Share

2.24. Musuh Baru

Penulis: Bebby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 20:04:58

Ketika pertempuran selesai, keheningan yang mencekam menyelimuti lembah. Angin dingin berhembus pelan, membawa aroma darah dan sisa-sisa energi gelap yang tertinggal. Kui Long berdiri dengan sisa tenaga terakhirnya, tubuhnya penuh luka, sementara Zhang Yue mendukungnya dengan tangan gemetar. Para kultivator dari Klan Langit Emas dan Dewan Kultivator Agung mulai menyusun barisan kembali, meski hati mereka masih berdebar karena rasa gentar.

Namun, jauh di kejauhan, di atas bukit yang menghadap lembah, bayangan yang tadi mengintai pertempuran masih berdiri diam. Sosok itu tinggi dan kurus, diselimuti jubah hitam dengan pola runa yang berkilauan samar dalam kegelapan. Wajahnya tersembunyi di balik topeng perak dengan ukiran menyerupai tengkorak.

"Jadi, ini dia sang 'penyelamat' dunia," gumam sosok itu dengan suara serak, namun dalam. Tangannya yang kurus terangkat, dan dari ujung jari-jarinya, bayangan bergerak seperti ular, menyatu dengan tanah.

Bayangan itu bergerak cepat, seperti makhl
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.25. Xian Mo

    Di tengah kekacauan itu, langit yang penuh dengan awan hitam memuntahkan hujan deras. Airnya dingin, tetapi bukan dingin biasa—sentuhan setiap tetes seperti menusuk kulit, meninggalkan rasa terbakar yang aneh. Kui Long merasakan gigitan hujan itu, tetapi matanya tetap terpaku pada sosok Xian Mo yang kini mulai melangkah maju.Setiap langkah Xian Mo memancarkan getaran yang merayap melalui tanah, menciptakan retakan seperti urat nadi kegelapan yang menyebar. Bayangan humanoid bermata merah bergerak serempak, tubuh-tubuh mereka seperti tarikan tinta di atas kanvas bumi, mendekat dengan kecepatan yang mustahil. Jerit-jerit mereka, meskipun tak bersuara, menggema di pikiran setiap kultivator yang masih berdiri.Zhang Yue melompat ke depan, pedangnya melesat dengan kilatan emas yang bergetar, menebas bayangan-bayangan itu. Namun, setiap kali tubuh salah satu dari mereka terbelah, ia melihat bayangan itu menyatu kembali, seolah-olah tak pernah terluka. “Ketua! Ini tidak ada habisnya!” teria

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.26. Kui Long vs Xian Mo

    Pertarungan antara Kui Long dan Xian Mo berubah menjadi pertunjukkan yang memukau sekaligus menakutkan. Cahaya dari Teknik Pedang Surya Kui Long kini bersinar lebih kuat, setiap tebasan menciptakan retakan di udara, seolah-olah mengiris dimensi itu sendiri. Namun, Xian Mo tetap tak tergoyahkan. Aura gelapnya meresap ke tanah dan udara, menghisap cahaya sekitarnya seperti lubang hitam yang rakus.“Menarik,” Xian Mo bergumam, mengangkat tangannya perlahan. Dari tanah, tombak-tombak bayangan mulai menjulang, setiap ujungnya bergerak seolah-olah memiliki kehidupan sendiri. Dengan satu ayunan tangan, ia melepaskan tombak-tombak itu menuju Kui Long, menciptakan hujan senjata yang menembus udara dengan suara mendesing.Kui Long menggerakkan tubuhnya dengan Tapak Dewa Mabuk Immortal, gerakannya seperti tarian yang penuh keindahan tetapi mematikan. Tombak-tombak itu meleset, menghantam tanah dengan ledakan kecil yang melemparkan batu dan debu ke segala arah. Namun, salah satu tombak berhasil m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.27. Kekuatan Dewa Iblis Gerbang Neraka

