Wuuusssh!Angin yang kuat dan dingin menerpa wajah Serenity, membuat rambutnya berkibar saat sosok bayangan biru melesat cepat, menyambar tubuhnya yang sudah tak lagi punya tempat untuk menghindar dari semburan api Naga Tiamat. Rasa panas yang mengerikan, seolah membakar udara di sekitarnya, tiba-tiba lenyap, hanya menyisakan aroma hangus yang samar di udara.Meskipun desas-desus menyatakan bahwa anggota Klan Naga mampu menahan semburan api naga, kenyataan yang dihadapinya sekarang berbeda. Belum pernah ada satu pun anggota Klan Naga yang benar-benar menguji kekuatan itu, apalagi menghadapi api ganas dari Naga Tiamat yang terkenal mematikan.Namun, alih-alih terpanggang dalam api, Serenity merasakan dingin menusuk dari bayangan yang baru saja menyelamatkannya. Naga Tiamat, yang semburannya hanya mengenai tempat kosong, mengamuk hebat. Tubuhnya yang besar bergetar, memancarkan kebencian dan amarah yang membara.“Siapa kau? Bagaimana bisa kau bergerak secepat itu?” Serenity bertanya den
BUUM!Tiba-tiba Naga Tiamat yang tadinya berdiri tegak terjatuh dengan kerasnya ke belakang menimpa pepohonan rimbun.Sang Penolong yang diduga tewas oleh Putri Serenity tampak masih mlayang di udara dengan kondisi pakaian yang masih utuh tanpa terbakar sedikitpun.Panglima Kalandra langsung berteriak kegirangan,"Pendekar Naga Legendaris!"Putri Serenity terdiam, matanya membulat dengan ketidakpercayaan yang mendalam. Pemandangan di depannya begitu luar biasa, seperti mimpi yang mewujud di hadapan nyata. “Bagaimana mungkin?” bisiknya, suaranya nyaris tertelan oleh kegemparan dalam dirinya. “Pendekar Naga Legendaris itu hanyalah cerita rakyat. Mengapa kini menjadi kenyataan?”Di hadapannya, berdiri sosok pendekar yang gagah, memancarkan aura kekuatan dan kebijaksanaan yang sulit dijelaskan. Sosok itu mengesankan dengan caranya yang begitu nyata, seolah-olah melompat keluar dari halaman-halaman dongeng masa kecilnya.“Terima kasih, Pendekar Naga Legendaris!” seru Kalandra dengan penuh h
"Apakah Pendekar Naga Legendaris berkenan untuk tinggal beberapa hari di istana kerajaan?" tawar Putri Serenity, suaranya lembut namun tak terduga, membuat Kalandra terdiam sejenak.Hampir tak pernah terdengar Putri Serenity mengundang orang asing untuk menginap di istana, meskipun orang itu telah menyelamatkannya. Biasanya, putri ini menjaga jarak dari pria mana pun yang menunjukkan ketertarikan padanya, namun kali ini, dengan Pendekar Naga Legendaris di hadapannya, tawaran itu keluar tanpa ragu."Putri! Kita harus mendapatkan persetujuan Raja terlebih dahulu untuk menerima pendatang dari luar kerajaan, bahkan jika itu Pendekar Naga Legendaris!" Panglima Kalandra memperingatkan, nada suaranya tegas, matanya menyiratkan kekhawatiran."Tidak perlu khawatir, Kalandra! Aku sendiri yang akan membicarakan ini dengan ayah!" balas Serenity, tatapannya mantap. "Zhou Shen, apakah kamu bersedia tinggal beberapa hari di istana? Kita juga belum tahu apakah Naga Tiamat akan muncul lagi atau tidak!
Di masa kuno, Kerajaan Eternity Nirvana memancarkan keindahan yang luar biasa, jauh melampaui versi di masa depan. Pohon-pohon raksasa melambai di angkasa, sementara pulau-pulau melayang dengan anggun, seolah menari di antara awan-awan putih. Zhou Shen berdiri terpana, matanya terpaku pada pemandangan yang menghipnotis."Wah, indah sekali pemandangan di sini, Tuan Putri!" seru Zhou Shen, suaranya penuh kekaguman.Serenity, dengan senyum lembutnya, menjawab, "Panggil aku Serenity saja, Pendekar Naga."Zhou Shen tersenyum kecil, membiarkan angin membawa namanya ke telinga sang putri. "Kamu bisa memanggilku Zhou Shen ... Putri Serenity."Serenity tertawa pelan, angin seolah turut berbisik di antara mereka. "Baiklah, Zhou Shen! Aku akan mengajakmu ke salah satu pulau melayang yang kamu kagumi ini!"Mereka melangkah ke tepi, melihat ke bawah di mana awan-awan berarak di bawah kaki mereka. "Kenapa pulau ini bisa melayang tanpa jatuh di angkasa, Serenity?" tanya Zhou Shen, matanya masih tak
Saat pintu besar itu terbuka, sebuah cahaya lembut namun menyilaukan menyambut Zhou Shen dan Serenity. Ruangan di baliknya jauh lebih besar daripada yang terlihat dari luar, seakan-akan mereka baru saja melangkah ke dimensi lain. Langit-langitnya tinggi dan berhiaskan kristal-kristal bercahaya yang menggantung seperti bintang-bintang di malam hari, sementara lantai marmernya yang putih bersih memantulkan bayangan mereka dengan sempurna. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar kuno, terbuat dari batu obsidian hitam yang memancarkan aura mistis. Di atas altar tersebut, terbaring sebuah artefak—sebuah bola kristal yang tampak biasa saja, tetapi di dalamnya terdapat kilatan cahaya yang terus berubah-ubah, seperti badai yang terkurung di dalam kaca. Zhou Shen mendekati altar itu dengan hati-hati, seolah-olah artefak tersebut dapat meledak kapan saja. "Ini dia," bisik Serenity dari belakangnya. "Artefak yang dikenal sebagai 'Mata Takdir.' Dikatakan bahwa siapa pun yang memiliki keberania
Zhou Shen merasakan sensasi aneh menjalar di tubuhnya begitu kakinya menyentuh tanah Pulau Melayang. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat napasnya terasa lebih mudah, dan langkah-langkahnya begitu ringan seolah-olah gravitasi pun tak lagi berkuasa di sini. Udara di sekelilingnya terasa lebih segar, dan energi yang mengalir melalui nadinya seperti getaran lembut yang menggugah kesadaran."Mengagumkan... Pulau ini begitu menakjubkan! Mengapa tubuhku terasa begitu ringan? Ada apa dengan energi yang mengalir di dalam diriku ini?" bisiknya, hampir tanpa sadar, matanya terpaku pada pemandangan magis di sekelilingnya.Zhou Shen, seorang Pendekar Naga yang legendaris, tidak menyadari bahwa pulau yang melayang ini dipenuhi oleh energi qi murni yang terkonsentrasi, energi yang begitu halus dan kuat sehingga tubuhnya secara otomatis menyerapnya. Getaran energi itu mengalir seperti arus hangat di dalam dirinya, menghidupkan kembali kemampuan lamanya sebagai seorang Immortal, membuatnya
Saat cahaya terang dari pusaran cahaya itu menghilang, Zhou Shen dan Serenity mendapati diri mereka berdiri di sebuah tempat yang berbeda—bukan lagi di kuil kuno Pulau Melayang, tetapi di sebuah ruang yang luas dan megah, dikelilingi oleh pilar-pilar emas yang menjulang tinggi ke langit-langit yang tak terlihat. Lantai di bawah kaki mereka terbuat dari batu berwarna perak, memantulkan bayangan mereka dengan kejelasan yang nyaris sempurna. Di udara, aroma bunga-bunga mistis dan embun pagi yang segar menyapa indra penciuman mereka, memberikan rasa nyaman namun juga membangkitkan kewaspadaan. "Di mana kita?" bisik Serenity, matanya berkeliling dengan hati-hati, mencoba memahami lingkungan asing ini. Ruangan itu tampak kosong, tetapi kehadiran sesuatu yang besar dan kuno terasa memenuhi setiap sudutnya. Zhou Shen merasakan getaran halus di tanah di bawah kakinya. "Aku tidak tahu pasti, tetapi tempat ini... sepertinya merupakan bagian terdalam dari Pulau Melayang. Mungkin ini adalah jant
Zhou Shen dan Serenity menuruni tangga yang muncul dari lantai perak, setiap langkah terasa berat meski tubuh mereka masih dibalut energi ringan yang ada di Pulau Melayang. Tangga itu tampak tak berujung, berkelok menuju kedalaman yang gelap, diterangi hanya oleh cahaya lembut dari dinding yang berkilauan seperti kristal. Suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang lorong, seolah ada sesuatu yang tak terlihat menanti mereka di bawah sana.Mereka akhirnya tiba di dasar, di hadapan sebuah pintu batu besar yang dihiasi dengan ukiran naga. Setiap sisik naga pada ukiran itu tampak hidup, berdenyut dengan energi qi yang berputar-putar. Zhou Shen merasakan getaran halus di ujung jarinya saat ia menyentuh pintu itu, seolah-olah energi di baliknya sedang mengamati mereka."Ini pasti ruang rahasia yang disebutkan oleh Penjaga Naga," bisik Serenity dengan mata penuh kekaguman.Zhou Shen mengangguk, mencoba menenangkan debar jantungnya. "Kita harus berhati-hati. Sesuatu yang besar dan kuat pas