayalah pada Nona Zhao. Dia tidak akan membiarkan kalian mati
Angin malam bertiup lembut, menggoyangkan lentera-lentera yang menyala di rumah-rumah.Di bawah cahaya perisai emas yang kini melindungi desa, penduduk bisa tidur dengan tenang untuk pertama kalinya setelah sekian lama.Namun, jauh di kejauhan, sepasang mata merah mengawasi dengan dingin.*****Di sisi lain di ruang kerja yang luas dan mewah, Kaisar Tian Ming duduk di belakang meja besar dari kayu hitam.Tumpukan dokumen tertata rapi di hadapannya, tetapi pikirannya terus melayang pada sosok wanita dengan mata tajam dan sikap tak kenal takut.Zhao Xueyan.Sejak kejadian beberapa hari lalu, dia terus memikirkan wanita itu.Suara ketukan pintu menginterupsi lamunannya."Masuk," katanya dengan suara rendah dan berwibawa.Seorang pria berbaju hitam dengan armor ringan melangkah masuk. Dia adalah Yu Qie, pengawal elit kepercayaannya.Yu Qie berlutut dengan satu tangan di dada, melaporkan dengan suara tegas."Yang Mulia, pasukan iblis yang berani menerobos wilayah Kekaisaran Tian Yang telah
Zhao Xueyan menggeleng pelan. “Yang penting kalian selamat. Tapi, ceritakan padaku … apa yang terjadi di desa ini? Kenapa iblis menyerang?” Wajah sang ayah menegang, matanya menyiratkan ketakutan. “Mereka … mereka datang mencari sesuatu. Tapi kami tidak tahu apa itu. Setiap malam, mereka datang dan mengambil seseorang .…” Zhao Xueyan menyipitkan mata. “Berapa banyak yang sudah mereka bawa?” Sang ibu menggigit bibirnya, menahan tangis. “Sudah lebih dari dua puluh orang .…” Zhao Xueyan mengepalkan tangannya. "Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut." Dia berdiri, matanya menatap ke dalam kegelapan malam. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di sini. Dan dia akan menghentikannya. Zhao Xueyan menatap paman Lu, pria paruh baya yang masih lemah setelah insiden tadi. “Kenapa pihak Kekaisaran belum membantu kalian?” tanyanya, suara dinginnya penuh ketegasan. Paman Lu menatapnya dengan mata penuh kesedihan, lalu menghela napas panjang. “Kami sudah melaporkannya ke Kekaisaran Hei
Langit pagi mulai memancarkan cahaya keemasan, tetapi hawa dingin di wilayah utara masih menusuk hingga ke tulang.Zhao Xueyan dan Niuniu terus memacu kuda mereka, menyusuri jalan berbatu yang mulai berubah menjadi tanah kering berdebu. Mereka tidak berhenti lama, hanya meneguk air spiritual untuk menjaga stamina sebelum kembali melanjutkan perjalanan.Saat matahari mulai naik, mereka tiba di sebuah desa yang terasa mencekam.Suasana begitu sunyi.Beberapa rumah tampak hancur, pintu-pintunya terbuka dengan bekas cakaran dan bercak darah di dinding. Dari balik jendela, tampak beberapa warga desa bersembunyi, wajah mereka dipenuhi ketakutan.Niuniu menggigit bibirnya, lalu berbisik, "Nona, sepertinya desa ini sudah diserang .…"Zhao Xueyan mengangguk pelan. "Bersiaplah. Sesuatu yang mengerikan mungkin masih ada di sini."Mereka baru saja menuntun kuda-kuda mereka ke dalam desa, ketika tiba-tiba—Aaaakkkhh! Jeritan seorang gadis menggema di udara!Tanpa berpikir panjang, Zhao Xueyan lan