    Tanah di lembah bergetar hebat, retakan-retakan semakin meluas, seolah-olah bumi sendiri merintih di bawah beban kehadiran makhluk raksasa itu. Aura hitam yang menyelimuti makhluk itu seperti gelombang pasang, menghantam para kultivator dan membuat banyak dari mereka terjatuh, tak sanggup melawan tekanan dahsyat tersebut.Kui Long, meskipun tubuhnya lemah dan dipenuhi luka, memaksakan dirinya untuk berdiri. Ia menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya, matanya memandang lurus ke arah makhluk itu. Cahaya di sekelilingnya mulai meredup, seolah-olah dunia menahan napas dalam ketakutan."Ketua!" Zhang Yue berteriak, mencoba merangkak mendekati sang ketua. "Jangan! Tubuhmu tidak akan kuat ...."Namun, Kui Long hanya mengangkat satu tangan, menghentikan kata-kata Zhang Yue. "Aku tidak punya pilihan," katanya dengan suara rendah tapi penuh tekad. "Jika aku tidak menghentikannya sekarang, tidak akan ada yang tersisa dari dunia ini."Kui Long menarik napas dalam, memejamkan mata. Dalam keh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.28. Musuh dan Teman Baru

    Tanah yang sebelumnya retak kini dipenuhi serpihan, debu-debu beterbangan, menciptakan kabut suram yang bercampur dengan sisa-sisa aura hitam makhluk itu. Udara terasa tebal dan berat, seolah mengancam untuk menghentikan napas siapa pun yang berdiri di sana. Namun, dalam keheningan yang mencekam, terdengar suara napas tersengal-sengal Kui Long yang kini berbaring tak berdaya.Zhang Yue menggenggam bahu Kui Long, memaksa tubuhnya untuk menopang pria itu. Wajahnya basah oleh keringat dan air mata yang bercampur debu. "Ketua... bertahanlah," gumamnya, meski suaranya nyaris tenggelam dalam desiran angin dingin yang kembali merayap di lembah.Perlahan, kultivator lainnya mulai mendekat, meskipun langkah mereka masih gemetar. Beberapa bersandar pada senjata mereka, yang lain saling membantu untuk tetap berdiri. Pandangan mereka terarah ke tempat di mana makhluk raksasa itu sebelumnya berdiri. Sekarang hanya ada kawah besar yang mendidih, penuh dengan magma yang bergejolak, mengeluarkan suar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.29. Guru Xian

    Guru Xian memutar tongkatnya dengan gesit, menciptakan pusaran cahaya emas yang berputar di sekelilingnya. Cahaya itu tidak hanya menjadi perisai, tetapi juga pancaran kekuatan yang membuat tanah yang retak di bawah kakinya kembali utuh. Para kultivator yang melihat pemandangan itu merasakan semangat mereka kembali bangkit, seolah-olah kehadiran Guru Xian menjadi mercusuar harapan di tengah kegelapan.Sosok bertopeng itu tetap tenang, meski aura dinginnya semakin intens. "Trik yang mengesankan untuk seorang tua," ujarnya sambil melangkah maju. "Tapi aku tidak punya waktu untuk permainan ini."Dalam sekejap, ia meluncur dengan kecepatan luar biasa, menciptakan jejak es yang membekukan tanah di belakangnya. Tangan kanannya membentuk cakar gelap yang tampaknya memakan cahaya di sekitarnya, sementara tangan kirinya mengayunkan bilah energi yang tajam.Namun, Guru Xian sudah bersiap. Dengan satu gerakan, ia memutar tongkatnya, menciptakan gelombang energi emas yang memantul ke segala arah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.30. Gerbang Dimensi Akhir

    Guru Xian berjalan mendekati Kui Long, wajahnya penuh kelelahan tetapi tetap tegas. Ia berlutut, memeriksa kondisi pemuda itu. "Kau bodoh, tapi juga berani," katanya sambil tersenyum tipis.Kui Long tertawa pelan, meski suaranya lemah. "Aku tahu kau bukan guruku... tapi entah kenapa, aku merasa bisa percaya padamu."Guru Xian terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara rendah. "Percayalah... untuk sekarang, itu sudah cukup."Kui Long terbaring dengan napas tersengal, tubuhnya terasa seolah-olah setiap tulangnya remuk akibat tekanan energi tadi. Guru Xian mengulurkan tangan, meletakkannya di atas dada Kui Long. Cahaya lembut berwarna emas memancar dari telapak tangannya, dan perlahan rasa nyeri yang menyiksa mulai mereda."Aku akan menyembuhkan sebagian luka-lukamu," kata Guru Xian. "Tapi kau harus beristirahat. Tubuhmu belum siap untuk menanggung beban sebesar itu."Kui Long memejamkan mata, mencoba mengendalikan rasa sakit yang masih tersisa. Namun, pikirannya terus berputar pada sos

