"Aku harus menjelaskan ini kepadamu Nadja, dalam sebuah pack selain ada Alpha yang menjadi pimpinan tertinggi, juga ada beta dan ada enforcer. Beta bisa dibilang adalah wakilnya alpha, kau tahu? Seperti wakil presiden dan hal-hal yang sifatnya lebih kecil dan apabila alpha berhalangan, dia yang menangani urusan pack atau saat berpergian. Enforcer berurusan dengan sistem pertahanan pack dan mengurus jadwal patroli, latihan fisik dan sebagainya. Mereka juga yang akan mengawasi perbatasan apabila ada serigala asing yang masuk ke dalam pack." Jelas Xander.
"Mereka yang mengurusi serigala asing? Lalu aku?" Tanyaku gugup. "Apakah aku harus berhadapan dengan enforcer itu?"
"Ha...kau kan masih setengah serigala! Lagi pula kau datang bersama aku. Tentu saja tidak akan dicurigau siapapun. Aku menjelaskan ini...Maksudku, aku ingin memperkenalkanmu orang-orang yang penting di dalam pack. Selain 3 orang itu, ada juga para tetua, mereka biasanya adalah pejabat se
“Sini biar kuantar.” Tawar Xander kepadaku, kenapa aku merasakan ada sesuatu yang salah, namun aku seperti tak bisa menggapai dan tak bisa berpikir…apa yang sekiranya salah. Xander membawaku ke sebuah kabin pribadi berukuran lumayan luas. Ada sebuah kasur berukuran medium dan sebuah sofa, ada kamar mandi pribadi. Aku tersenyum dan meletakkan pakaian ganti di sebuah meja di depan kamar mandi. Aku melangkah menuju kamar mandi, saat aku mau menutupnya kaki Xander menghalangi pintu tertutup sempurna.“Not so fast, Babe.” Ucapnya menyeringai. Aku mendengus kesal. Aghh…dia berulah lagi.“Kau.. kau mau apa?” Tanyaku mengerenyitkan dahi.“ Mempelajari anatomimu lebih baik. Aku masih penasaran di beberapa bagian.”Xander melepaskan satu persatu aritikel pakaian yang menempel ditubuhku, lalu bergantian ia melepaskan pakainnya dengan pelan. Aku mengikuti dengan mataku setiap gerakan tangan dan mata pria dingin i
Sebentar lagi pesawat akan mendarat, Xander sudah memberikan banyak sekali informasi mengenai packya membuatku sangat gugup, lebih gugup daripada sebelumnya. Seharusnya ia tidak usah memberitahukan apapun kepadaku, agar aku tidak segugup ini. Bagaimana nanti kalau semua para manusia serigala itu membenciku? Apalagi aku masih belum seperti mereka dan sudah akan merebut calon Alpha mereka, aku pasti akan jadi bahan bully-an para perempuan di sana. Matilah aku! Xander menoleh ke arahku.“Ada apa Nadja?”“Bagaimana kalau nanti para perempuan di sana, membullyku? Mereka pasti jauh lebih kuat daripadaku dan sudah pasti aku akan kalah, satu saja kalah apalagi dikeroyok ribuan katamu? Jadi aku harus berhadapan dengan berapa banyak wanita serigala nanti? Kalau tiba-tiba mereka semua fans beratmu? Bagaimana? Aku menghadapi 3 senior mahasiswa yang berstatus manusia saja, sudah bergetar dan kewalahan… Bagaimana dengan manusia jadi-jadian?” Ucapku sarkas.
Ty benar-benar melewati jalur yang diminta oleh Xander. Dari jendela mobil, aku bisa melihat pemandanga yang seperti d negeri dongeng. Ini adalah kawasan alam yang dilindungi…tak sembarangan orang bisa masuk…hanya beberapa orang yang memiliki kepentingan khusus atau pemerhati lingkungan. Rasanya aku jadi ingin beralih profesi…dari mahasiswa menjadi pemerhati lingkungan…agar aku bisa masuk ke dalam pagar itu dan menikmati pemandangan alam yang luar biasa itu.aku tak sadar telah tersenyum sendirian, hanya dengan melihat keindahan alam dan pemikiranku…aku tertawa lebar.“Kau suka? Atau memikirkan hal yang berbeda?” Tanya Xander berbisik kepadaku.Aku mengangguk.“AKu berharap jadi pemerhati lingkungan. Aku tadi berpikir akan alih profesi…sementara aku baru sadar..aku tak punya profesi apapun saat ini, aku masih sekolah. Ha…”“Kau…dan isi kepalamu. Selalu menggemaskan.” Ucap Xander meng
“We almost there.” Ucap Ty. “Kau sudah beritahu iakan…tentang peraturan pack?”“Ya. Sedikit.” Jawab Xander, aku menengok dengan wajah gugup.“Peraturan pack. Aku sudah bilang kan?”Aku memelototinya dan menggeleng kencang.“Kau sama sekali tak bilang apapun! Xander!” Protesku sedikit histeris.“Ah…tak usah kau jadikan beban. Perturan mudah seperti. Jangan memandang alpha tepat di matanya, lalu lua…maksudnya di sini ibuku. Dan memang sebainya kau tak usah bertemu dengannya sama sekali. Intinya kau harus berada di dekatku agar aman. Mereka adalah mahluk yang mudah teruslut emosi…jadi yaa…sebaiknya kau tetap di sampingku.” Jelas Xander santai.Aku kesal dan memukul lengan Xander dengan kencang, “Kenapa kau baru bilang sekarang!”“Kukira aku sudah bilang…aku lupa.. terlalu banyak yang terjadi.”“Jadi aku harus bagaimana?”
