Kui Long terjatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Dia menatap Putri Shu yang juga terduduk dengan darah mengalir di sudut bibirnya.Pertarungan mereka belum selesai, tapi keduanya tahu bahwa akhir dari pertarungan ini akan mengubah dunia—entah menuju kehancuran total atau keseimbangan yang baru.Putri Shu menghapus darah dari sudut bibirnya, matanya bersinar merah tajam, seperti bara api yang siap meledak kapan saja. Dengan satu gerakan tangan, rambut putihnya melesat liar, memanjang dan berkelok-kelok seperti ular yang hidup. Dari rambut itu, aura iblis memancar, menciptakan tekanan luar biasa yang membuat tanah di sekitar mereka retak."Kui Long," suara Putri Shu terdengar dingin dan menghantui, "kau pikir dirimu pantas melawanku? Kau hanya membawa kehancuran, dan aku adalah kehancuran itu sendiri!"Dengan satu gerakan tangan, dia melancarkan Tapak Iblis Rambut Putih, sebuah teknik yang memanfaatkan rambutnya sebagai medium serangan. Rambut-rambut itu membentuk tapak raksasa, m
Putri Shu mengangkat kedua tangannya, dan rambut putihnya yang panjang mengembang liar di sekitarnya, menciptakan pusaran angin iblis yang menderu-deru. Rambut itu tidak lagi hanya menjadi senjata, tetapi kini menjelma menjadi sosok-sosok bayangan yang menyerupai makhluk iblis. Bayangan-bayangan itu melesat ke arah Kui Long dengan kecepatan yang sulit diikuti mata."Dunia ini sudah hancur! Tidak ada yang bisa menyelamatkannya, Kui Long!" teriak Putri Shu, suaranya menggelegar, menggema di langit yang kini dipenuhi awan kelam.Kui Long, dengan napas tersengal, menyiapkan teknik terakhirnya. Dalam kondisi terluka parah, dia mengumpulkan Qi-nya hingga ke titik maksimum. Tubuhnya memancarkan cahaya keemasan yang memukau, dan gerakannya mulai semakin tak terduga. Ini adalah puncak dari Jurus Dewa Mabuk Kultivator: Langkah Cahaya Surgawi, di mana setiap langkahnya menjadi senjata yang mematikan, menghancurkan energi gelap di sekitarnya.Makhluk-makhluk iblis yang diciptakan oleh rambut Putr
Kui Long terbaring dalam keheningan, mendengarkan angin yang berhembus lembut, membawa bau tanah hangus dan kehancuran. Tubuhnya terasa seperti dihantam gunung, tetapi pikirannya tetap jernih. Dia menatap langit, menyaksikan cahaya matahari yang perlahan menembus awan kelam.Pikirannya melayang ke Negeri Song, tempat yang sangat istimewa di hatinya. Terutama terhadap Dewi Naga yang setia untuk menunggunya kembali. Ia juga belum menuntaskan janji kepada Yin Yin.Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Dari kejauhan, terdengar suara derap langkah cepat. Kui Long mencoba mengangkat kepalanya dan melihat sosok-sosok mendekat. Mereka adalah murid-murid dari Sekte Langit Emas, dipimpin oleh Zhang Yue, seorang pemimpin muda yang dikenal dengan kecerdasannya.“Dewa Iblis Gerbang Neraka!” seru Zhang Yue, wajahnya penuh kekhawatiran. Dia segera berlutut di samping Kui Long, memeriksa keadaannya. “Kau masih hidup, syukurlah.”Kui Long tersenyum tipis meski rasa sakit menjalari seluruh tubuh
