Paris 2021
Kota Paris adalah salah satu dari puluhan kota yang indah di Prancis, tempat yang dikatakan sebagai salah satu tempat paling romantis. Kota yang menyajikan pemandangan indah dan akan sangat menyesal bila terlewatkan, bagi sebagian orang Paris adalah tempat pilihan untuk mereka berlibur, menata mimpi, atau tempat romantis yang sebagian pasangan pilih, menghabiskan momen manis dan malam panas bersama pasangan.
Permukiman penting bagi lebih dari dua milenium, Paris menjadi salah satu pusat bisnis dan budaya terdepan di dunia, campuran politik, pendidikan, hiburan, media, fashion, sains dan seni, semuanya membantu statusnya sebagai salah satu kota global terbesar di dunia.
Sama sekali tidak terlintas di benak Zee untuk bisa sampai ke Paris, niat awalnya ingin memulai hidup baru dan melanjutkan hidupnya ke masa yang lebih baik, berakhir ia yang terdampar di sini.
Zee duduk di depan wanita setengah baya yang sibuk memoles wajahnya dengan banyak make up. Ia menunggu membiarkan wanita tersebut melakukan pekerjaannya sebelum akhirnya suara bas dari laki-laki yang berjalan memasuki ruangan memecahkan keheningan.
"C'mon Zee kita take foto satu sesi lagi."
Zee tersenyum lalu berjalan mengikuti laki-laki tadi. Ia memposisikan dirinya di sebuah ruangan yang telah di atur sedemikian rupa—tempat untuk mengambil foto terakhir kalinya. Dengan balutan gaun pesta berwarna hitam ia berdiri di depan kamera. Wanita itu tampak cantik dengan polesan tipis juga gaun yang ia kenakan. Gaun terusan yang mengekspos bahu hingga kebagian belahan dada.
Ia berdiri tegak satu tangannya berada di pinggang, satu tangannya memegang satu tangkai bunga lily putih.
"Ya seperti itu, senyum sedikit jangan terlalu lebar, bagus, tahan posisi tegakkan bahu."
"Mata ke arah kamera, angkat dagu jangan terlalu tinggi, baik, ganti gaya."
Sesuai perintah ia bergeser dan memilih duduk di sebuah karpet beludru. Duduk menyamping dengan kakinya yang menekuk. Lampu flash kembali menyala, suara kamera juga instruksi dari sang fotografer menggema di seluruh ruangan. Ia kembali berganti posisi, setelah dua belas kali mengambil foto yang sesuai barulah sesi fotonya berhenti.
"Untuk ke depannya kita ganti lokasi outdoor."
Zee mengangguk ia berjalan perlahan menuju sang fotografer, ikut melihat hasil foto yang berhasil mereka ambil hari ini. "Foto ini tampak bagus, kau memang begitu pandai mengambilnya."
Tuan Dave—sang fotografer hanya tertawa kecil, ia menggeser slide foto berikutnya. "Semua foto yang ku ambil memang bagus, itu juga berkat model seperti mu."
Zee tersenyum lebar, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bagaimana sesi foto kali ini? Ku dengar ada kendala karena model sebenarnya berhalangan hadir. " Suara itu menjadi satu-satunya alasan penghuni ruangan serempak menoleh ke arah pintu. Di sana nampak laki-laki dengan setelan jas berjalan memasuki ruangan. Melihat atasan mereka hadir tak lupa memberikan salam, mereka menunduk sopan.
"Ah bukan masalah besar Tuan Ken, kami berhasil mengatasinya." Dave berdiri tepat di samping laki-laki bernama Ken.
"Kerja bagus," ucapnya pelan, matanya melirik ke penjuru arah sebelum bola mata abu itu menatap sesuatu di sudut ruangan seorang wanita bergaun Hitam yang menatapnya dengan senyum tipis.
"Siapa itu?" tanya Ken dengan suara berbisik.
Dave melihat ke arah mata Ken memandang, laki-laki itu tersenyum memperkenalkan wanita yang Ken maksud. "Zee Alessia model hari ini."
"Apakah dia pengganti model yang tidak datang pagi tadi?" tanya Ken lagi sambil terus menatap ke arah Zee. Di mata laki-laki tersebut Zee nampak berbeda, ada rasa penasaran dalam dirinya ketika menatapnya.
"Iya dia pengganti model apakah Tuan keberatan?" Dave menunduk takut. Ia tahu jika Ken termasuk ke dalam laki-laki selektif, ia bisa membayangkan dirinya akan terkena amukan sang Tuan muda jika pilihannya tidak sesuai.
Pernah beberapa kali Ken menolak model yang di rekomendasikan oleh koleganya karena hanya sebuah alasan sepele Ken langsung mendepak para model tersebut.
