Wandi duduk di kursi belakang mobil Bentley, memandang Radith dan putranya yang duduk di seberangnya. Dia menggertakkan gigi dan berkata, “Bisa-bisanya aku, putra kedua dari keluarga Zamrud mengalami hal seperti itu di Kota Malda yang kecil ini! Raka Gading …. Apa ada cara untuk menghadapinya? Katakan padaku!”Radith menundukkan kepalanya. Kerutan di dahinya semakin dalam. Kemudian, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Wandi dengan kilatan keganasan di matanya. “Kalau takut-takut, kita nggak akan berhasil memberi pelajaran padanya. Aku bersedia mengambil risiko kali ini!”Di sebelahnya, ekspresi Rudolf sedikit berubah. “Pa, jangan bilang Papa ….”Radith mengangguk pelan, seolah sudah mengambil keputusan, lalu berkata, “Kamu cepat pergi ke Kota Tanjung sekarang dan beritahu Randi Mastro bahwa Papa menyetujui semua syarat akuisisi yang dia ajukan! Permintaan Papa hanya Papa ingin melihat jenazah keluarga Rommy Randala dan keluarganya dalam tiga hari. Papa ingin mereka semua mat
Di kantor New Randala Group di Kota Malda.Sudah dua hari sejak mereka kembali dari team building trip. Selama dua hari ini, Rommy terus berdiam di rumah untuk memulihkan diri. Kaki pincangnya sudah hampir sembuh dan pulih, urusan perusahaan juga tidak terhambat, semuanya berkembang dengan sangat lancar.Setelah kembali, Lucy langsung fokus kerja. Gedung pabrik baru di kawasan industri telah selesai dibangun dan mulai digunakan. Sementara Raka tetap fokus bekerja di gedung perkantoran di kota dan bertanggung jawab atas management karyawan secara langsung.Pada saat ini di pabrik baru.“Pak Edi, gawat!” Sekretaris kepala pabrik, seorang pemuda berkacamata dan berjas, berlari ke ruangan kantor di pabrik itu dengan terengah-engah dan memanggil pada Edi berulang kali. “Pak Edi, ada orang yang membuat masalah di luar pabrik. Mereka mau memaksa masuk ke dalam pabrik!”Apa? Edi yang awalnya bertugas mengawasi pembangunan di lokasi ini tertegun sejenak, lalu segera berdiri dan berlari menuju p
Di belakang Edi, tujuh atau delapan satpam pabrik bergegas menghampiri mereka. Semuanya memegang tongkat di tangan. Mereka bukannya ingin benar-benar memukul orang, tapi hanya menggertak dan mengusir orang-orang itu. “Cepat pergi, jangan ganggu prosesproduksi kami. Kalau nggak, kami akan benar-benar mengambil tindakan!” Mengambil tindakan? Pria kekar itu tertawa jahat, mengangkat tangannya dan melambai dengan keras, “Kalian yang minta dihajar sendiri, jadi jangan salahkan kami, ya! Semuanya, tangkap orang bernama Edi ini, lalu hajar yang lainnya!”Lebih dari 20 pria bertato itu tertawa terbahak-bahak, lalu semuanya mulai menyerang, seperti harimau menyerang domba. Mereka semua bagaikan karakter kejam yang membunuh banyak korban dalam pertempuran berdarah. Mereka dengan mudah mengalahkan delapan satpam pabrik, hampir tanpa mengerahkan tenaga.Seorang pria berbadan besar menodongkan pisau langsung ke leher Edi, mendorong Edi hingga jatuh ke tanah, dan menginjak wajahnya! Lalu, pria itu
Semua mata tertuju pada wajah Lucy!“Kamu Lucy?” ujar seorang pria kekar tak jauh dari sana. Pria itu sedang menyalakan sebatang rokok di tangannya, memandang ke arah Lucy dengan tatapan tidak sopan, lalu tersenyum mesum dan berkata, “Pantas saja Bang Randi berpesan untuk menangkapmu hidup-hidup! Ternyata kamu cantik sekali!”Ekspresi di wajah Lucy seketika berubah dingin. Dia menahan amarahnya dan berkata, “Apa yang kamu bicarakan? Aku nggak mengerti! Kenapa kalian datang mengacau di pabrik ini? Kalau ada masalah, katakan padaku, jangan mengganggu produksi pabrik. Lepaskan orang-orang itu!”Pria kekar itu tertawa rendah, sama sekali tidak menyuruh anak buahnya untuk melepaskan orang-orang pabrik. Dia melirik leher Lucy yang putih beberapa kali, lalu tertawa kecil dan berkata lagi, “Bu Lucy, kamu pasti punya proyek besar makanya membangun pabrik sebesar ini, ‘kan?”“Kalau produksinya tertunda, kamu pasti harus membayar ganti rugi yang nggak sedikit, ‘kan? Kamu datang ke sini untuk bern
