Xander menyetting air agar kehangatannya pas, walaupun ia cukup menggangguku saat mandi, namun akhirnya kami bisa keluar dari kamar mandi dalam waktu sepuluh menit. Ya. Sebuah rekor…karena Xander hanya membantu menyabuni dan sedikit menggerayangiku, hanya itu dan tak lebih. Ia sepertinya paham bahwa kehadiran kami sebentar lagi akan diminta oleh sang empunya pack, alias ayahnya.
Aku memakai sebuah kaus dan celana jeans untuk kupakai, Xander memandangku dari atas ke barah. Sebuah tatapan yang sulit diartikan. “Nadja. Aku sangat cantik seperti biasa…tapi apa kau keberatan kalau berganti pakaian yang sedikit formal?” Pinta Xander mengusap lenganku yang terbuka tak tertutup kaus. “Maksudnya? Kita kan mau bertemu ayahmu saja kan?” Tanyaku heran. Apakah bagi seorang manusia serigala…bertemu orang tua sendiri harus berdandan formal? “Ya. Ayahku. Tapi ini kali pertama kau bertemu denganya, aku yakin ia akan menyAku masih mematung di depan pintu besar di depanku. Xander mengetuk pintu dua kali, sampai terdengar suara serak dan kasar seorang pria.“Masuk!” Ucap suara itu memerintah.Aku memandang Xander dengan tanda tanya. “Apa kau yakin?” Xander tersenyum dan menggenggam tanganku lebih erat, ia tersenyum ramah.Xander berjalan masuk, aku mengikutinya dengan langkah kecil. Aku menundukkan wajah dan mengukir sebuah senyum kecil. Bukankah itu adalah perintah dai Ty?“Welcome Xander!” Kudengar beberapa orang berbicara dalam bahasa Inggis dan sebagian dengan bahasa Russia, kenapa ada banyak sekali suara di tempat ini, aku masih menunduk.Xander sedikit menarik tanganku, ia berbisik. “Angkat wajahmu. Mereka ingin melihat gadis yang berhasil menuri hatiku.” Bisiknya dengan suara pelan. Ada sedikit nada menggoda dalam suaranya.Aku mengangkat wajahku, menatap ke ruangan dan isi ru
“Kau tahu aku menyenmbunyikannya?” Tanya Charlie dengan wajah penasaran.“Ya. Just my insting. Aku tahu…kau pasti tak akan rela meninggalkannya begitu saja di luar pack. Kau akan lebih aman dan lega..kalau ia berada dalam jangkauanmu.” Ucap Xander mengungkapkan pendapatnya.“Well…Xander…Nadja. Aku mempercayai kalian, karena hanya kau yang memiliki otak yang normal dalam keluargaku. Balthier lebih mendukung ibunya yang gila itu. Nadja…karena kau bersama Xander…aku juga mempecayaimu. Duduklah dulu…aku ingin menceritakan sesuatu.” Ucap Charlie yang menyuruh kami duduk kembali. Sebenarnya Xander tadi seperti ingin mengajakku keluar.“Baiklah.”“Karen. Kutemukan di pack tetangga. Ia adalah seorang mate dari manusia serigala lain. Aku menemukannya dalam keadaan mengandung.” Ucap Charlie. Aku membuka mulutku secara reflek. Aku tak menyangka ada sebuah kisah cinta yangsangat tragis dalam dunia manusia serigala.