Setiap produk baru yang dikeluarkan perusahaan Ken harus mencari model untuk mempromosikan produk yang ia jual, dengan iklan atau promosi lainnya. Memilih model pun harus selektif. Perusahaan yang ia miliki termasuk perusahaan besar, tidak bisa sembarang memilih model. Bahkan Ken sama sekali tidak keberatan dengan model-model baru. Menurutnya wajah-wajah baru akan lebih menguntungkan selain karena belum terlalu familiar dengan adanya model baru akan lebih mudah menarik pembeli.
Ken menggeleng, "Sama sekali tidak, berikan semua data informasi milik Zee dan taruh di meja kerjaku sore ini juga," ucapnya dengan senyum lebar menyeringai, ia masih mengamati wanita yang kini sibuk pada dunianya.
Zee Alessia wanita yang menarik!
***
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan laki-laki yang duduk sambil mengamati kertas di tangannya. Mata itu melirik ke arah pintu yang tertutup. "Masuk." Perintahnya. Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki berkacamata di tangannya terdapat tumpukan kertas-kertas. Laki-laki tersebut menunduk memberi hormat, ia melangkah maju hingga posisinya berada tepat di hadapan Ken. Mereka berdiri dengan meja sebagai penghalang di tengah. Ken terlebih dahulu mengambil kertas-kertas yang sudah berada di atas meja.
"Jadi sudah dapet informasi tentang Zee?" tanya Ken.
Andrew mengangguk, "Sudah, aku mendapatkan beberapa informasi tentang wanita itu, berasal dari kota Villeurbanne dan bersekolah di Claude Bernard Lyon 1. Dia memiliki seorang kekasih, tidak ada yang tau pasti di mana keluarganya tinggal. Dia pernah berkerja paruh waktu di sebuah cafe dan menjadi kasir. " Andrew memberikan penjelas segala informasi yang ditemukannya.
"Hanya itu yang berhasil kau dapatkan?" Ken nampak sama sekali tidak puas dengan informasi yang diberikan Andrew. Ia begitu menginginkan informasi lebih bahkan detail-detail kecil dari Zee.
"Maaf Tuan tapi hanya itu, kehidupan Zee begitu tertutup, bahkan aku tidak bisa tau dimana keluarganya dan berasal dari mana. aku akan mencoba mencari tahu lebih banyak lagi."
Ken mengangguk, ia berjalan memutari meja kerjanya. "Jika perlu awasi dia setiap hari, lakukan dengan cepat!" Setelah mengucapkan itu Ken mengusir Andrew untuk segera pergi dari ruangannya. Ken berdiri di depan jendela kaca. Tersenyum menatap ke arah depan.
"Zee Alessia." Mengapa hanya pertemuan pertama berhasil membuatnya begitu penasaran, wajah cantik yang kini malah terbayang-bayang, tak lupa senyum tipis yang berhasil membuatnya terpukau. Ah sial membayangkan saja membuat ia memikirkan fantasi- fantasi lainnya. Tubuh itu seakan memberikan Ken dampak yang luar biasa, seakan tubuhnya begitu penasaran dan menginginkan Zee. Berapakali bertemu dengan banyak perempuan namun kali ini berbeda.
Ken tak begitu peduli jika ternyata Zee telah memiliki kekasih, ah tak penting. Yang penting kan tubuhnya.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Ken penasaran.
Ken duduk sambil memandang ke luar jendela. Pikirannya sudah melalang buana entah kemana. Ia masih sibuk pada kegiatannya hingga tak menyadari ada orang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf Tuan mengganggu."
Suara dari belakang membuat Ken menoleh cepat. Wanita muda berdiri dengan dikelilingi laki-laki mengenakan setelan jas mahal. "Mobil sudah siap, bisa kita berangkat sekarang?"
"Jam berapa rapat dimulai?"In
"Setengah jam dari sekarang, CEO dari perusahaan Midder telah sampai di Paris malam tadi, beliau ingin segera bertemu untuk bisnis pembangunan di kota Lyon."
"Hubungi Patrick untuk segera menyusul ke tempat rapat, pastikan jemputan untuk CEO dari perusahaan Midder telah disiapkan." Ken berucap tegas. "Dan kau Nate pastikan menyiapkan semua berkas-berkas kemarin, buat perusahan Midder mau menandatangani kontrak kerja apapun itu lakukan dengan baik."
"Baik Tuan."
"Tunggulah di bawah."
***
"Selamat untuk Zee atas majalah baru dari brand produk lokal yang populer, oh jangan lupakan ia menjadi model pakaian dari perusahaan."
"Benarkah? Beruntung sekali ah sayang sekali padahal aku sangat ingin, bagaimana hari pertama kerjamu apa menyenangkan?"