Aku menginjakkan kaki di depan sebuah rumah bertingkat dua berwarna krem dan putih. Sebuah rumah yang sebenarnya sederhana, namuan dari luar, aku tahu pasti rumah ini sangat luas sekali. Ada beberapa pilar yang menyangga balcony di lantai dua. Sebuah balkon yang luas sampai ada beberapa tiang yang harus menyangga. Tepat di bawahnya adalah tempat mobil terparkir, di sebelah kana nada sebuah rumah yang lebih kecil dengan nuansa abu-abu. Sebuah rumah yang berkesan minimalis.“Ini adalah pack house, kalau itu adalah rumah pribadi ayahku.” Jelas Xander, aku hanya mengangguk.“Apa itu pack house?”“Rumah untuk para manusia serigala yang belatih intensive di sini. Mereka punya rumah sendiri…ayahku memastikan semua penduduknya memiliki rumah, tapi bisa dibilang di sini adalah mess…penginapan agar mobilitas mereka lebih baik. Dan para trainee lebih disiplin.”“Trainee?”“Petugas pa
Xander menyetting air agar kehangatannya pas, walaupun ia cukup menggangguku saat mandi, namun akhirnya kami bisa keluar dari kamar mandi dalam waktu sepuluh menit. Ya. Sebuah rekor…karena Xander hanya membantu menyabuni dan sedikit menggerayangiku, hanya itu dan tak lebih. Ia sepertinya paham bahwa kehadiran kami sebentar lagi akan diminta oleh sang empunya pack, alias ayahnya.Aku memakai sebuah kaus dan celana jeans untuk kupakai, Xander memandangku dari atas ke barah. Sebuah tatapan yang sulit diartikan.“Nadja. Aku sangat cantik seperti biasa…tapi apa kau keberatan kalau berganti pakaian yang sedikit formal?” Pinta Xander mengusap lenganku yang terbuka tak tertutup kaus.“Maksudnya? Kita kan mau bertemu ayahmu saja kan?” Tanyaku heran. Apakah bagi seorang manusia serigala…bertemu orang tua sendiri harus berdandan formal?“Ya. Ayahku. Tapi ini kali pertama kau bertemu denganya, aku yakin ia akan meny
Aku masih mematung di depan pintu besar di depanku. Xander mengetuk pintu dua kali, sampai terdengar suara serak dan kasar seorang pria.“Masuk!” Ucap suara itu memerintah.Aku memandang Xander dengan tanda tanya. “Apa kau yakin?” Xander tersenyum dan menggenggam tanganku lebih erat, ia tersenyum ramah.Xander berjalan masuk, aku mengikutinya dengan langkah kecil. Aku menundukkan wajah dan mengukir sebuah senyum kecil. Bukankah itu adalah perintah dai Ty?“Welcome Xander!” Kudengar beberapa orang berbicara dalam bahasa Inggis dan sebagian dengan bahasa Russia, kenapa ada banyak sekali suara di tempat ini, aku masih menunduk.Xander sedikit menarik tanganku, ia berbisik. “Angkat wajahmu. Mereka ingin melihat gadis yang berhasil menuri hatiku.” Bisiknya dengan suara pelan. Ada sedikit nada menggoda dalam suaranya.Aku mengangkat wajahku, menatap ke ruangan dan isi ru
“Kau tahu aku menyenmbunyikannya?” Tanya Charlie dengan wajah penasaran.“Ya. Just my insting. Aku tahu…kau pasti tak akan rela meninggalkannya begitu saja di luar pack. Kau akan lebih aman dan lega..kalau ia berada dalam jangkauanmu.” Ucap Xander mengungkapkan pendapatnya.“Well…Xander…Nadja. Aku mempercayai kalian, karena hanya kau yang memiliki otak yang normal dalam keluargaku. Balthier lebih mendukung ibunya yang gila itu. Nadja…karena kau bersama Xander…aku juga mempecayaimu. Duduklah dulu…aku ingin menceritakan sesuatu.” Ucap Charlie yang menyuruh kami duduk kembali. Sebenarnya Xander tadi seperti ingin mengajakku keluar.“Baiklah.”“Karen. Kutemukan di pack tetangga. Ia adalah seorang mate dari manusia serigala lain. Aku menemukannya dalam keadaan mengandung.” Ucap Charlie. Aku membuka mulutku secara reflek. Aku tak menyangka ada sebuah kisah cinta yangsangat tragis dalam dunia manusia serigala.
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad