"Tentu saja!"Kaden berkata dengan sangat percaya diri, "Sekarang .... Masih ada satu menit tiga puluh detik tersisa untuk seleksi, apakah kamu pikir kamu bisa menjatuhkanku dari arena dalam waktu singkat ini?"Setelah mengucapkan kata-kata ini, Kaden melirik Xavier dengan berani dan berkata, "Kamu tidak bisa, tapi aku bisa!"Xavier benar-benar terhibur dengan kepercayaan diri Kaden."Kamu yakin ... bisa, sedangkan aku tidak?"Kaden melirik Xavier sambil bercanda, dan bertanya tanpa balik, "Sekarang .... Masih ada satu menit lagi, menurutmu bisakah?"Mata Xavier sedikit menyipit dan dia menatap Kaden, "Bagaimana kalau ... kita coba?"Kaden tertegun sejenak.Ada kilatan niat membunuh melintas di matanya, tetapi dia menyembunyikannya dengan baik.Dia mendengkus dingin, "Mari kita coba! Aku akan membuatmu tahu, Sekte Orion akan bangkit karena keberadaanku!"Begitu ucapannya selesai, dia melancarkan serangan pada Xavier.Rangkaian teknik telapak tangan menyerang Xavier.Xavier tidak takut
Ketika Xavier mendengar perkataan Luke, dia melakukan Langkah Geledek dan tiba ke bawah arena dalam satu tarikan napas.Xavier memberi ruang bagi mereka.Semua orang kembali melompat ke arena lagi dengan penuh semangat.Setelah Cyan dan Monalisa menyapa Xavier, mereka akhirnya naik ke arena.Luke melihat semua orang telah berada di arena dan dia akan mengumumkan seleksi akan dimulai lagi.Seseorang tiba-tiba berteriak, "Tetua Luke, tunggu sebentar!"Suaranya sangat kuat.Semua orang melihat ke sumber suara.Ternyata melihat Gilbert Pradana, Kepala Sekte Orion, berdiri.Luke mengangkat alisnya, memandang Gilbert dan bertanya, "Kepala Sekte Gilbert? Apakah ada hal lain?"Gilbert merenung sejenak dan berkata, "Tetua Luke, bisakah memberi muka padaku dan biarkan Kaden berpartisipasi dalam seleksi lagi."Luke tidak terkejut.Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf, Tuan Gilbert. Kaden, yang berasal dari Sekte Orion ini membuat perjanjian pribadi dengan Xavier sebelum seleksi barusan.
"Baiklah, jangan beromong kosong!" kata Luke melirik Kaden.Kaden tertegun sejenak, wajahnya memerah.Kaden ingin membantah Luke, tetapi .... Dia ingat adegan ketika dipermalukan oleh Xavier barusan, dia mengurungkan niatnya.Namun dia masih merasa tidak puas di dalam hatinya dan diam-diam berpikir, 'Aku hanya ceroboh ketika dikeluarkan oleh Xavier dari arena sekarang dan saat pelatihan nanti, lihat bagaimana aku akan memberinya pelajaran! Aku ingin semua orang tahu Kaden Ghaffar adalah orang nomor satu dari generasi muda! Aku genius paling luar biasa di Kota Kaida!'Saat Kaden memikirkan hal ini, dia memerhatikan tatapan gurunya Gilbert.Dia melirik gurunya dan memberikan isyarat mata yang menenangkan padanya.'Guru, aku pasti tidak akan membuatmu malu! Sekarang Xavier telah dipastikan untuk maju, jadi aku pasti akan merobohkan semua orang yang tersisa di arena ini! Aku ingin memberi tahu mereka tidak semua orang adalah Xavier! Tidak semua orang berhak untuk mengejekku!'Dengan pemiki
Pukulannya seperti api yang membara.Kaden terkejut.Dia buru-buru mengangkat tangannya untuk memblokirnya!"Bang!"Telapak tangan saling berhadapan."Ssst"Udara di sekitar mereka terbakar dalam sekejap.Area di sekitarnya bergetar.Semua orang di arena sedikit goyah dan mereka mati-matian mengerahkan energi spiritual mereka untuk menahan api yang membakar.Namun, pada akhirnya, mereka masih tidak bisa melawan dan melompat keluar dari arena satu demi satu.Sementara Kaden yang berlawanan dengan Monalisa adalah yang pertama menanggung dampaknya.Api menelan kedua lengannya dalam sekejap dan pakaiannya langsung terbakar."Ahh!"Kaden berteriak kesakitan dan tubuhnya langsung terpental."Bang!"Tubuhnya menghantam cahaya pelindung di sekitar arena dan api di tubuhnya padam.Namun, dia masih jatuh dari arena.Tubuhnya hangus hitam."Uhuk!"Kaden memuntahkan dua teguk darah dengan sangat tidak nyaman, dia memandang Monalisa di arena dengan bingung dan berkata dengan tidak jelas, "Kamu ....
Kemudian, staf Akademi Soulera membawa sebuah kotak.Mereka menempatkan kotak itu di tengah.Luke berkata, "Masing-masing dari kalian mengambil nomor secara acak, yang memiliki nomor yang sama, akan bertarung satu sama lain, pemenangnya harus ditentukan dan yang kalah tersingkir, apakah kalian mengerti?"''Mengerti!' 'teriak dua puluh orang serempak.Luke mengangguk dan berkata, "Mulailah mengundi!"Kemudian, dua puluh orang itu mulai menarik undian secara bergantian.Xavier dan Monalisa keduanya kembali ke tribun dan duduk di belakang.Keduanya sudah masuk daftar peserta pelatihan, jadi tidak perlu seleksi. Bahkan, mereka sudah bisa pulang, lalu menunggu waktu pelatihan sebenarnya itu.Namun, kini Cyan belum memastikan kuota untuk masuk pelatihan itu, sehingga mereka tinggal di sini menunggu Cyan.Segera, dua puluh orang menarik undian.Cyan dan seseorang dari Sekte Raven dibagi ke sebuah grup.Kennedy dan Dominic ditempatkan dalam satu grup.Sementara dua orang dari Sekte Orion dibag
Luke kemudian berbalik dan menatap Xavier, matanya penuh dengan perhatian."Bagaimana dengan keadaan lukamu?"Baru pada saat itulah, Xavier mengetahui kalau Luke datang mencarinya untuk menanyakan tentang luka-lukanya.Xavier buru-buru berkata, "Sudah tidak masalah!"Kemudian, dia juga menepuk-nepuk pundaknya.Luke mengangguk dan bertanya, "Apakah Drago Os sudah berbaur sepenuhnya?""Ya, sudah," kata Xavier.Luke berdiri, berjalan mengelilingi Xavier dan berkata, "Lumayan, pemulihannya cukup baik."Saat mengatakan ini, Luke menepuk bahu Xavier, dia hampir membuat Xavier lumpuh."Oke, kamu boleh pergi!" Luke melambaikan tangannya."Ah?"Xavier memandang Luke dengan mata terbelalak dan berkata, "Guru, Anda memanggilku ke sini hanya untuk menanyakan kondisi lukaku. Apa sudah tidak ada hal lain?"Dia mengira Luke memanggilnya, selain menanyakan kondisi lukanya, juga untuk memberinya beberapa nasehat dan memberitahunya tentang pelatihan, tetapi gurunya ternyata hanya menanyakan kondisi luka
Luke merenung sejenak dan berkata, "Setelah aku meninggalkan Kota Kaida, satu-satunya orang yang aku khawatirkan hanyalah muridku ini, jadi ...."Luke ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Aku harap kamu bisa ..."Pria tua berambut uban itu menyela Luke.Dia berkata dengan tenang, "Jangan khawatir, Luke. Selama aku berada di sini, tidak akan terjadi apa-apa padanya!""Ya ...." Luke mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi.Dia tahu kalau kakak seperguruannya sudah setuju, Xavier pasti akan baik-baik saja.Dia sudah tidak perlu khawatir lagi.Mereka berdua pun berdiam diri di halaman, tidak ada yang berkata apa-apa.Angin bertiup sepoi-sepoi, bulan tampak begitu bercahaya.Padahal hari sudah ... larut malam.…Xavier sedang duduk di halaman saat ini, dia memandangi bulan di atas langit, ada berbagai macam hal yang menjadi pikirannya.Sejak keluar dari perpustakaan, suasana hatinya tidak begitu menyenangkan.Begitu memikirkan Luke akan pergi, hatinya dipenuhi kegalauan.Pada saat yang
"Apa?" Xavier membelalakkan matanya lebar-lebar."Luke telah meninggalkan Kota Kaida," kata panitia itu lagi.Baru kemudian Xavier bereaksi, dia memandang panitia dengan gugup dan bertanya, "Kapan Tuan Luke pergi?""Dia pergi tiga hari yang lalu," kata anggota panitia itu melirik Xavier.Meskipun Xavier telah siap secara mental untuk perpisahan ini, dia masih panik ketika mendengar kata-kata anggota panitia tersebut.Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke kejauhan dan bergumam, "Guru, bukankah kita sudah sepakat kalau kamu akan memberitahuku sebelum kamu pergi? Kenapa kamu pergi begitu saja, setelah kamu mengatakan akan pergi, kamu bahkan tidak memberi kesempatan pada muridmu ini untuk mengantarkan kepergianmu.""Guru, ke mana saja kamu? Kenapa kamu pergi begitu tiba-tiba?"Xavier kebingungan.Panitia itu mendesak lagi dari samping, "Xavier, kalau kamu tidak memasuki tempat pelatihan ini sekarang, kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi!"Xavier kembali sadar, menatap Mona