Langit malam mulai gelap, hanya diterangi cahaya bulan sabit yang menggantung di langit. Angin dingin berhembus perlahan, membawa aroma hutan yang lembab.Di sebuah hutan di perbatasan antara Kekaisaran Zhengtang, Zhao Xueyan dan Niuniu akhirnya berhenti untuk beristirahat.Zhao Xueyan turun dari kudanya, lalu dengan cekatan mengikat tali kekang kuda itu ke batang pohon yang kuat. Niuniu melakukan hal yang sama, meskipun sedikit canggung karena tangannya masih terasa pegal setelah seharian menggenggam kendali kuda."Nona, kita akhirnya bisa istirahat. Saya pikir lengan saya akan putus karena menunggang kuda sepanjang hari." Niuniu menghela napas panjang sambil menggerak-gerakkan lengannya.Zhao Xueyan tersenyum tipis sambil menepuk pundak gadis itu. "Makanya, aku sudah bilang kau harus berlatih lebih sering."Niuniu meringis. "Kalau begitu, lain kali saya akan naik gerobak saja. Lebih nyaman."Zhao Xueyan terkekeh sebelum mengeluarkan sesuatu dari sakunya—sebuah gelang giok hijau yang
Di halaman, Jenderal Zhao Yun dan istrinya, Bing Qing, sudah menunggu.Bing Qing, seorang wanita anggun dengan wajah lembut dan tatapan penuh kasih, langsung menggenggam tangan Zhao Xueyan dengan erat."Xueyan, kau yakin dengan keputusan ini?" Suaranya bergetar, jelas menunjukkan bahwa dia sangat mengkhawatirkan putrinya.Zhao Xueyan menatap ibunya dengan lembut. "Ibu, aku tidak bisa tinggal diam saat orang-orang di luar sana mengalami penderitaan. Aku harus melakukan sesuatu."Bing Qing menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata.Sementara itu, Jenderal Zhao Yun menatap putrinya dengan ekspresi serius. "Aku tidak bisa menghentikanmu, tapi berjanjilah pada Ayah satu hal."Zhao Xueyan menegakkan tubuhnya. "Apa itu, Ayah?""Jangan pernah mempertaruhkan nyawamu dengan gegabah. Jika keadaan terlalu berbahaya, segera kembali,” kata Jenderal Zhao Yun dengan tegas namun penuh kasih. Zhao Xueyan terdiam sejenak, lalu mengangguk mantap. "Aku berjanji."Jenderal Zhao Yun mendesah pelan, lal
Namun, sebelum dia bisa menundukkan tubuhnya lebih dalam, sebuah tangan kokoh menahannya."Tidak perlu." Suara Tian Ming terdengar tegas, tanpa keraguan sedikit pun.Jenderal Zhao Yun menatapnya dengan bingung. "Yang Mulia?"Tian Ming diam sejenak sebelum akhirnya mengucapkan sesuatu yang mengejutkan."Aku yang akan menjaga Zhao Xueyan dengan sepenuh hati."Kedua mata Jenderal Zhao Yun membelalak sedikit."Yang Mulia .…""Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya, termasuk Kaisar Zheng Yu," lanjut Tian Ming, nada suaranya penuh ketegasan. "Tidak peduli seberapa besar dia menginginkannya, Zhao Xueyan bukan miliknya."Jenderal Zhao Yun menatap pria di hadapannya dengan seksama. Tian Ming bukan pria biasa. Dia adalah penguasa dari benua seberang, seorang kaisar yang begitu kuat dan ditakuti.Namun sekarang, pria yang dingin dan tak terkalahkan itu berdiri di sini dan berjanji untuk melindungi putrinya?Timbul pertanyaan dalam benaknya. "Yang Mulia … apakah kau menyukai putriku?"T
Di kediaman Jenderal Zhao Yun, suasana terasa lebih tenang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Selama beberapa hari terakhir, Zhao Xueyan hampir tidak beristirahat, menghabiskan waktu merawat ayahnya yang jatuh sakit. Dengan keahliannya sebagai dokter, dia memastikan bahwa setiap obat yang diberikan tepat sasaran.Hari ini, untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan, Jenderal Zhao Yun terlihat benar-benar pulih. Wajahnya lebih segar, tubuhnya lebih kuat, dan rona sehat telah kembali ke pipinya.Zhao Xueyan duduk di tepi tempat tidur ayahnya, menatapnya dengan lega."Ayah, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyanya lembut.Jenderal Zhao Yun tersenyum kecil. "Aku jauh lebih baik, berkat kau, Xueyan."Zhao Xueyan tersenyum puas. "Tentu saja! Aku ini tabib jenius."Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Saat Zhao Xueyan menatap wajah ayahnya lebih dekat, dia menyadari sesuatu. Ada kekhawatiran yang jelas di mata pria itu.Keningnya berkerut. "Ayah, ada apa?"Jenderal Zhao Yun terdiam se