Zee—wanita yang menjadi pusat perhatian itu hanya tertawa kecil. "Kalian berlebihan, aku hanya sedang beruntung, hari pertama sangat menyenangkan, semuanya berjalan baik."
Beruntung? Beruntung sekali Zee karena mendapat tawaran untuk menjadi model dari sebuah perusahaan besar di Paris. Perusahaan yang banyak diidam-idamkan oleh orang-orang. Perusahaan sukses yang mengeluarkan puluhan juta produk per tahunnya. Bahkan ia sempat tidak percaya jika bisa bekerja di sana.
Sebuah perusahaan terkemuka, dan terkenal. Perusahaan yang bergerak di bidang permodelan. Setiap tahunnya De Angelo akan mengeluarkan produk-produk baru, berupa parfum, aksesoris, makeup, dan tentu saja tetap menjadi pesaing di segmen siap pakai-haute couture dengan estimasi nilai termahal.
Meja bundar diisi dengan kelima wanita yang sibuk berbincang ditemani paket lengkap makanan, ada beberapa botol wine juga minuman bersoda lainnya.
"Bagaimana tentang Ken? Apa kau bertemu dengannya? Yang ku tahu dia sangat tampan," ucap wanita berambut pirang, semua bersorak menyetujui menunggu Zee untuk bercerita tentang laki-laki yang disebutkan.
Yang dimaksudkan Ken bos barunya bukan? "Ken? Aku bertemu dengannya dan ku rasa dia memang tampan." Zee berucap dengan senyum tipis serta kedua pipi yang merah. Ucapan Zee mendapatkan sorakan dari teman-temannya mereka memuji tentang keberuntungan wanita tersebut karena berhasil bertemu dengan Ken—sang billioner Paris.
"Wow seperti yang media bicarakan, Ken memang super tampan."
"Sangat tampan sampai banyak wanita yang ingin menjadi pacarnya."
Zee mengangguk kecil, tak begitu tertarik dengan pembicaraan teman-temannya, Zee setuju dengan pernyataan jika Ken itu tampan, tetapi sepertinya teman-temannya terlalu melebihkan bos barunya. Siapa Ken sebenarnya sehingga mendapat pujian begitu luar biasa.
"Tampaknya ada yang memujiku terlalu berlebihan."
Penghuni meja langsung berhenti dari perbincangan mereka, serempak melirik ke asal suara. Lagi mereka juga menunjukkan raut wajah yang sama, begitu terkejut ketika mendapati sosok laki-laki dengan kemeja putih yang berdiri dengan senyum tipis.
"Ken?" salah satu wanita bergaun navy begitu terkejut melihat Ken yang tiba-tiba datang.
"Boleh aku bergabung?" Ken menawarkan diri dengan sopan. Semua setuju membiarkan Ken duduk di kursi kosong.
"Senang bertemu dengan kalian, terlebih aku lebih senang bertemu kembali denganmu Zee." Laki-laki itu tersenyum matanya yang tajam menatap wanita yang sejak tadi diam, tidak ada guratan rasa suka ketika melihat Ken yang datang raut wajahnya tak terbaca.
***
Ini cerita pertama yang aku buat, so i'm hope you enjoy, semoga suka, jangan lupa tekan bintangnya terimakasih ❤️
Hari kedua pemotretan masih berjalan lancar. Zee masih terus mendapatkan tawaran dari brand terkenal. Oh ayolah padahal ia bukan model sungguhan. Zee hanya terpaksa melakukannya karena tawaran Dave yang memohon pada Zee untuk menggantikan model yang kebetulan berhalangan hadir. Namun nampaknya kebetulan itu akan terjadi selama beberapa waktu. Belum genap ia menjadi model namun namanya sudah mulai dikenal. Wajahnya terpampang di majalah fashion terbaru. Bahkan dirinya menjadi ikon dari brand Prada. Bukankah itu fantastis? Wanita itu sekarang tampak cantik dengan busana crop top yang memperlihatkan perutnya. Sementara untuk celana ia memakai sebuah celana pendek. Tema pemotretan kali ini adalah baju untuk olahraga. Rambut panjangnya diikat kuda. Sementara wajahnya natural tanpa polesan make up sedikitpun, meskipun begitu ia tetap cantik. Yang mengejutkan dari pemotretan kali ini adalah datangnya Ken, jika
"Dasar laki-laki sialan! Memangnya dia siapa hingga bisa berselingkuh di belakangku?!" "Mengapa aku bisa jatuh cinta kepadanya?" "Melihatnya dengan wanita lain mengapa begitu menyakitkan?" Sudah berapa kali wanita yang duduk di kursi depan bar meracau dengan penampilan kacau, rambutnya berantakan, ia hanya mengenakan piyama bergambar beruang. Wajahnya merah dengan air mata yang berlinang. Suaranya serak mungkin karena terlalu lama menangis. Wanita itu sudah menegak lima botol wine tanpa henti, pikirannya kacau, ia butuh penenang, bahkan dirinya sama sekali tidak keberatan jika mabuk parah. Zee menangis tanpa henti orang-orang dalam bar hanya bisa menatapnya karena suara Zee yang terlalu keras. "Hei nona berhenti minum kau sudah mabuk." Zee tak peduli pada peringatan itu, ia menggeleng keras dengan mulut yang terus meracau tak jelas. "Tambah wine lagi."