Satu sosok yang kuat tiba-tiba datang dari jarak yang sangat jauh, bagaikan badai hebat. Sosok itu melewati Lucy.Buk! Buk! Dua suara itu terdengar hampir bersamaan.Kedua pria bertato itu bahkan tidak melihat sosok itu dengan jelas. Tubuh mereka tiba-tiba terlempar dan jatuh 20 meter jauhnya. Tubuh mereka “berderak” di udara. Entah berapa banyak tulang yang patah. Setelah mendarat, keduanya langsung memuntahkan darah dan pingsan di tempat!Pada saat ini, sosok itu akhirnya berhenti. “Ra … Raka!” Melihat pria di depannya, Lucy langsung bersemangat dan memanggil dengan suara isakan.Raka! Barusan itu, gerakan Raka sangat cepat, sampai-sampai semua orang yang ada di tempat itu tercengang! Tidak ada yang melihat dengan jelas bagaimana cara dia menyerang orang-orang itu, dan tidak ada yang melihat jelas dari mana dia datang. Seolah-olah, saat Raka muncul, kedua pria bertato itu sudah terbang dan terhempas ke tanah!“Lucy, jangan takut.” Raka bahkan tidak melihat ke arah pria bertato lainn
Raka berkata pada Lucy, lalu menoleh ke arah pria-pria bertato tersebut dan berkata dengan tenang, “Siapa yang berani terus memblokir pintu? Siapa yang berani terus mengacau di sini? Ayo, keluar dan datang padaku.”Sunyi senyap! Orang-orang pengecut yang tadinya membuat masalah di sana diam seperti jangkrik. Mereka tidak berani mengucapkan sepatah kata pun!“Ra, Raka ....” Setelah hening beberapa saat, akhirnya ada yang maju dan menunjuk Raka dengan tatapan galak, “Jangan terlalu sombong. Kuberitahu, ya. Bos kami adalah Randi Mastro! Kalau kamu berani menyerang kami, Bang Randi akan pasti akan ….”Krek! Tangan kanan pria bertato itu langsung dipatahkan oleh Raka!Raka menghilang dalam sekejap dan kembali ke tempat semula, lalu berkata dengan tatapan dingin, “Kudengar Randi Mastro dari Kota Tanjung cukup hebat, disebut sebagai Raja Preman di Kota Tanjung?”Tiba-tiba, nada bicara Raka menjadi semakin dingin, “Cuma preman biasa saja berani datang membuat masalah di Kota malda? Pulanglah d
Setiap kali mereka harus turun tangan, Randi harus membayar “biaya kerja ekstra” sebesar 200 miliar kepada mereka. Kekuatan mereka tidak perlu diragukan lagi. Mereka bisa mengalahkan banyak musuh sekaligus!“Randi.” Dalam waktu kurang dari setengah jam, seorang pemuda berambut pirang berpakaian seragam khusus seni bela diri dan seorang pria kurus dengan pedang panjang tergantung di pinggangnya masuk ke dalam suite itu.Mereka duduk tepat di seberang Randi, menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu lancar dan berkata dengan ekspresi dingin, “Jangan lupa kesepakatan kita. Satu serangan, 200 miliar!”Randi mengangguk pelan dengan ekspresi kejam penuh dendam.200 miliar? Kecil!Asalkan mereka membunuh Rommy dan sekeluarga, serta Raka si bijingan itu, New Randala Group akan menjadi miliknya seutuhnya! Ketika itu terjadi, jangankan 200 miliar, 2 triliun atau 20 triliun saja tidak masalah!“Kali ini di Kota Malda, kita lakukan semuanya dengan cepat. Pertama-tama kita bunuh Rommy sekelua
Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni