Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Bab 200 - Mata-mata Dunia Persilatan

Share

Bab 200 - Mata-mata Dunia Persilatan

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-01-12 15:54:01

A-Yao membawa kuda itu sampai di depan Istana Guangping. Yinlan langsung keluar dari kamarnya saat mendengar suara kaki kuda yang kencang.

Dia langsung menghampiri A-Yao yang hampir terjatuh saat turun dari kuda itu. “Apa yang terjadi, A-Yao?”

A-Yao menyeka ujung matanya, segera memeluk Yinlan dan menangis sejadi-jadinya. “Yang Mulia, selamatkan Tuan Mao, selamatkan Tuan Mao.”

“Apa yang terjadi pada Mao Lian, A-Yao?” Yinlan memapahnya duduk di beranda kediaman.

A-Yao menelan ludah, mulai menceritakan semuanya. “Tuan Mao bertarung dengan orang-orang itu setelah mendorongku keluar dari jendela di lantai tiga. Yang Mulia, aku mohon, segera mengutus orang untuk menyelamatkannya.”

“Kau tidak perlu melakukan itu, A-Yao.” Suara Pangeran Ming terdengar, orangnya berjalan mendekat, menuntun seekor kuda berwarna cokelat gelap.

A-Yao segera berdiri, “Yang Mulia Pangeran.”

“Sebelum pergi, Mao Lian memintaku untuk menyiapkan beberapa orang tangguh untuk mengikutinya diam-diam dalam perjalan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 201 - Kuil Leluhur Terbengkalai

    Kota Bingzhou yang ramai di tengah hujan salju. Shangguan Zhi meletakkan mangkuk kosong dengan wajah puas. “Mi daging di tempat ini enak sekali. Aku tidak akan pernah melupakan rasanya.”Liu Xingsheng terkekeh sambil terus menikmati mi daging miliknya. Xi Feng dengan santai membuka kendi arak. Di sampingnya, sebuah caping bercadar berwarna hitam teronggok. Sangat kontras dengan pakaian Xi Feng yang berwarna merah menyala. Cuaca penuh salju seperti ini menjadikannya semerah darah. Jing Xuan meletakkan sumpit di samping mangkuk yang telah kosong. “Kota Beizhou dipenuhi kedai-kedai mi yang menggugah selera. Shangguan Zhi, kelak saat masuk lebih dalam lagi, jangan sampai meminta berhenti di setiap kedai mi daging. Kau bisa kehabisan uang sebelum sampai di Perbatasan Utara.” Xi Feng menutup mulutnya, menahan tawa. Dia tidak tahu Jing Xuan memiliki selera humor yang cukup baik. “Hal itu juga berlaku untukmu, Yang Mulia.” Liu Xingsheng menyela, sudah menghabiskan isi mangkuknya. Jing X

    Last Updated : 2025-01-13
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 202 - Perkataan Hati Nurani

    Matahari tumbang ke sisi barat. Pukul empat sore, salju kembali turun lebat. Bahkan disertai angin kencang yang menerbangkan butiran salju ke dalam ruangan. Setelah memerintahkan Liu Xingsheng menutup pintu kuil itu, Jing Xuan mulai membersihkan altar persembahan yang penuh debu, bahkan menggunakan bekal airnya sendiri untuk membersihkan papan arwah milik ibunya Yinlan. Suasana sedikit lebih gelap karena awan hitam menutup cahaya matahari dengan cepat setelah badai mulai mengamuk. Shangguan Zhi dan Xi Feng menyalakan lilin. Meletakkannya di samping papan arwah. Meletakkan sepiring kue kering di depannya. Tidak ada dupa yang tertinggal di bangunan yang sudah terbengkalai belasan tahun ini, Jing Xuan justru sudah membawanya dari Istana, seolah sudah berencana untuk mampir ke tempat ini sebelum memasuki Perbatasan Utara. Sekarang, kuil itu terlihat lebih manusiawi, bersih dari debu dan layak untuk ditinggali semalaman sambil menunggu badai mereda. Jing Xuan menyalakan tiga batang d

    Last Updated : 2025-01-13
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 203 - Perbatasan Utara