Beberapa hari berlalu. Kui Long dirawat di sebuah tempat perlindungan rahasia yang dijaga ketat oleh murid-murid Sekte Langit Keemasan. Tubuhnya mulai pulih, meski rasa sakit masih sering datang. Zhang Yue sering mengunjunginya, membawa laporan tentang pergerakan Putri Shu dan tanda-tanda aktivitas kegelapan lainnya di Negeri Shu.“Ketua,” kata Zhang Yue suatu hari, “para tetua sekte sudah mengadakan pertemuan darurat. Mereka ingin kau hadir di Dewan Kultivator Agung. Kekuatanmu dan pengalamanmu melawan Putri Shu sangat berharga untuk strategi mereka.”"Jangan memanggilku Ketua, kamu tetap ketua Sekte Langit Emas!" ucap Kui Long dengan tulus."Tapi, Ketua ... kami telah lama menunggu kembalinya ketua!" bantah Zhang Yue.Kui Long mengangguk pelan. “Aku akan pergi. Jadi aku belum bisa memimpin kalian sekarang, tapi aku janji akan tetap menjadi bagian dari Sekte Langit Emas. Semua ini bukan hanya tentang strategi. Aku perlu mencari tahu sumber kekuatan Putri Shu. Jika kita hanya bertahan
Malam itu, angin di puncak gunung tempat Dewan Kultivator Agung berdiri terasa menusuk tulang. Di langit, bulan tampak redup, seolah ragu menampakkan cahayanya di dunia yang berangsur diliputi bayangan. Kui Long berdiri di tepi jurang, matanya menatap jauh ke lembah di bawah yang dipenuhi kabut. Ia merasakan keheningan ini seperti firasat buruk, sesuatu yang lebih besar dari sekadar ancaman Putri Shu.Zhang Yue mendekat dengan langkah pelan. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya, menyodorkan secangkir teh hangat yang menguarkan aroma herbal.Kui Long menerima cangkir itu, tetapi tidak langsung meminumnya. "Aku memikirkan kegelapan ini," katanya pelan. "Aku tahu Putri Shu hanyalah bagian dari teka-teki besar. Dia bukan musuh terakhir. Ada sesuatu... sesuatu yang mengintai di balik semua ini."Zhang Yue mengangguk, pandangannya serius. "Kami telah menemukan jejak baru di reruntuhan Dunia Iblis Negeri Shu. Tampaknya ada entitas yang lebih tua dan lebih kuat daripada Putri Shu. Para tetua men
Pertempuran Kui Long melawan Jenderal Bayangan dimulai dengan keheningan yang mencekam, hanya dipecahkan oleh gemerisik angin gelap yang berputar di sekitar arena pertempuran. Jenderal Bayangan berdiri tegak, matanya yang merah bersinar seperti bara api, memandang Kui Long dengan penuh penghinaan."Kau hanyalah manusia," ujar Jenderal Bayangan dengan suara yang dalam, serak, dan menggema. "Kekuatanmu tidak cukup untuk melawan kehendak kegelapan."Kui Long tak menjawab. Ia hanya mengatur napasnya, merasakan Qi mengalir melalui meridian tubuhnya. Matanya menatap tajam, membaca setiap gerakan kecil dari lawannya. Dalam sekejap, Jenderal Bayangan melesat maju, menciptakan pusaran bayangan yang menggulung seperti ombak lautan.Kui Long bergerak dengan teknik Langkah Cahaya Surgawi, tubuhnya berubah menjadi kilatan emas yang sulit ditangkap mata. Setiap serangan bayangan yang mendekat dihancurkan dengan pukulan Qi yang memancar dari telapak tangannya. Namun, Jenderal Bayangan tidak menunjuk
Di sisi lain, Zhang Yue bersama kultivator dari Klan Langit Emas menghadapi gelombang serangan anak buah Raja Bayangan. Lembah di bawah perbukitan yang curam menjadi medan pertempuran yang berlumuran darah. Jeritan pertempuran dan dentang senjata memenuhi udara, sementara api dari serangan magis menyala-nyala di kejauhan.Zhang Yue bergerak lincah di tengah kekacauan. Teknik Pedang Langit Emas miliknya memancarkan kilauan emas yang membelah kegelapan, memotong makhluk-makhluk bayangan yang mencoba mendekat. Namun, setiap serangan balasan dari anak buah Raja Bayangan tampak semakin terkoordinasi, seolah-olah ada taktik yang mengatur langkah mereka.Tiba-tiba, udara di sekitarnya berubah dingin. Dari balik asap pertempuran, seorang pria bertubuh besar dengan mata hitam tanpa cahaya muncul. Raja Bayangan. Sosok itu mengangkat tangan, dan bayangan dari pepohonan di sekitarnya mulai bergerak seperti makhluk hidup, melilit Zhang Yue dan para kultivator Klan Langit Keemasan.“Zhang Yue,” sua
