“We almost there.” Ucap Ty. “Kau sudah beritahu iakan…tentang peraturan pack?”
“Ya. Sedikit.” Jawab Xander, aku menengok dengan wajah gugup. “Peraturan pack. Aku sudah bilang kan?” Aku memelototinya dan menggeleng kencang. “Kau sama sekali tak bilang apapun! Xander!” Protesku sedikit histeris. “Ah…tak usah kau jadikan beban. Perturan mudah seperti. Jangan memandang alpha tepat di matanya, lalu lua…maksudnya di sini ibuku. Dan memang sebainya kau tak usah bertemu dengannya sama sekali. Intinya kau harus berada di dekatku agar aman. Mereka adalah mahluk yang mudah teruslut emosi…jadi yaa…sebaiknya kau tetap di sampingku.” Jelas Xander santai. Aku kesal dan memukul lengan Xander dengan kencang, “Kenapa kau baru bilang sekarang!” “Kukira aku sudah bilang…aku lupa.. terlalu banyak yang terjadi.” “Jadi aku harus bagaimana?”<
Aku menginjakkan kaki di depan sebuah rumah bertingkat dua berwarna krem dan putih. Sebuah rumah yang sebenarnya sederhana, namuan dari luar, aku tahu pasti rumah ini sangat luas sekali. Ada beberapa pilar yang menyangga balcony di lantai dua. Sebuah balkon yang luas sampai ada beberapa tiang yang harus menyangga. Tepat di bawahnya adalah tempat mobil terparkir, di sebelah kana nada sebuah rumah yang lebih kecil dengan nuansa abu-abu. Sebuah rumah yang berkesan minimalis.“Ini adalah pack house, kalau itu adalah rumah pribadi ayahku.” Jelas Xander, aku hanya mengangguk.“Apa itu pack house?”“Rumah untuk para manusia serigala yang belatih intensive di sini. Mereka punya rumah sendiri…ayahku memastikan semua penduduknya memiliki rumah, tapi bisa dibilang di sini adalah mess…penginapan agar mobilitas mereka lebih baik. Dan para trainee lebih disiplin.”“Trainee?”“Petugas pa
Xander menyetting air agar kehangatannya pas, walaupun ia cukup menggangguku saat mandi, namun akhirnya kami bisa keluar dari kamar mandi dalam waktu sepuluh menit. Ya. Sebuah rekor…karena Xander hanya membantu menyabuni dan sedikit menggerayangiku, hanya itu dan tak lebih. Ia sepertinya paham bahwa kehadiran kami sebentar lagi akan diminta oleh sang empunya pack, alias ayahnya.Aku memakai sebuah kaus dan celana jeans untuk kupakai, Xander memandangku dari atas ke barah. Sebuah tatapan yang sulit diartikan.“Nadja. Aku sangat cantik seperti biasa…tapi apa kau keberatan kalau berganti pakaian yang sedikit formal?” Pinta Xander mengusap lenganku yang terbuka tak tertutup kaus.“Maksudnya? Kita kan mau bertemu ayahmu saja kan?” Tanyaku heran. Apakah bagi seorang manusia serigala…bertemu orang tua sendiri harus berdandan formal?“Ya. Ayahku. Tapi ini kali pertama kau bertemu denganya, aku yakin ia akan meny
Aku masih mematung di depan pintu besar di depanku. Xander mengetuk pintu dua kali, sampai terdengar suara serak dan kasar seorang pria.“Masuk!” Ucap suara itu memerintah.Aku memandang Xander dengan tanda tanya. “Apa kau yakin?” Xander tersenyum dan menggenggam tanganku lebih erat, ia tersenyum ramah.Xander berjalan masuk, aku mengikutinya dengan langkah kecil. Aku menundukkan wajah dan mengukir sebuah senyum kecil. Bukankah itu adalah perintah dai Ty?“Welcome Xander!” Kudengar beberapa orang berbicara dalam bahasa Inggis dan sebagian dengan bahasa Russia, kenapa ada banyak sekali suara di tempat ini, aku masih menunduk.Xander sedikit menarik tanganku, ia berbisik. “Angkat wajahmu. Mereka ingin melihat gadis yang berhasil menuri hatiku.” Bisiknya dengan suara pelan. Ada sedikit nada menggoda dalam suaranya.Aku mengangkat wajahku, menatap ke ruangan dan isi ru
“Kau tahu aku menyenmbunyikannya?” Tanya Charlie dengan wajah penasaran.“Ya. Just my insting. Aku tahu…kau pasti tak akan rela meninggalkannya begitu saja di luar pack. Kau akan lebih aman dan lega..kalau ia berada dalam jangkauanmu.” Ucap Xander mengungkapkan pendapatnya.“Well…Xander…Nadja. Aku mempercayai kalian, karena hanya kau yang memiliki otak yang normal dalam keluargaku. Balthier lebih mendukung ibunya yang gila itu. Nadja…karena kau bersama Xander…aku juga mempecayaimu. Duduklah dulu…aku ingin menceritakan sesuatu.” Ucap Charlie yang menyuruh kami duduk kembali. Sebenarnya Xander tadi seperti ingin mengajakku keluar.“Baiklah.”“Karen. Kutemukan di pack tetangga. Ia adalah seorang mate dari manusia serigala lain. Aku menemukannya dalam keadaan mengandung.” Ucap Charlie. Aku membuka mulutku secara reflek. Aku tak menyangka ada sebuah kisah cinta yangsangat tragis dalam dunia manusia serigala.
