Perjamuan berjalan meriah setelah Selir Agung Qin datang bersama Ibu Suri. Di belakang dua wanita itu, ada Tabib Liu dan dua orang pelayan pribadi mereka. Semua peserta perjamuan membungkuk dan memberi hormat pada kedua wanita yang berkuasa sejak era Kaisar Terdahulu itu. Xie Yinlan masih berdiri bersisian dengan Shangguan Zhi di dekat taman bunga. Sementara paviliun tempat perjamuan diadakan sudah dikerumuni oleh wanita-wanita yang hadir. Paviliun itu adalah tempat bagi para tamu khusus, mereka adalah Ibu Suri, Selir Agung Qin, Tuan Putri Changle, Liu Xianzhu dan Selir Rong. Undangan lain dipersiapkan untuk duduk di sepanjang halaman taman. “Terima kasih Nona-Nona sekalian sudah datang memeriahkan perjamuan bunga ini.” Ibu Suri tersenyum ramah. Xie Yinlan mengamati dari jauh, wanita tua itu tak seburuk yang dipikirannya ketika berhadapan dengan orang banyak. Tapi tentu saja, baginya, dia sama sekali bukan tipe mertua yang baik pada menantu kedua dari putra pertamanya. “Selir,
“Di ujung pedang berdarahmu yang telah tumbangHidup seseorang kau renggut tiada kasihanArak Bunga Persik menyisakan penyesalanSendirian menangis menyelami lautan awanMenggenggam setangkai bunga persik, kesepian.”Tepuk tangan dan seruan kagum menggema begitu Xie Qingyan menyebutkan nama penyair terkenal dari zaman dulu. Dia tersenyum, baru saja menyelesaikan puisinya. “Puisiku tadi terinspirasi dari syair awan milik penyair legendaris di Kekaisaran Jing, Wang Yue An.” “Wang Yue An adalah penyair yang pernah hidup di medan perang. Semua kisah yang dia sembunyikan di dalam syair-syairnya pasti berkaitan dengan penyesalannya di medan perang.” Selir Agung Qin memberikan komentar. “Puisimu barusan, terlihat hidup sekali, Yang Mulia. Seakan-akan kau adalah Wang Yue An yang baru saja keluar dari medan perang yang mengerikan.”Xie Qingyan menanggapinya dengan senyuman, “Ayahku pernah pergi berperang. Setiap kali kembali ke markas, Ibu selalu mengucapkan kalimat-kalimat indah seperti itu
“Tidak, Yang Mulia Selir Agung.” Xie Yinlan berdiri dari tempat duduknya dengan raut percaya diri. Saat ini, seluruh mata tertuju padanya. Termasuk Putri Changle yang berdiri di sebelahnya, wanita itu memandang dengan tatapan yang sulit diartikan.“Apa maksudmu, Selir Rong?” Selir Agung Qin mendengus pelan, dia meletakkan cangkir arak itu di atas mejanya dengan keras. “Hei! Kalau meletakkannya seperti itu, nanti bisa rusak!” Yinlan bergegas mendekat ke mejanya dan menyambar cangkir itu. Dia mengangkatnya tepat di bawah cahaya matahari, matanya sedikit memicing dan memeriksa permukaan cangkir berwarna putih polos dengan corak samar-samar berwarna hitam itu. “Huh …, syukurlah tidak ada keretakan,” Yinlan menghela napas lega, kembali meletakkan cangkir itu di atas meja Selir Agung Qin. Semua orang bertanya-tanya ada apa dengan sikap beraninya itu. Dan kenapa dia sampai menerobos ke depan meja Selir Agung hanya karena dia meletakkan sebuah cangkir biasa dengan sedikit entakan?Tentu
“Wah …, kau jenius sekali, Selir! Kupikir kau hanya tertarik soal obat-obatan saja. Ternyata sampai barang antik pun kau tahu banyak, ya …. Omong-omong tahu dari mana soal cangkir itu? Aku bahkan mengira kalau bunganya itu bunga persik.” Shangguan Zhi menepuk pundaknya berkali-kali, merasa bangga dengan apa yang Yinlan lakukan untuk membalikkan keadaan saat Putri Changle berusaha menjebaknya tadi. Yinlan menyeringai lebar, sedikit terganggu karena Shangguan Zhi menepuk pundaknya terlalu keras, sedangkan saat ini dia baru saja menelan makanan. Mereka baru saja selesai menikmati makan siang setelah pertunjukan hadiah Putri Changle selesai. Karena sudah jadwal makan siang, Selir Agung disarankan melanjutkan pertunjukan hadiahnya setelah makan siang selesai. Yinlan undur diri keluar paviliun setelah menyelesaikan makan siangnya. Saat ini, peserta perjamuan kembali menikmati bunga mekar di halaman Istana Chengzhi yang luas sebelum kembali melanjutkan pertunjukan hadiah. “Itu karena seb
Suasana perjamuan mendadak berubah menjadi bencana, para tamu menjerit ketakutan. Lihat apa yang terjadi pada Jiang Lingyue di dalam lingkaran api itu?Bagaikan sebuah keajaiban, gadis itu keluar hidup-hidup, bahkan masih sempat melanjutkan tariannya. Dua selendang panjang itu ditarik kembali ke atas dengan cepat, apinya lenyap begitu saja, menyisakan abu yang beterbangan bersama kelopak bunga persik dan butiran salju. Xie Yinlan berdiri, dia mengacungkan ibu jarinya ke arah Shangguan Zhi dan Jiang Lingyue. Dalam hati, dia terkekeh-kekeh mengingat bagaimana proses menggelikan di balik api yang tiba-tiba muncul itu. Meski pun ini bagian dari rencananya, dia tidak menyangka Jiang Lingyue akan bekerja sama sebaik itu. “Nona Kelima, apa yang terjadi?” Ibu Suri berdiri dengan jantung yang masih berdegup kencang. Jiang Lingyue membungkuk, “Karena Ibu Suri dan Selir Agung Qin berasal dari keluarga militer, aku mempersembahkan tarian perang itu, Yang Mulia. Tarian itu bernama Membakar Cin
‘Saat aku mati-matian berusaha bangkit dari penindasan itu, kenapa kau justru datang membawa penderitaan yang lebih buruk? Jing Xuan, apakah selama ini aku salah, sudah memercayakan hidupku padamu?’ “Silakan, Selir.” Mao Lian mengulurkan tangannya ke depan. Mereka sudah berada di depan Paviliun Hua Rong. Di bawah tatapan merendahkan semua orang yang melihat hal memalukan itu, Xie Yinlan melangkahkan kaki memasuki paviliunnya. Seluruh rencananya gagal begitu saja karena kedatangan Jing Xuan yang begitu tiba-tiba. Padahal itu sudah tiba di puncak pertunjukannya. “Silakan pergi, Tuan Mao. Kau tidak perlu turun tangan sendiri untuk mengawasiku. Aku tidak akan lari. Aku akan mematuhi apa pun yang dia katakan. Pergilah.” Yinlan berdiri membelakangi Mao Lian. “Selir …, sebaiknya kau jangan membencinya,” kata Mao Lian. “Membencinya? Apakah kau berhak mengatur hal semacam itu padaku?” Yinlan mengembuskan napas kasar. “Setelah semua yang ku lakukan padanya, dengan balasan seperti itu, aku
“Apakah aman?” Shangguan Zhi menemuinya di sebuah gang yang sepi. Dia memakaikannya topi cadar yang panjang. Yinlan mengangguk, “Zhu Yan kembali ke istana, akan menjemputku di halaman belakang setelah dua jam berlalu. Kita punya banyak waktu untuk bicara. Di mana Liu Xingsheng?” “Ikut aku.” Shangguan Zhi menarik tangannya menuju suatu tempat. Tempat yang dijanjikan adalah Penginapan Yuelai, Yinlan tahu gang yang sedang dilewatinya ini. Ini berada di belakang penginapan dua lantai itu. Setelah berbelok ke kiri dan berbelok lagi ke kiri, lalu melewati dua sampai empat kios, mereka tiba di Penginapan Yuelai. Pengurus penginapan menyapa Shangguan Zhi. “Nona Kedua, kini kau membawa temanmu, ya?” “Ya, dia dari Nanzhou, Tuan, berikan dua kendi arak untuk kami. Letakkan di kamar yang sudah kupesan itu.” Shangguan Zhi meninggalkan seuntai koin. “Baik, Nona Kedua, serahkan saja padaku.” “Liu Xingsheng sudah menunggu di dalam.” Shangguan Zhi menunjuk kamar nomor delapan.
A-Yao membulatkan mata terkejut saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bergelung tegang di dalam selimut. Seseorang pasti telah memasuki kamar ini. Tak lama, terdengar suara pemantik api yang menyala, seseorang pasti meniupnya. A-Yao takut-takut membuka mata, tubuhnya terbungkus selimut dan menghadap dinding kamar. Sehingga dia tidak bisa melihat siapa yang diam-diam memasuki kamar Selir Rong. Mata A-Yao membuka sempurna saat melihat ruangan gelap ini tiba-tiba bercahaya remang. Seseorang pasti telah menyalakan lilin di atas kandil. Siapa yang sudah melakukannya. “Yinlan, aku datang untuk meminta maaf padamu.” suara itu terdengar disertai langkah kaki mendekat. A-Yao tercekat seketika, dia berkeringat dingin, dia sangat ketakutan. Ini masih cukup terang, orang-orang di istana belum tidur. Dan Jing Xuan diam-diam datang ke kamar Yinlan seperti ini?“Kau masih marah padaku?” suara Jing Xuan terdengar lagi. Kali ini lebih dekat dari sebelumnya. A-Yao merasa sepertinya Jing Xuan sud
Istana Guangping menjadi sangat ramai lima tahun ke depan. Dua orang anak yang terlihat sangat mirip setiap hari berlarian di halamannya, saling mengejar, saling mencoba menjatuhkan. Satu anak adalah perempuan, dia memegang pedang kayu dan terus mengarahkannya pada si anak laki-laki sambil berkata, “Berhenti, penjahat!” Semenatra yang laki-laki tertawa riang, terus berkata bahwa si anak perempuan tidak akan bisa menangkapnya. Di dalam istana, Yinlan sedang sibuk menatap sejumlah tusuk rambut di atas meja. Bingung memilih mau pakai yang mana. “Bagaimana dengan ini?” Jing Xuan menunjukkan tusuk konde yang berwarna perak dengan batu giok putih yang indah. Yinlan menggeleng, “Aku rasa aku sudah memakai itu kemarin lusa.” “Tidak apa, pakai lagi saja.” Jing Xuan menguap, sudah satu jam dia berdiri di depan meja rias Yinlan, dan gadis itu masih belum menentukan akan memakai apa. “Aku pakai ini saja lah.” Yinlan mengambil tusuk rambut bunga rong yang pernah Jing Xuan berikan padanya du
A-Yao tampak kerepotan, menerima sejumlah hadiah dari tamu-tamu luar Ibukota yang menghadiri pernikahan terbesar di seluruh Kekaisaran Jing ini. “A-Yao, sampaikan ucapan selamatku pada Permaisuri, ya?” terlihat Nona Kelima Jiang tersenyum ramah sambil menyerahkan sebuah kotak kayu besar. A-Yao mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang.” Mao Lian berdiri di dekat pintu sambil menatapnya dengan tatapan remeh, “Kau tampak sibuk, A-Yao.” A-Yao mendengus sambil menatap tajam ke arahnya, “Dari pada diam menjadi pagar seperti itu, lebih baik kau membantuku.” Mao Lian terkekeh lalu menghampirinya. Sebelum mulai membantu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga A-Yao dan berbisik, “Baru saja Yang Mulia memberkati pernikahan untukku, A-Yao. Apakah kau terkejut?” A-Yao terdiam kaku, matanya membulat sempurna, berkedip beberapa kali. “Be-benarkah? Bagaimana mungkin,” A-Yao menyeringai tipis, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak karuan. Dia membatin, ‘Diberkati pernikahan?
Yinlan merebahkan tubuhnya di ranjang, Jing Xuan menjadikan pahanya sebagai bantal. Tangannya bergerak mengusap pelan helai rambut panjangnya. Aroma wangi ini, Jing Xuan sangat merindukannya. Sejak baru tiba sore lalu, Yinlan sama sekali tak mau melepaskannya. Dia selalu tersenyum dan berkata harus selalu bersama untuk menebus hari-hari saat berpisah. “A-Yin, berapa bulan lagi sampai hari kelahirannya?” tanya Jing Xuan, memecah keheningan. “Hm …,” Yinlan berpikir sejenak, “Ini sudah lama memasuki bulan ke-tujuh. Sebentar lagi bulan ke-delapan.” “Sebentar lagi, ya ….” Jing Xuan menghela napas, “Tapi dua bulan lagi sangat lama.”“Jika melewatinya bersama-sama, harusnya tidak terlalu lama.” Yinlan tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “A-Yin, aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu di ujung musim dingin.” Jing Xuan menunduk merasa bersalah. Yinlan menepuk punggung tangannya, “Kita menikah di awal musim semi saja. Bukankah itu bagus?” “Apakah menurutmu begitu?” Yinlan