Ketika pertempuran selesai, keheningan yang mencekam menyelimuti lembah. Angin dingin berhembus pelan, membawa aroma darah dan sisa-sisa energi gelap yang tertinggal. Kui Long berdiri dengan sisa tenaga terakhirnya, tubuhnya penuh luka, sementara Zhang Yue mendukungnya dengan tangan gemetar. Para kultivator dari Klan Langit Emas dan Dewan Kultivator Agung mulai menyusun barisan kembali, meski hati mereka masih berdebar karena rasa gentar.Namun, jauh di kejauhan, di atas bukit yang menghadap lembah, bayangan yang tadi mengintai pertempuran masih berdiri diam. Sosok itu tinggi dan kurus, diselimuti jubah hitam dengan pola runa yang berkilauan samar dalam kegelapan. Wajahnya tersembunyi di balik topeng perak dengan ukiran menyerupai tengkorak."Jadi, ini dia sang 'penyelamat' dunia," gumam sosok itu dengan suara serak, namun dalam. Tangannya yang kurus terangkat, dan dari ujung jari-jarinya, bayangan bergerak seperti ular, menyatu dengan tanah.Bayangan itu bergerak cepat, seperti makhl
Negeri Han bersinar bak permata di tengah dunia kultivator, seolah menantang kegelapan masa lalu. Sejak runtuhnya Dewa Iblis Gerbang Neraka—yang kejatuhannya bukan semata karena kehebatan Immortal dan kultivator Negeri Han, melainkan akibat fitnah licik dari Kaisar Han yang cemas akan bayang-bayang Shin Kui Long—kemenangan itu pun menyelimuti setiap sudut negeri.Pagoda megah yang pernah menjadi saksi bisu pengorbanan dan kejatuhan Dewa Iblis Gerbang Neraka kini telah dibersihkan dengan teliti, setiap ukiran batu di dalamnya memantulkan sinar mentari pagi yang lembut. Suara angin yang berdesir di antara celah-celah pagoda seakan menyanyikan lagu kemenangan, menambah kesan agung yang terpancar dari bangunan tersebut.Namun, di balik kemegahan istana dan semangat yang berkobar, Kaisar Han yang tengah menikmati kejayaannya belum menyadari bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui. Suatu pagi, ruangan rapat yang biasanya dipenuhi sorak-sorai kini berubah sunyi dan dingin. Udara terasa
Di tengah Lembah Kabut Iblis, kabut kelam berputar semakin padat, menciptakan suasana mencekam yang membuat udara terasa berat dan lembap. Kui Long dan Naga Azteca melangkah mantap, tatapan mereka tajam menatap siluet pria bertopeng yang berdiri di puncak reruntuhan kuil kuno."Kalian akhirnya datang," suara pria bertopeng itu bergema, penuh kekuatan yang menusuk sanubari. "Namun, kalian sudah terlambat. Segel telah dilepaskan, dan kini aku telah mencapai wujud asliku."Tiba-tiba, langit menggelegar, dan tubuh pria bertopeng itu mulai bergetar. Kabut pekat melesat menyelubungi tubuhnya, sementara raungan mengerikan menggema dari dalam dirinya. Topengnya retak, memperlihatkan mata berwarna merah menyala yang bersinar penuh kebencian. Dalam sekejap, tubuhnya berubah, membesar, kulitnya menghitam dan bersisik, tanduk-tanduk tajam mencuat dari kepalanya."Naga Iblis...!" seru Naga Azteca, matanya membelalak melihat sosok mengerikan yang kini berdiri di hadapan mereka.Dari tubuh pria bert
