"Baiklah, jangan beromong kosong!" kata Luke melirik Kaden.Kaden tertegun sejenak, wajahnya memerah.Kaden ingin membantah Luke, tetapi .... Dia ingat adegan ketika dipermalukan oleh Xavier barusan, dia mengurungkan niatnya.Namun dia masih merasa tidak puas di dalam hatinya dan diam-diam berpikir, 'Aku hanya ceroboh ketika dikeluarkan oleh Xavier dari arena sekarang dan saat pelatihan nanti, lihat bagaimana aku akan memberinya pelajaran! Aku ingin semua orang tahu Kaden Ghaffar adalah orang nomor satu dari generasi muda! Aku genius paling luar biasa di Kota Kaida!'Saat Kaden memikirkan hal ini, dia memerhatikan tatapan gurunya Gilbert.Dia melirik gurunya dan memberikan isyarat mata yang menenangkan padanya.'Guru, aku pasti tidak akan membuatmu malu! Sekarang Xavier telah dipastikan untuk maju, jadi aku pasti akan merobohkan semua orang yang tersisa di arena ini! Aku ingin memberi tahu mereka tidak semua orang adalah Xavier! Tidak semua orang berhak untuk mengejekku!'Dengan pemiki
Pukulannya seperti api yang membara.Kaden terkejut.Dia buru-buru mengangkat tangannya untuk memblokirnya!"Bang!"Telapak tangan saling berhadapan."Ssst"Udara di sekitar mereka terbakar dalam sekejap.Area di sekitarnya bergetar.Semua orang di arena sedikit goyah dan mereka mati-matian mengerahkan energi spiritual mereka untuk menahan api yang membakar.Namun, pada akhirnya, mereka masih tidak bisa melawan dan melompat keluar dari arena satu demi satu.Sementara Kaden yang berlawanan dengan Monalisa adalah yang pertama menanggung dampaknya.Api menelan kedua lengannya dalam sekejap dan pakaiannya langsung terbakar."Ahh!"Kaden berteriak kesakitan dan tubuhnya langsung terpental."Bang!"Tubuhnya menghantam cahaya pelindung di sekitar arena dan api di tubuhnya padam.Namun, dia masih jatuh dari arena.Tubuhnya hangus hitam."Uhuk!"Kaden memuntahkan dua teguk darah dengan sangat tidak nyaman, dia memandang Monalisa di arena dengan bingung dan berkata dengan tidak jelas, "Kamu ....
Kemudian, staf Akademi Soulera membawa sebuah kotak.Mereka menempatkan kotak itu di tengah.Luke berkata, "Masing-masing dari kalian mengambil nomor secara acak, yang memiliki nomor yang sama, akan bertarung satu sama lain, pemenangnya harus ditentukan dan yang kalah tersingkir, apakah kalian mengerti?"''Mengerti!' 'teriak dua puluh orang serempak.Luke mengangguk dan berkata, "Mulailah mengundi!"Kemudian, dua puluh orang itu mulai menarik undian secara bergantian.Xavier dan Monalisa keduanya kembali ke tribun dan duduk di belakang.Keduanya sudah masuk daftar peserta pelatihan, jadi tidak perlu seleksi. Bahkan, mereka sudah bisa pulang, lalu menunggu waktu pelatihan sebenarnya itu.Namun, kini Cyan belum memastikan kuota untuk masuk pelatihan itu, sehingga mereka tinggal di sini menunggu Cyan.Segera, dua puluh orang menarik undian.Cyan dan seseorang dari Sekte Raven dibagi ke sebuah grup.Kennedy dan Dominic ditempatkan dalam satu grup.Sementara dua orang dari Sekte Orion dibag
Luke kemudian berbalik dan menatap Xavier, matanya penuh dengan perhatian."Bagaimana dengan keadaan lukamu?"Baru pada saat itulah, Xavier mengetahui kalau Luke datang mencarinya untuk menanyakan tentang luka-lukanya.Xavier buru-buru berkata, "Sudah tidak masalah!"Kemudian, dia juga menepuk-nepuk pundaknya.Luke mengangguk dan bertanya, "Apakah Drago Os sudah berbaur sepenuhnya?""Ya, sudah," kata Xavier.Luke berdiri, berjalan mengelilingi Xavier dan berkata, "Lumayan, pemulihannya cukup baik."Saat mengatakan ini, Luke menepuk bahu Xavier, dia hampir membuat Xavier lumpuh."Oke, kamu boleh pergi!" Luke melambaikan tangannya."Ah?"Xavier memandang Luke dengan mata terbelalak dan berkata, "Guru, Anda memanggilku ke sini hanya untuk menanyakan kondisi lukaku. Apa sudah tidak ada hal lain?"Dia mengira Luke memanggilnya, selain menanyakan kondisi lukanya, juga untuk memberinya beberapa nasehat dan memberitahunya tentang pelatihan, tetapi gurunya ternyata hanya menanyakan kondisi luka
Luke merenung sejenak dan berkata, "Setelah aku meninggalkan Kota Kaida, satu-satunya orang yang aku khawatirkan hanyalah muridku ini, jadi ...."Luke ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Aku harap kamu bisa ..."Pria tua berambut uban itu menyela Luke.Dia berkata dengan tenang, "Jangan khawatir, Luke. Selama aku berada di sini, tidak akan terjadi apa-apa padanya!""Ya ...." Luke mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi.Dia tahu kalau kakak seperguruannya sudah setuju, Xavier pasti akan baik-baik saja.Dia sudah tidak perlu khawatir lagi.Mereka berdua pun berdiam diri di halaman, tidak ada yang berkata apa-apa.Angin bertiup sepoi-sepoi, bulan tampak begitu bercahaya.Padahal hari sudah ... larut malam.…Xavier sedang duduk di halaman saat ini, dia memandangi bulan di atas langit, ada berbagai macam hal yang menjadi pikirannya.Sejak keluar dari perpustakaan, suasana hatinya tidak begitu menyenangkan.Begitu memikirkan Luke akan pergi, hatinya dipenuhi kegalauan.Pada saat yang
"Apa?" Xavier membelalakkan matanya lebar-lebar."Luke telah meninggalkan Kota Kaida," kata panitia itu lagi.Baru kemudian Xavier bereaksi, dia memandang panitia dengan gugup dan bertanya, "Kapan Tuan Luke pergi?""Dia pergi tiga hari yang lalu," kata anggota panitia itu melirik Xavier.Meskipun Xavier telah siap secara mental untuk perpisahan ini, dia masih panik ketika mendengar kata-kata anggota panitia tersebut.Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke kejauhan dan bergumam, "Guru, bukankah kita sudah sepakat kalau kamu akan memberitahuku sebelum kamu pergi? Kenapa kamu pergi begitu saja, setelah kamu mengatakan akan pergi, kamu bahkan tidak memberi kesempatan pada muridmu ini untuk mengantarkan kepergianmu.""Guru, ke mana saja kamu? Kenapa kamu pergi begitu tiba-tiba?"Xavier kebingungan.Panitia itu mendesak lagi dari samping, "Xavier, kalau kamu tidak memasuki tempat pelatihan ini sekarang, kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi!"Xavier kembali sadar, menatap Mona
Xavier memandang pria bermuka bekas bacokan itu dengan acuh tak acuh, dan berkata dengan dingin, "Ayo, kemari! Kau akan menjadi orang pertama yang kubacok!"Begitu dia selesai berbicara, semangat juang Xavier pun memuncak.Karena dia sudah bermusuhan dengan Akademi Vikrama, Xavier sih tidak keberatan menghajar beberapa orang lagi dari Akademi Vikrama.Si muka bekas bacokan juga tidak banyak omong kosong.Dia langsung menghunus pedangnya ke arah Xavier.Dia berteriak dengan marah, "Hari ini aku akan membalaskan dendam Vincent, adik seperguruanku!"Xavier akhirnya mengerti alasan kenapa si muka bekas bacokan datang menemuinya begitu mereka memasuki tempat pelatihan ini.Ternyata dia adalah kakak seperguruan, Vincent Theodore.Walau begitu, memangnya kenapa?Xavier bisa membunuh Vincent, dia juga pasti bisa membunuh si muka bacokan itu.Xavier berkata dengan dingin, "Kalau kamu ingin balas dendam, itu tergantung dengan kemampuanmu, kita lihat saja apa kamu mampu atau tidak!"Di saat yang
Xavier dan yang lainnya tidak bergeming.Cyan bertanya dengan bingung, "Suara apa itu?""Aku tidak tahu." Xavier menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pelatihan akan segera dimulai.""Aku rasa begitu juga," Monalisa mengangguk setuju.Saat ini, orang-orang yang baru saja berlari ke dalam hutan di belakang mereka, tiba-tiba berlari keluar lagi."Ada yang dari hutan belakang juga!" teriak seseorang.Kemudian, altar itu tampaknya kacau sekali, ada yang berlari ke kiri dan ada yang berlari ke kanan.Setelah berlari ke sana kemari, akhirnya mereka kembali ke altar itu lagi.Semua itu karena di dalam hutan juga terdengar suara gemuruh dan derap langkah kaki dari segala arah.Mereka hanya bisa kembali ke tempat semula."Apa yang harus kita lakukan?""Sebenarnya apa-apaan ini?""Kok begitu horor sekali rasanya?"Beberapa orang yang bernyali kecil mulai panik.Faktor utamanya adalah suara yang berasal dari dalam hutan itu sangat menakutkan sehingga sulit dijelaskan dengan kata-kata.Perasaannya