    Kuda-kuda melesat membelah jalanan setapak di tengah hutan. Langit cerah, awan menghiasinya. Matahari naik sepenggalah. Udara dingin dan kering memenuhi paru-paru, membawa aroma kayu bakar dan salju segar. Rombongan kecil itu meninggalkan Kuil Leluhur Keluarga Adipati Xie, dan menuju ke Perbatasan Utara. Salju telah berhenti turun sejak matahari terbit beberapa jam yang lalu, menyisakan hamparan putih yang menutupi tanah. Pukul dua belas siang, mereka tiba di kamp militer Pasukan Perbatasan Utara. Jaraknya seratus meter dari Gerbang Perbatasan. Kuda mengurangi kecepatan langkahnya, memasuki permukiman prajurit perbatasan. Jing Xuan memasang wajah serius setelah memasuki kamp militer ini. Di halaman luas, beberapa prajurit sedang berkumpul, sebagian besar mengalami luka di kaki dan lengan, memakai perban putih yang tebal. Jing Xuan turun dari kuda, seorang prajurit yang mengenalnya langsung berlari tunggang-langgang memanggil jenderal yang bertanggung jawab di tempat ini. Prajuri

    Last Updated : 2025-01-14
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 204 - Membunuh Induk Serigala

    Dua hari kemudian, Negara Shang benar-benar menyerang Perbatasan Utara. Ratusan ribu pasukannya menunggu seratus meter di depan benteng tinggi Perbatasan Utara. Sebanyak lima ribu pasukan kavaleri milik Perbatasan Utara sudah bersiap di dalam benteng, dua ribu pasukan garnisun berjaga di atas benteng dengan anak panah dan busur sebagai senjata. Lima ribu sisanya berbaris rapi di belakang kavaleri. Jing Xuan berdiri dengan baju zirah berwarna perak, Jenderal Lvzhong berdiri di sampingnya. Shangguan Zhi, Xi Feng dan Liu Xingsheng berdiri di belakang mereka, siap dengan senjata masing-masing. Meski beladirinya tidak sekuat pengetahuan medis, mereka memiliki kemampuan untuk ikut serta berperang.“Bagaimana ini, Yang Mulia?” Jenderal Lvzhong mulai tegang. Melihat lautan manusia di bawah sana sungguh bukan main-main. Negara Shang memang berniat meratakan Perbatasan Utara dalam waktu singkat dengan pasukan sebanyak itu. Raut wajah Jing Xuan masih cukup tenang, Dia bahkan belum menyentuh

    Last Updated : 2025-01-14
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 205 - Terjebak

    Tengah malam di tengah guyuran salju lebat, Jing Xuan melompat ke atas punggung kuda. Dengan panjang menemani perjalanannya. Di tengah kegelapan, dia berlari menerobos gerbang kota menuju kamp militer Pasukan Negara Shang untuk menangkap dan membunuh Jenderal Agung mereka. Setelah menyelidikinya, Jing Xuan tahu di dalam pasukan itu ada tiga orang jenderal yang memimpin. Bukan masalah untuk membunuh ketiga-tiganya. Dia menghentikan kuda di bawah pohon besar yang tak berdaun. Mengawasi dari jarak aman, menunggu celah kecil untuk masuk ke dalam. Sepuluh menit menunggu, Jing Xuan mendengar suara kaki kuda mendekat dari belakang. Jing Xuan berbalik dan memasang kuda-kuda kokoh untuk memastikannya. Dilihat jelas oleh matanya, tiga ekor kuda yang membawa ketiga teman seperjalananya. Jing Xuan mendengus, “Aku sudah bilang pada kalian untuk menunggu saja di benteng.” “Terlalu berbahaya meninggalkanmu sendirian, Yang Mulia.” Liu Xingsheng membela diri lebih dulu. Jing Xuan menatap tajam,

    Last Updated : 2025-01-15
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 206 - Tamu Penting

    Istana Kekaisaran Jing. Yinlan duduk di paviliun kecil halaman belakang Istana Guangping. Di belakangnya, A-Yao berdiri menemaninya dengan patuh. Sesekali mendekati meja san menyeduhkan teh, lalu kembali lagi berdiri di belakangnya. Yinlan berkata, hari ini dia menunggu seorang tamu penting untuk datang. Namun, setelah menunggu di paviliun selama tiga puluh menit, belum ada tanda-tanda tamu itu datang. A-Yao kembali mendekatinya, bertanya cemas. “Yang Mulia, apakah kau tidak merasa lelah?” Yinlan menggeleng, kembali menyeruput teh. “Tapi kau sudah menunggu cukup lama. Tamu itu lancang sekali membuatmu menunggunya, Yang Mulia.” A-Yao merasa keberatan. “Kalau kau lelah berdiri, kau boleh duduk di depanku, A-Yao.” Yinlan menunjuk kursi di depannya. A-Yao diam, dia tentu bukan lelah, dia hanya mencoba membujuknya untuk beristirahat dan menunggu di dalam kamar saja.“Orang yang sedang kutunggu adalah Jin Pei. Dia belum memberi kabar sejak terakhir kali meninggalkan istana ini. Sepu

    Last Updated : 2025-01-15
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 207 - Kebiasaan Buruk

    Jin Pei bergabung dengan Yinlan dan Pangeran Ming di paviliun kecil halaman belakang. Yinlan memberinya pelat Istana Guangping. “Saat ada urusan penting dan harus segera menemuiku, kau tunjukkan saja tanda pengenal ini kepada siapa pun yang menghalangi jalanmu.”Jin Pei tersenyum lebar dan menerimanya. “Terima kasih, Yang Mulia.” “Duduklah, yang disampingmu ini adik iparku, dia bukan orang luar, dia juga terlibat dengan masalah kita.” Jin Pei duduk dan mengangguk dengan patuh. Serta memulai percakapan pentingnya tanpa basa-basi. “Yang Mulia, sudah ada petunjuk tentang keberadaan Pangeran Chi. Saat ini kami masih berusaha mencarinya melalui petunjuk yang ditemukan.” Jin Pei terdiam sejenak sebelum melanjutkan penjelasannya. “Kami juga menemukan mayat Ni Chang terkubur kaki gunung belakang Istana Kekaisaran.” “Sungguh? Lokasinya sedekat itu?” Yinlan terkekeh, merasa tidak percaya, “Ning'er ini mempunyai kebiasaan buruk. Suka menimbun barang bukti di dalam tanah. Apakah dia berpiki

    Last Updated : 2025-01-16
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 208 - Teman Lama

    Sore itu, setelah matahari tenggelam, A-Yao menemani Yinlan pergi ke Istana Dalam untuk mengunjungi Ibu Suri. Jin Pei meninggalkan Istana Guangping pukul empat sore, Pangeran Ming berbincang sedikit dengannya sebelum meninggalkan Istana Guangping. Pangeran Ming mengabarkan bahwa Ibu Suri sedikit merasa tidak sehat saat terakhir kali ia mengunjunginya. Pangeran Ming mengatakan itu hanya untuk memberitahu Yinlan bahwa Ibu Suri tidak akan datang menjenguknya dalam waktu dekat. Pada saat itu juga, Yinlan meminta pada A-Yao agar menyiapkan buah tangan dan pergi menjenguk ke Istana Dalam. Tepat saat malam tiba, Yinlan sudah berada di sana. Tandunya berhenti di depan Paviliun Qixuan, matanya sedikit menyipit melihat seorang pelayan wanita yang berjalan di antara koridor. “Yang Mulia, bukankah itu Zhu Yan?” A-Yao berbicara lebih dulu.Yinlan menoleh ke arahnya, “Kau juga melihatnya?” A-Yao mengangguk, “Dia jarang terlihat di Istana Guangping. Yang Mulia, mungkinkah dia berpaling dan mu

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Special Chapter : Sudah Tahu Cara Melindungi Wanita