Di balik reruntuhan kuil tua, pria bertopeng itu berdiri tegak, siluetnya samar tertutup kabut senja. Matanya yang tajam menatap medan pertempuran yang kini sunyi, hanya menyisakan bekas darah dan tubuh-tubuh yang terkapar. Klan Naga Kembar telah gagal, tubuh mereka tergeletak tanpa daya, sementara angin malam membawa bisikan kehancuran."Menarik..." gumam pria bertopeng itu, suaranya dingin bak embun beku. "Mereka lebih tangguh dari yang kuduga."Ia berbalik, menatap tiga sosok bayangan yang berdiri tegap di belakangnya. Masing-masing memiliki aura mengerikan yang bergetar di udara."Kita harus mempersiapkan rencana berikutnya," lanjutnya. "Pastikan mereka tidak melangkah lebih jauh. Aku tidak ingin ada gangguan lagi."Ketiga bayangan itu hanya mengangguk sebelum menghilang dalam sekelebat kabut gelap.*****Di sisi lain, Kui Long, Naga Azteca, dan para sekutu mereka melangkah dengan hati-hati menuju Lembah Kabut Iblis. Suasana semakin mencekam seiring mendung yang bergelayut di lang
Di tengah malam yang pekat, Kui Long dan Naga Azteca menyusuri lorong-lorong sempit kota yang diselimuti bayangan. Mereka tidak menyadari bahwa setiap langkah mereka diawasi oleh mata-mata dari Klan Naga Kembar yang bersembunyi di kegelapan. Saat mereka tiba di sebuah alun-alun yang sunyi, bayangan-bayangan mulai bergerak, menampakkan sosok-sosok dengan senjata terhunus yang mengepung mereka.Salah satu dari mereka, dengan suara sedingin es, berkata, "Kalian sudah melangkah terlalu jauh. Pria bertopeng itu adalah milik kami."Kui Long dan Naga Azteca saling bertukar pandang, kemudian mengangguk. Mereka merasakan energi chi mengalir deras dalam tubuh mereka, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang tak terelakkan. Denting senjata beradu segera memenuhi udara, menandakan dimulainya pertarungan sengit. Meskipun keterampilan mereka luar biasa, jumlah musuh yang banyak mulai membuat mereka kewalahan.Klan Naga Kmbar memiliki petarung-petarung tangguh yang sangat menyulitkan mereka berdua.
Kui Long melangkah cepat melalui lorong-lorong sempit yang berliku, bayangan malam menyelimuti setiap sudut kota. Aroma rempah-rempah dan asap dupa bercampur dengan bau lembap dari dinding batu tua. Telinganya menangkap setiap suara—bisikan pedagang yang masih bertransaksi, langkah kaki terburu-buru, dan desahan angin yang menyusup melalui celah-celah bangunan.Tiba-tiba, sebuah tangan kasar mencengkeram lengannya, menariknya ke dalam kegelapan sebuah gang sempit. Kui Long hampir saja bereaksi dengan serangan, namun matanya segera mengenali wajah yang familiar."Naga Azteca," bisiknya, melepaskan diri dari cengkeraman itu. "Apa yang kau temukan? Kau bisa berubah jadi manusia juga?"Naga Azteca menganggukan kepala, dengan mata emasnya yang tajam, menatapnya serius. "Pria bertopeng itu bukan orang sembarangan. Gerakannya terlatih, dan dia tahu persis apa yang dia cari."Kui Long mengangguk, mengingat kilatan koin berkilauan yang diambil pria itu. "Itu adalah lambang sekte rahasia. Jika
Kui Long tetap mempertahankan senyumannya, seolah menikmati permainan ini. Namun, jauh di dalam dadanya, jantungnya berdetak dengan ritme yang terukur, menandakan kewaspadaan yang tajam. Ia sudah menyiapkan seribu cara untuk meloloskan diri jika situasi berbalik melawannya. Tatapan pria bertato naga di hadapannya masih mengunci dirinya, dingin dan penuh selidik, seakan hendak menerobos lapisan pikirannya yang terdalam.Di kejauhan, di antara bayangan yang menari di lorong-lorong sempit pasar, Naga Azteca bergerak seperti angin. Langkahnya ringan, nyaris tak berjejak, napasnya teratur seperti predator yang mengintai mangsanya. Matanya yang berwarna emas menyapu setiap sudut, menangkap detail sekecil apa pun. Aroma logam dari senjata tersembunyi yang dibawa para penjaga klan bercampur dengan harum manis buah-buahan yang dijajakan di pasar. Sorot matanya menyipit ketika melihat sosok mencurigakan bersembunyi di antara keramaian.Tiba-tiba, suara dentingan logam beradu merobek kesunyian y