"Mmh...Xander, sebenarnya apa yang dilakukan ibumu sampai ia tak tinggal lagi di sini?" Tanyaku bermalas-malasan di pelukan Xander. Mereka berada di atas kasur dengan keadaan telanjang. Aku memainkan beberapa bulu halus di dada Xander."Bukan moment yang pas." Ucap Xander masih berusaha menormalkan detak jantungnya."Huft...kau selalu bilang begitu. Terus kapan pasnya?" Omelku. Sebentar lagi jam makan malam. Pasti kami dipanggil turun untuk makan bersama. Xander sudah mempertimbangkan itu. Jadi ia memilih bercinta habis-habisan, agar saat selesai kami dalam keadaan lapar berat...lalu makan. Kkeh...benar-benar mesum."Nanti malam. Moodku sekarang sedang bagus.""Terus nanti malam? Aku maunya sekarang." Keluhku kesal."Nope." Ia memejamkan matanya tak menggubris pintaku.A
Kami berusaha menormalkan wajah dan nafas kami. Aku tersenyum lebar, ternyata bukan hanya sang ayah yang duduk di sini. Ada beberapa pria dan wanita yang hadir. Aku juga bisa melihat Ty dan seorang pria muda yang sedang berbisik kepadanya."What take you so long?" Tany Charlie memandang menggoda ke arahku.Aku hanya tersenyum dan menunduk."Kau sudah tahu jawabannya Dad!" Jawab Xander tersenyum lebar.Aku duduk di samping Xander dan sudah melihat dengan air liur yang hampir menetes. Sebuah steak daging tebal yang berlumur saus lada hitam yang baunya menusuk hidungku. Aku tak berani mengambil garpu dan pisau untuk memulai santapan luar biasa ini. Bukankah sebuah perjamuan selalu diawali oleh sang pimpinan?Charlie berdeham. "Semua sudah lengkap. Silahkan dimulai makan malamnya." Ia tersenyum kecut dan mulai
Aku, seorang Balthier DeVille sudah sebulan..atau dua bulan..atau entahlah, aku bahkan sudah melupakan berapa lama aku mengurung diriku di kota dengan sejuta keindahan di lautan, Athens. Aku menyibukkan diriku dengan berbagai urusan bisnis, selama aku di sini…aku setidaknya berhasil memergoki beberapa kecurangan di dalam perusahaanku dan anak perusahaanku. Aku sudah melupakan perempuan yang bernama Lidya atau Nadja. Aku menghapus dua nama itu dalam kepalaku. Lidya membuatku gerah…sedangkan Nadja membuatku babak belur karena Xander yang ngamuk berat.Aku sedang di depan layar komputerku. Aku mencari data yang aku butuhkan untuk tender yang akan aku usahakan berada di genggamanku. Aku beberapa kali mengutus seorang mata-mata untuk mengetahui keberadaan Nadja..sesekali aku memantau Lidya, walau dengan setengah hati.Entah mengapa, aku merasa bersaing dengan Xander kalau berhubungan dengan Nadja, tapi memang s
“Sir…pria Jepang itu…sepertinya ada rencana untuk membuat tendermu gagal.” Ucap intel sewaanku.“Ha…tak mungkin, dalam hitungan detik aku bisa membuatnya hancur.” Ucapku sejujurnya, aku hanya perlu menelepon anak buahku untuk membunuhnya dalam sekejap. Keganasan seorang lycan tak perlu dipertanyakan lagi..bahkan kami bisa menghancurkan sebuah kota sebesar New York dalam hitungan jam seorang diri dan tanpa menggunakan senjata apapun. Aku membiarkan pria Mizugawa hidup sampai sekarang karena aku masih mempunyai rencana berhubungan dengannya.Aku berjalan dan berniat pulang ke apartemenku. Selama ini aku melampiaskan kebutuhan biologisku dengan seorang perempuan asli Yunani dengan kulit kecoklatan eksotis…ia yang sekarang bestatus menjadi kekasihku. Aku akan meregangkan tubuhku yang sudah sangat pegal dan kaku. Sudah beberapa hari ini aku berkutik di depan layar computer mengerjakan tender ke
Seharian ini aku menghabiskannya dengan Andrew, ia benar-benar membuatku kewalahan. Walaupun hubungan kami hanya sebatas pelepasan tensi seksual semata…terkadang ia mengajakku mengobrol di sela-sela aktivitas ranjang kami. Apakah aku merasa disukai olehnya? Tidak. Apakah aku merasa digunakan? Ya.Saat aku sedang menyesap sebuah kopi hangat yang dipesan Andew sore tadi..aku duduk di balkon hotel sambil memandang matahari terbenam, aku melihat keindahan ciptaan Tuhan itu dengan kehangatan kopi..hanya itu. Andrew masih dengan laptopnya terbuka dan duduk bersila. Entah kenapa hatiku seakan mencelos dan hampa saat ini. Aku merasa kesepian… sendiri.Aku mengungkapkannya kepada Andrew saat itu juga, kalau aku masih menyimpannya…aku yang akan lebih dalam terluka.“Andrew…aku sudah tak merasa nyaman dengan hubungan ini.” Ucapku padanya saat itu.“Lal
Aku diantar menuju bandara, anak buah Balthier tak berbicara sama sekali, mereka hanya menyerahkan amplop yang berisi visa, tiket penerbangan dan beberapa jumlah uang. Aku menerimanya dengan senang hati. Aku berjalan melenggang di bandara, penerbanganku setengah jam lagi, aku langsung check-in dan menunggu dipersilahkan masuk ke dalam pesawat. Penerbangan akan sangat lama..mungkin aku akan tiba di Athena pagi hari. Aku membeli sebuah roti dan minuman hangat. Aku membutuhkannya agar perutku tak terlalu berdemonstrasi, karena memang belakangan ini jadwal makanku kacau balau. Aku menimbang berat badanku sudah turun total lima kilo, entah…sepertinya makanan apapun tak terasa nikmat di lidahku. Aku membeli sebuah roti isi dan sebuah kopi susu hangat.Ada sebuah pesan dari nomor yag kusimpan barusan. Nomor Balthier di Athena.‘Sudah sampai bandara?’ Ucap pesan itu.Aku tersenyum dan