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.31. Gunung Bayangan Jiwa

    Langit di atas Gunung Bayangan Jiwa mulai berubah, rona oranye dari matahari terbenam meresap melalui celah kabut tebal. Kui Long berdiri di puncak pertama jalur pendakian, tempat di mana bayangan dirinya telah hancur. Namun, gunung ini tidak memberi waktu untuk istirahat. Angin dingin menyapu tubuhnya, membawa bisikan yang menggema seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap.Ia melihat jalan di depannya—jalur batu yang sempit dengan jurang menganga di kedua sisi. Batu-batu hitam yang berserakan tampak bergerak samar, seperti menyimpan nyawa mereka sendiri. Meskipun kakinya terasa berat, ia melangkah maju dengan tekad."Ketua, berhenti di situ!" Sebuah suara menggema dari belakang. Kui Long menoleh dan melihat Zhang Yue berlari mendekat, napasnya terengah. Guru Xian mengikuti dari belakang, lebih tenang tetapi dengan ekspresi waspada."Kau tidak seharusnya ikut," kata Kui Long tajam. "Ini bukan perjalanan yang bisa dilalui oleh siapa pun tanpa persiapan."Zhang Yue berdiri tegak, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.32. Bandit Gunung

    Langit di atas Gunung Bayangan Jiwa menggantung suram, seperti tirai hitam yang melingkupi dunia. Kilau bulan tersembunyi di balik awan kelabu, hanya menyisakan semburat cahaya redup yang sulit menembus kabut tebal. Jalan setapak semakin terjal, licin oleh lumut dan tanah basah. Udara yang dingin membawa bau lembap yang menusuk, membuat napas mereka terlihat seperti uap putih di kegelapan malam.Kui Long memimpin perjalanan, langkahnya mantap meskipun bahunya tampak tegang. Pedang di pinggangnya berayun perlahan, berkilat samar saat cahaya bulan mencapainya. Di belakangnya, Zhang Yue menghela napas, berusaha menjaga keseimbangan di jalanan curam, sementara Guru Xian berjalan dengan tenang, matanya menyapu sekitar seperti seekor burung hantu yang mengintai mangsa.Ketenangan malam itu buyar ketika suara langkah berat terdengar dari semak belukar. Ranting-ranting kering berderak, dan bayangan hitam bermunculan, menutup jalan setapak. Mereka adalah bandit—lima pria bersenjata dengan seny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.11. Raja Dewa Petir

    Raja Dewa Petir berdiri dari singgasananya dengan gerakan anggun, namun setiap langkahnya mengguncang ruang singgasana seakan seluruh dimensi tunduk padanya. Dengan tombak petir raksasa di tangannya, ia mengarahkan ujung tombak itu ke Kui Long, dan seketika, langit-langit ruangan yang penuh dengan awan gelap menyala oleh kilatan petir merah menyilaukan."Ayo, Kui Long. Tunjukkan apakah tekadmu cukup kuat untuk menanggung beban ini," ujar Raja Dewa Petir. Suaranya menggema seperti halilintar, memenuhi ruangan dengan getaran energi yang menusuk.Kui Long tidak menjawab. Sebaliknya, ia langsung melesat maju dengan kecepatan luar biasa, tombaknya bersinar dengan cahaya biru pekat. Ia menebaskan tombaknya, menciptakan gelombang petir bercampur energi kegelapan yang berputar bagaikan badai. Suara ledakan menggema, memenuhi ruangan.Namun Raja Dewa Petir hanya mengangkat tangannya. Gelombang petir Kui Long terpecah sebelum mencapai tubuhnya, seperti air yang terbagi oleh karang besar. Ia ber

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.10. Tantangan di Istana Dewa Petir - II

    Tantangan Kedua: Ujian JiwaBegitu Kui Long melangkahkan kaki ke dalam ruangan berikutnya, suhu udara seolah turun drastis. Kehangatan sebelumnya lenyap, digantikan oleh hawa dingin yang menusuk tulang. Tidak ada kilatan petir yang menyambar, tidak ada penjaga dengan senjata terhunus. Hanya kegelapan pekat yang merayap dari segala arah, seperti jaring laba-laba yang siap membelenggu.Kemudian, dari dalam bayang-bayang yang berkelindan, suara-suara itu muncul—menggema, mengiris sanubari."Kau membiarkan kami mati, Kui Long..."Suara itu, rendah dan parau, menusuk dadanya seperti belati. Matanya membelalak ketika melihat sosok ayahnya muncul dari kegelapan, wajahnya tirus dan penuh guratan duka. Mata pria tua itu dipenuhi kesedihan yang begitu dalam, membuat jantung Kui Long berdebar keras."Kau meninggalkan kami..."Kini suara lain bergema, lebih lembut tapi tak kalah menyakitkan. Sosok ibunya muncul dengan wajah sendu, sorot matanya penuh luka. Bibirnya bergetar, seolah ingin mengatak

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.9. Tantangan di Istana Dewa Petir

    Pintu istana raksasa itu menjulang megah di hadapan Kui Long, seperti gerbang ke dunia lain yang tersembunyi dalam mitos. Relief emas di permukaannya dipenuhi ukiran petir yang tampak hidup, membentuk siluet naga-naga kecil yang berkelok-kelok di antara kilauan cahaya yang terpantul dari permukaannya. Setiap guratan di pintu itu seolah berdenyut, seakan-akan menunggu kehadiran seseorang yang cukup layak untuk melewatinya.Kui Long melangkah mendekat, dan begitu ujung kakinya menyentuh ambang batu hitam, tombak di tangannya bergetar hebat. Pancaran cahaya biru dari pusaka itu semakin terang, membentuk pola listrik yang menjalari batangnya hingga ke ujung. Sensasi panas menjalar ke telapak tangannya, menembus hingga ke tulang, memacu aliran darahnya dengan semangat yang liar. Tiba-tiba, suara Shen Wu Tian bergema di benaknya, suaranya dalam dan penuh wibawa."Untuk memasuki istana ini, kau harus membuktikan kelayakanmu, Kui Long. Ada tiga tantangan yang menunggu. Setiap ujian akan mengu

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.8. Istana Dewa Petir

    Kui Long menoleh dengan cepat, dan benar saja, sosok transparan Shen Wu Tian muncul di atas altar. Namun kali ini, auranya lebih gelap, lebih dingin. Ada sesuatu yang berbeda."Shen Wu Tian? Kau belum sepenuhnya hilang?" tanya Kui Long, tombaknya terangkat, siap menghadapi kemungkinan terburuk.Shen Wu Tian tersenyum tipis. "Aku adalah bagian dari pusaka ini, Kui Long. Selama kau memegangnya, aku tidak akan pernah benar-benar menghilang. Namun, kau harus tahu satu hal penting. Pusaka ini bukanlah tujuan akhir."Kui Long mengerutkan kening. "Apa maksudmu?""Pintu di depanmu itu adalah kunci menuju rahasia sejati dari Pusaka Dewa Petir," jelas Shen Wu Tian. "Tapi aku harus memperingatkanmu. Begitu kau melewatinya, tidak ada jalan untuk kembali. Dan dunia yang kau kenal akan berubah selamanya."Sebelum Kui Long bisa menjawab, suara langkah berat terdengar dari belakang. Ia berbalik dan melihat para petinggi sekte yang berhasil menyusulnya. Zhao Tianfang Mu Qingxue, dan Han Jue tiba hampi

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.7. Petunjuk Tombak Petir

    Kilatan petir membelah langit kelam di atas Hutan Seribu Petir, menyingkap sekilas kekacauan yang melanda medan pertempuran. Suara gemuruhnya mengguncang bumi, membuat dedaunan yang basah oleh hujan bergetar ketakutan. Kui Long berdiri di tengah lingkaran, napasnya memburu, tubuhnya bersimbah darah—sebagian miliknya, sebagian lagi bukan. Tombak Dewa Petir dalam genggamannya berpendar seperti bintang yang bersinar sendirian di tengah malam tergelap. Mata Kui Long masih menyala dengan api perjuangan yang tak kunjung padam, meski tubuhnya kian terbebani luka.Di sekelilingnya, para kultivator dari Sekte Langit Mentari dan Sekte Teratai Ungu terus saling serang, suara logam beradu berpadu dengan jeritan perih. Sementara itu, di balik bayangan yang bergerak cepat, para kultivator dari Sekte Bayangan Naga merayap di kegelapan, mencoba mencuri pusaka tanpa menarik perhatian. Aroma besi dari darah bercampur dengan udara yang penuh listrik, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk meremang.

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.6. Konflik di Hutan Seribu Petir

    Kilatan petir membelah langit, menggetarkan udara dengan suara gemuruh yang menggetarkan dada. Hutan Seribu Petir bersinar dalam cahaya biru dan ungu, menciptakan bayangan bergerak di antara pepohonan yang hitam legam akibat terbakar petir berkali-kali. Udara di sekitar begitu tebal dengan energi listrik hingga bulu kuduk berdiri, dan setiap tarikan napas terasa seperti menyedot api ke dalam paru-paru. Kui Long berdiri di atas batu besar, matanya tajam menatap ke kedalaman hutan yang penuh kilatan cahaya. Di tangannya, tombak pusaka itu bergetar halus, seolah hidup dan merespons setiap guntur yang meledak di angkasa. Ia menggerakkan jari-jarinya di sepanjang gagang tombak, merasakan aliran energi yang mendesir di dalamnya. "Semakin kita melangkah ke dalam, semakin kuat tarikan pusaka ini," gumamnya, suaranya serak oleh udara yang dipenuhi listrik. Di sampingnya, Song Lien Hwa mengangkat kepala, mata elangnya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Aku tidak suka perasaan ini,"

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.5. Pertemuan Sekte Besar

    Malam semakin larut, dan angin dingin berembus menerpa puncak-puncak berbatu di Negeri Song. Di langit yang kelam, awan petir menggantung berat, seolah menahan kilatan cahaya yang siap meledak kapan saja. Aroma tanah basah bercampur dengan kepekatan malam, sementara di dataran tinggi Lembah Petir, dua sosok berdiri di bawah sinar rembulan yang meredup.Kui Long merasakan riak energi dari pusaka yang tergenggam di tangannya—sebuah kehadiran yang berdenyut, nyaris hidup, seakan menuntut untuk dilepaskan. Song Lien Hwa berdiri tak jauh darinya, mata elangnya mengamati cakrawala. Keduanya menyadari bahwa mereka bukan satu-satunya yang merasakan keberadaan pusaka itu. Sekte-sekte besar Negeri Song telah lama mengintai, dan kini, saat senjata legendaris itu kembali ke dunia, badai baru tak terelakkan.Di puncak tertinggi, aula megah Sekte Langit Mentari memancarkan cahaya keemasan dari lentera-lentera besar yang tergantung di balok kayu raksasa. Ruangan itu luas, namun udara di dalamnya ter

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.4. Kembalinya Shen Wu Tian

    Angin malam menampar wajah Kui Long saat ia berdiri di tepi jurang. Pusaka Dewa Petir di tangannya berdenyut pelan, seolah menyesuaikan dengan ritme jantungnya. Kilatan petir yang jauh di cakrawala tampak seperti pandangan penuh amarah dari langit yang gelisah, namun Kui Long hanya mendengus kecil, merasakan energi yang bergolak di dalam tubuhnya.Song Lien Hwa berdiri di belakangnya, matanya penuh kecemasan. "Kui Long," panggilnya dengan suara berat, "kau sadar kan, kekuatan itu tidak hanya memberi. Ia juga akan menuntut sesuatu darimu."Kui Long tidak segera menjawab. Ia mengangkat tombak itu, memperhatikan kilau biru yang bergerak seperti aliran sungai, hidup dan bertenaga. "Kalau memang menuntut, biarkan dia menuntut," gumamnya pelan, namun penuh tekad. Ia memutar tubuh, menatap Song Lien Hwa dengan senyum yang tidak sepenuhnya santai. "Tapi aku yang akan memutuskan apa yang layak diberikan."Sebelum Song Lien Hwa sempat membalas, bumi di bawah kaki mereka bergetar hebat. Sebuah g

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.3. Rahasia Pusaka Dewa Petir

    Petir biru memancar lembut dari Pusaka Dewa Petir, seperti napas kehidupan yang baru saja dibangkitkan. Namun, aroma pekat masih tersisa di udara, bercampur dengan bau debu dan batu yang hancur. Kui Long menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun seiring adrenalin yang perlahan memudar. Jemarinya sedikit gemetar saat ia menggenggam erat gagang tombak itu. Sentuhan logam dingin terasa seperti bara panas, menyengat kulitnya dengan denyut energi yang seolah menuntut penyesuaian segera.Song Lien Hwa berdiri tak jauh darinya, rambut panjangnya yang hitam legam berantakan, sebagian menempel di wajahnya yang berkeringat. Napasnya berat, tapi ia tetap tegak, tatapannya tak beralih dari Kui Long. "Energi petir itu..." suaranya pelan, hampir berbisik, namun penuh makna, "...ia bukan sekadar kekuatan. Itu adalah keinginan langit yang tak dapat kau tolak."Kui Long mengalihkan pandangannya ke Song Lien Hwa, matanya yang keemasan bersinar lembut, tapi di balik itu ada badai emosi yang berkecam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status