"Mmh...Xander, sebenarnya apa yang dilakukan ibumu sampai ia tak tinggal lagi di sini?" Tanyaku bermalas-malasan di pelukan Xander. Mereka berada di atas kasur dengan keadaan telanjang. Aku memainkan beberapa bulu halus di dada Xander."Bukan moment yang pas." Ucap Xander masih berusaha menormalkan detak jantungnya."Huft...kau selalu bilang begitu. Terus kapan pasnya?" Omelku. Sebentar lagi jam makan malam. Pasti kami dipanggil turun untuk makan bersama. Xander sudah mempertimbangkan itu. Jadi ia memilih bercinta habis-habisan, agar saat selesai kami dalam keadaan lapar berat...lalu makan. Kkeh...benar-benar mesum."Nanti malam. Moodku sekarang sedang bagus.""Terus nanti malam? Aku maunya sekarang." Keluhku kesal."Nope." Ia memejamkan matanya tak menggubris pintaku.A
Kami berusaha menormalkan wajah dan nafas kami. Aku tersenyum lebar, ternyata bukan hanya sang ayah yang duduk di sini. Ada beberapa pria dan wanita yang hadir. Aku juga bisa melihat Ty dan seorang pria muda yang sedang berbisik kepadanya."What take you so long?" Tany Charlie memandang menggoda ke arahku.Aku hanya tersenyum dan menunduk."Kau sudah tahu jawabannya Dad!" Jawab Xander tersenyum lebar.Aku duduk di samping Xander dan sudah melihat dengan air liur yang hampir menetes. Sebuah steak daging tebal yang berlumur saus lada hitam yang baunya menusuk hidungku. Aku tak berani mengambil garpu dan pisau untuk memulai santapan luar biasa ini. Bukankah sebuah perjamuan selalu diawali oleh sang pimpinan?Charlie berdeham. "Semua sudah lengkap. Silahkan dimulai makan malamnya." Ia tersenyum kecut dan mulai
Aku, seorang Balthier DeVille sudah sebulan..atau dua bulan..atau entahlah, aku bahkan sudah melupakan berapa lama aku mengurung diriku di kota dengan sejuta keindahan di lautan, Athens. Aku menyibukkan diriku dengan berbagai urusan bisnis, selama aku di sini…aku setidaknya berhasil memergoki beberapa kecurangan di dalam perusahaanku dan anak perusahaanku. Aku sudah melupakan perempuan yang bernama Lidya atau Nadja. Aku menghapus dua nama itu dalam kepalaku. Lidya membuatku gerah…sedangkan Nadja membuatku babak belur karena Xander yang ngamuk berat.Aku sedang di depan layar komputerku. Aku mencari data yang aku butuhkan untuk tender yang akan aku usahakan berada di genggamanku. Aku beberapa kali mengutus seorang mata-mata untuk mengetahui keberadaan Nadja..sesekali aku memantau Lidya, walau dengan setengah hati.Entah mengapa, aku merasa bersaing dengan Xander kalau berhubungan dengan Nadja, tapi memang s
“Sir…pria Jepang itu…sepertinya ada rencana untuk membuat tendermu gagal.” Ucap intel sewaanku.“Ha…tak mungkin, dalam hitungan detik aku bisa membuatnya hancur.” Ucapku sejujurnya, aku hanya perlu menelepon anak buahku untuk membunuhnya dalam sekejap. Keganasan seorang lycan tak perlu dipertanyakan lagi..bahkan kami bisa menghancurkan sebuah kota sebesar New York dalam hitungan jam seorang diri dan tanpa menggunakan senjata apapun. Aku membiarkan pria Mizugawa hidup sampai sekarang karena aku masih mempunyai rencana berhubungan dengannya.Aku berjalan dan berniat pulang ke apartemenku. Selama ini aku melampiaskan kebutuhan biologisku dengan seorang perempuan asli Yunani dengan kulit kecoklatan eksotis…ia yang sekarang bestatus menjadi kekasihku. Aku akan meregangkan tubuhku yang sudah sangat pegal dan kaku. Sudah beberapa hari ini aku berkutik di depan layar computer mengerjakan tender ke