    Istana Guangping menjadi sangat ramai lima tahun ke depan. Dua orang anak yang terlihat sangat mirip setiap hari berlarian di halamannya, saling mengejar, saling mencoba menjatuhkan. Satu anak adalah perempuan, dia memegang pedang kayu dan terus mengarahkannya pada si anak laki-laki sambil berkata, “Berhenti, penjahat!” Semenatra yang laki-laki tertawa riang, terus berkata bahwa si anak perempuan tidak akan bisa menangkapnya. Di dalam istana, Yinlan sedang sibuk menatap sejumlah tusuk rambut di atas meja. Bingung memilih mau pakai yang mana. “Bagaimana dengan ini?” Jing Xuan menunjukkan tusuk konde yang berwarna perak dengan batu giok putih yang indah. Yinlan menggeleng, “Aku rasa aku sudah memakai itu kemarin lusa.” “Tidak apa, pakai lagi saja.” Jing Xuan menguap, sudah satu jam dia berdiri di depan meja rias Yinlan, dan gadis itu masih belum menentukan akan memakai apa. “Aku pakai ini saja lah.” Yinlan mengambil tusuk rambut bunga rong yang pernah Jing Xuan berikan padanya du

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 223 (END) - Wanita Paling Beruntung

    A-Yao tampak kerepotan, menerima sejumlah hadiah dari tamu-tamu luar Ibukota yang menghadiri pernikahan terbesar di seluruh Kekaisaran Jing ini. “A-Yao, sampaikan ucapan selamatku pada Permaisuri, ya?” terlihat Nona Kelima Jiang tersenyum ramah sambil menyerahkan sebuah kotak kayu besar. A-Yao mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang.” Mao Lian berdiri di dekat pintu sambil menatapnya dengan tatapan remeh, “Kau tampak sibuk, A-Yao.” A-Yao mendengus sambil menatap tajam ke arahnya, “Dari pada diam menjadi pagar seperti itu, lebih baik kau membantuku.” Mao Lian terkekeh lalu menghampirinya. Sebelum mulai membantu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga A-Yao dan berbisik, “Baru saja Yang Mulia memberkati pernikahan untukku, A-Yao. Apakah kau terkejut?” A-Yao terdiam kaku, matanya membulat sempurna, berkedip beberapa kali. “Be-benarkah? Bagaimana mungkin,” A-Yao menyeringai tipis, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak karuan. Dia membatin, ‘Diberkati pernikahan?

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 222 - Lebih Dari Teman

    Yinlan merebahkan tubuhnya di ranjang, Jing Xuan menjadikan pahanya sebagai bantal. Tangannya bergerak mengusap pelan helai rambut panjangnya. Aroma wangi ini, Jing Xuan sangat merindukannya. Sejak baru tiba sore lalu, Yinlan sama sekali tak mau melepaskannya. Dia selalu tersenyum dan berkata harus selalu bersama untuk menebus hari-hari saat berpisah. “A-Yin, berapa bulan lagi sampai hari kelahirannya?” tanya Jing Xuan, memecah keheningan. “Hm …,” Yinlan berpikir sejenak, “Ini sudah lama memasuki bulan ke-tujuh. Sebentar lagi bulan ke-delapan.” “Sebentar lagi, ya ….” Jing Xuan menghela napas, “Tapi dua bulan lagi sangat lama.”“Jika melewatinya bersama-sama, harusnya tidak terlalu lama.” Yinlan tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “A-Yin, aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu di ujung musim dingin.” Jing Xuan menunduk merasa bersalah. Yinlan menepuk punggung tangannya, “Kita menikah di awal musim semi saja. Bukankah itu bagus?” “Apakah menurutmu begitu?” Yinlan

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 221 - Papan Arwah Istri Tercinta

    Dua minggu kemudian. Kabar mengenai kepulangan Jing Xuan telah tiba di Istana. Semua orang menyambutnya di depan gerbang istana, termasuk Yinlan dan Ibu Suri. Kabar peperangan dengan Negara Shang yang mendadak itu juga telah sampai di Ibukota sejak dua minggu lalu. Para warga merasa bersyukur saat tahu sang Kaisar berada di sana untuk meredakan kekacauan. Kini, mereka sudah berkumpul di tepian jalan untuk menyambut Kaisar mereka. Melempar bunga dengan wajah tersenyum lebar, sambil memanjatkan do’a dan pujian untuk pahlawan nomor satu itu. Jing Xuan hanya menaiki seekor kuda hitam, tidak ada tandu atau kereta kuda yang mewah yang menemaninya. Di belakangnya hanya ada dua orang tabib, dan sepuluh orang prajurit yang mengantar kepergiannya. Itu sungguh hanya kepulangan sederhana yang tidak disiapkan secara khusus. Namun semua orang justru merasa senang untuknya dan mengucapkan beribu-ribu kata syukur. Jing Xuan juga secara khusus turun dari kudanya dan menggendong anak-anak usia tig

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 220 - Tanah dari Kampung Halaman

    Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 219 - Ibu Yang Tidak Layak

    Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 218 - Satu-satunya Keluarga

    Yu adalah marga sebenarnya Selir Agung Qin. Pangeran Ming menatap punggungnya, “Ibumu bahkan tidak memedulikan nasibmu, Haoyu.” Ruangan penjara itu semakin senyap, Pangeran Chi mengangkat kepala, lantas terkekeh pelan, “Kau tidak berhak menilai hubungan ibu dan anak di antara kami, Jing Tian.”“Satu hari setelah tindakan bodohmu, aku terus mencari keberadaan Selir Agung Qin di mana pun. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat menunggu kesempatan pergi dari Ibukota yang sudah seperti neraka baginya ini. Tanpa memedulikan putranya.” Pangeran Ming diam sejenak. Dia menunggu Pangeran Chi berbalik dan menatapnya sebelum dia melanjutkan perkataan yang kian lama semakin menyakitkan itu. Namun Pangeran Chi tidak sebaik hati itu untuk mendengarkan penjelasannya. Dia tampak tidak begitu peduli dengan apa yang ibunya lakukan padanya. “Jing Haoyu.” Pangeran Ming menggeram dengan tangan mengepal. “Apa? Kau mau berkata bahwa aku ditelantarkan? Hah, kau juga tidak berhak.” Pangeran Mi

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 217 - Margaku Sekarang Adalah Yu

    Pangeran Ming menutup rapat pintu Istana Guangping, sebelum meninggalkan tempat itu, dia menghela napas pelan. “Yang Mulia, Biro Pusat Keamanan dan Kementerian Hukum sudah menunggu.” pengawalnya melaporkan. “Ada berapa orang yang terlibat dalam pemberontakan itu?” tanya Pangeran Ming, langkahnya dengan cepat meninggalkan Istana Guangping. “Kementerian Ritus dan Adipati Wei terlibat. Mereka bersekongkol mengadakan pernikahan palsu agar Tuan Muda Wei tidak dicurigai. Dia yang membantu Pangeran Chi menculik Tuan Muda Ouyang dari Suzhou untuk dicuri identitasnya.” “Nona Kelima Jiang mengalami depresi karena pernikahannya ternyata tidak sungguh-sungguh. Selir Agung Qin melarikan diri. Sementara waktu, dia mungkin masih berada di Ibukota karena semua gerbang telah ditutup sejak hari pemberontakan.” Pangeran Ming mengangguk-angguk, menerima semua laporan itu dengan cepat. “Jangan pernah membuka gerbang itu sebelum Selir Agung ditemukan. Berikan kompensasi atas kerugian yang dialami Nona

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 216 - Penyesalan

    BRUK! Jing Xuan meringis, tersungkur beberapa meter dari lokasi pertarungan. Pedangnya terlepas dari genggaman, berkelontang. Dia kembali berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya bergerak menyeka ujung bibir yang masih menyisakan jejak darah. Sudah lama dia tidak mengeluarkan banyak kekuatan. Tubuhnya terkejut menerima hantaman demi hantaman, terlebih, Ye Qing lebih berpengalaman, jelas lebih kuat berkali-kali lipat darinya. Jing Xuan memungut pedangnya. Memasang kuda-kuda kokoh, dia harus bisa segera mengakhirinya. Seseorang masih menunggunya dengan cemas. Shangguan Yan berteriak kencang, tubuhnya melesat cepat, melompat ke udara dengan Pedang Baijiu yang sudah berlumuran darah meski belum membunuh satu orang pun. Ye Qing mendengus, “Bocah merepotkan. Pergi kau ke neraka!” Shangguan Yan menyeringai, Liu Xingsheng melemparkan tombak Jing Xuan yang sebelumnya dibuang oleh Ye Qing. Dengan langkah halus, Shangguan Yan menjejakkan kakinya pada tombak yang masih melesat itu. Tangan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status