Dua minggu kemudian. Kabar mengenai kepulangan Jing Xuan telah tiba di Istana. Semua orang menyambutnya di depan gerbang istana, termasuk Yinlan dan Ibu Suri. Kabar peperangan dengan Negara Shang yang mendadak itu juga telah sampai di Ibukota sejak dua minggu lalu. Para warga merasa bersyukur saat tahu sang Kaisar berada di sana untuk meredakan kekacauan. Kini, mereka sudah berkumpul di tepian jalan untuk menyambut Kaisar mereka. Melempar bunga dengan wajah tersenyum lebar, sambil memanjatkan do’a dan pujian untuk pahlawan nomor satu itu. Jing Xuan hanya menaiki seekor kuda hitam, tidak ada tandu atau kereta kuda yang mewah yang menemaninya. Di belakangnya hanya ada dua orang tabib, dan sepuluh orang prajurit yang mengantar kepergiannya. Itu sungguh hanya kepulangan sederhana yang tidak disiapkan secara khusus. Namun semua orang justru merasa senang untuknya dan mengucapkan beribu-ribu kata syukur. Jing Xuan juga secara khusus turun dari kudanya dan menggendong anak-anak usia tig
Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur
Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen
Yu adalah marga sebenarnya Selir Agung Qin. Pangeran Ming menatap punggungnya, “Ibumu bahkan tidak memedulikan nasibmu, Haoyu.” Ruangan penjara itu semakin senyap, Pangeran Chi mengangkat kepala, lantas terkekeh pelan, “Kau tidak berhak menilai hubungan ibu dan anak di antara kami, Jing Tian.”“Satu hari setelah tindakan bodohmu, aku terus mencari keberadaan Selir Agung Qin di mana pun. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat menunggu kesempatan pergi dari Ibukota yang sudah seperti neraka baginya ini. Tanpa memedulikan putranya.” Pangeran Ming diam sejenak. Dia menunggu Pangeran Chi berbalik dan menatapnya sebelum dia melanjutkan perkataan yang kian lama semakin menyakitkan itu. Namun Pangeran Chi tidak sebaik hati itu untuk mendengarkan penjelasannya. Dia tampak tidak begitu peduli dengan apa yang ibunya lakukan padanya. “Jing Haoyu.” Pangeran Ming menggeram dengan tangan mengepal. “Apa? Kau mau berkata bahwa aku ditelantarkan? Hah, kau juga tidak berhak.” Pangeran Mi
Pangeran Ming menutup rapat pintu Istana Guangping, sebelum meninggalkan tempat itu, dia menghela napas pelan. “Yang Mulia, Biro Pusat Keamanan dan Kementerian Hukum sudah menunggu.” pengawalnya melaporkan. “Ada berapa orang yang terlibat dalam pemberontakan itu?” tanya Pangeran Ming, langkahnya dengan cepat meninggalkan Istana Guangping. “Kementerian Ritus dan Adipati Wei terlibat. Mereka bersekongkol mengadakan pernikahan palsu agar Tuan Muda Wei tidak dicurigai. Dia yang membantu Pangeran Chi menculik Tuan Muda Ouyang dari Suzhou untuk dicuri identitasnya.” “Nona Kelima Jiang mengalami depresi karena pernikahannya ternyata tidak sungguh-sungguh. Selir Agung Qin melarikan diri. Sementara waktu, dia mungkin masih berada di Ibukota karena semua gerbang telah ditutup sejak hari pemberontakan.” Pangeran Ming mengangguk-angguk, menerima semua laporan itu dengan cepat. “Jangan pernah membuka gerbang itu sebelum Selir Agung ditemukan. Berikan kompensasi atas kerugian yang dialami Nona
BRUK! Jing Xuan meringis, tersungkur beberapa meter dari lokasi pertarungan. Pedangnya terlepas dari genggaman, berkelontang. Dia kembali berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya bergerak menyeka ujung bibir yang masih menyisakan jejak darah. Sudah lama dia tidak mengeluarkan banyak kekuatan. Tubuhnya terkejut menerima hantaman demi hantaman, terlebih, Ye Qing lebih berpengalaman, jelas lebih kuat berkali-kali lipat darinya. Jing Xuan memungut pedangnya. Memasang kuda-kuda kokoh, dia harus bisa segera mengakhirinya. Seseorang masih menunggunya dengan cemas. Shangguan Yan berteriak kencang, tubuhnya melesat cepat, melompat ke udara dengan Pedang Baijiu yang sudah berlumuran darah meski belum membunuh satu orang pun. Ye Qing mendengus, “Bocah merepotkan. Pergi kau ke neraka!” Shangguan Yan menyeringai, Liu Xingsheng melemparkan tombak Jing Xuan yang sebelumnya dibuang oleh Ye Qing. Dengan langkah halus, Shangguan Yan menjejakkan kakinya pada tombak yang masih melesat itu. Tangan