Angin dingin berhembus dari arah laut, membawa serta aroma asin yang bercampur dengan harum rempah-rempah dari pasar terdekat. Di bawah sinar matahari yang keemasan, permukaan lautan berkilauan, memantulkan bayangan kapal-kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan Kota Naga Biru. Kota yang merupakan kota tersibuk dan terpadat di Negeri Ming, Dunia Naga.Di kejauhan, gunung-gunung es menjulang dengan megah, puncaknya berkilauan seperti kristal yang tertimpa cahaya. Gunung es abadi yang menyimpan misteri tentang artefak kuno dari kejayaan naga di jaman dahulu yang bisa berubah menjadi manusia dan menjadi kultivator sejati.Namun sekarang, Negeri Ming banyak dikuasai Klan Naga dan juga Naga yang memiliki kecerdasan tinggi seperti Naga Iblis.Kui Long berjalan perlahan di antara kerumunan, jubah pedagangnya berkibar diterpa angin. Benang emas yang menghiasi kainnya menangkap cahaya, menambah kesan bahwa dirinya bukan pedagang biasa. Senyum ramahnya menyembunyikan kehati-hatian yang terlatih,
Perahu kecil itu berlayar perlahan di bawah langit yang dipenuhi kabut keemasan. Ombak di sekitar Pulau Naga Langit bergulung dengan gelombang yang tak biasa, seolah merasakan kehadiran para pendekar. Dewa Mabuk Kong Ming, Song Lien Hwa, Dewa Pedang Wei Bu, dan Yin Yin berdiri di haluan, mata mereka menatap lurus ke arah daratan yang mulai tampak di kejauhan. Di atas mereka, Rajawali Emas mengepakkan sayapnya, menyelinap di antara awan, mengawasi dari ketinggian.Saat mereka mendarat, suara gemuruh bergema dari tengah pulau. Kilatan cahaya perak dan emas membelah udara, lalu sesosok wanita berbalut jubah sutra hijau zamrud melayang di atas mereka. Itu adalah Dewi Naga Shiu Ling, penguasa Pulau Naga Langit. Namun, ada sesuatu yang aneh. Tatapan matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi kegelapan, bibirnya melengkung dalam senyum dingin.“Kong Ming, Wei Bu… Kalian berani datang ke wilayahku?” Suaranya bergema seperti angin yang menusuk tulang."Shiu Ling! Kenapa kau bisa berubah sepert
Rubah Hitam Ekor Sembilan Yin Yin melompat ke udara dengan kecepatan yang sulit diikuti mata. Tubuhnya bergerak lincah, setiap ekornya menyapu udara dan menciptakan gelombang energi gelap yang menggetarkan ruang. Mata merahnya bersinar kejam saat ia menatap Song Lien Hwa, yang sudah bersiap dengan pedangnya."Song Lien Hwa, kau bukan tandinganku lagi!" suara Yin Yin bergema, dipenuhi kekuatan kegelapan yang menakutkan. Dengan satu kibasan ekornya, angin hitam melesat menuju Song Lien Hwa, membawa aura kehancuran.Song Lien Hwa segera menangkis dengan jurus Pedang Langit Menyapu Awan. Ia melompat ke atas, bilah pedangnya berputar membentuk pusaran angin yang membelah gelombang kegelapan Yin Yin. Namun, Yin Yin tidak memberi kesempatan. Tubuhnya berkelebat dalam bayangan, muncul di belakang Song Lien Hwa dan meluncurkan cakar tajamnya."Cepat sekali!" Song Lien Hwa hampir terlambat menghindar, namun dengan reflek luar biasa, ia membalikkan pedangnya dan menangkis serangan itu. Dentingan