Ken memutuskan membawa Zee ke apartemennya, ia tidak tau tempat tinggal pasti Zee, karena saat mengantarkan wanita tersebut Ken hanya menurunkannya di pinggir jalan. Ia menatap Zee yang tertidur di dalam mobil, setelah tadi di jembatan wanita itu muntah-muntah. Zee terlelap di kursi samping kemudi. Wajahnya begitu damai, tubuh kecilnya terbalut kemeja milik Ken. Ia bisa melihat wajah dengan kulit pucat tersebut, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir merah, dan wajah bulat yang nampak sangat cocok. Seperti seorang bayi, ia mendengkur halus dan meringkuk di kursi selayaknya janin. Ken masih merutuki aksi gila Zee tadi, jantungnya terasa akan melompat turun. Bahkan debaran jantungnya masih bisa ia rasakan hingga sekarang. Lututnya langsung lemas begitu berhasil memeluk Zee. Ada perasaan lega, ia mengucapkan syukur beberapa kali karena hampir terlambat. Mobil Ken masuk ke dalam hotel mewah, dengan perlahan ia turun dari kursi kemudi dan mengangkat t
Dalam hidup semua pasti membutuhkan sesuatu untuk bisa memuaskan apa yang kita mau, begitupun dengan Ken, Ken sudah mencari apa yang berhasil membuatnya puas, apa yang membuat sesuatu dalam dirinya merasa senang, uang? Baginya uang bukan segalanya, uang tidak mampu membuat dirinya senang, lalu apa? Setelah mencari-cari Ken menemukan sesuatu ia butuh sebuah sentuhan. Dirinya butuh seseorang yang bisa memuaskan hasratnya, hanya sekedar aktivitas seksual tidak akan ada cinta di dalamnya. Ken akan mencari wanita-wanita yang rela menjual tubuhnya, wanita menarik yang bisa ia ajak untuk menghabiskan malam panas bersama. Sampai Ken bertemu dengan Zee, wanita yang memikat seluruh perhatiannya, seolah tatapan matanya tak mau berhenti, dunianya berporos pada satu nama. Zee Alessia wanita cantik yang menjadi model di perusahaan. Ken dulu mungkin akan tertawa ketika mendengar jika Plan membicarakan tentang kisah cintanya, Plan yang bilang jika laki-laki tersebut jatuh cint
Semua orang berkumpul di ruang meeting, begitu juga dengan Zee, sebenarnya wanita itu terlalu malas mengikuti meeting, namun mau tak mau Zee harus ikut andil, di tambah laki-laki di sampingnya ini yang menjadi alasan Zee agar cepat-cepat bisa pergi. Wanita itu menatap jengah pada grafik presentasi di depannya, sementara suara Patrick yang sedang menjelaskan. Sebenarnya Zee tak terlalu memperhatikan. "Untuk ide kali ini sipiring summer, dengan tema pakaian musim panas, tema ini tidak terlalu trend di kalangan, tetapi ketika kita mencoba untuk memodifikasinya mungkin akan kembali menjadi trend mode." Ken tersenyum lebar, ia menatap wanita di sampingnya. Laki-laki tersebut bangkit dari duduknya lalu membenarkan jas yang ia kenakan. "Sedikit ide, ada baiknya jika kita menggabungkan beberapa model pakaian, jika fokus dengan satu model maka kita akan kehilangan basis pelanggan secara signifikan, jadi kita bisa memperluas audiens dengan menggab
Dentuman musik serta kelap-kelip lampu warna-warni, Zee tersenyum diantara banyaknya kumpulan orang-orang yang menari, wajah merah itu menampilkan senyuman lebar ketika menatap tubuhnya yang ikut bergoyang sesuai dengan irama musik, tangan kirinya terangkat ke udara ikut bergoyang seirama dengan tubuhnya. Zee bahkan tampak tidak menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian, selain karena wajahnya cantik yang mengundang tatapan tertarik dari laki-laki dalam club, orang-orang juga ikut mendekat dan mengepung tubuhnya dalam sebuah lingkaran, mereka berpikir jika Zee begitu asik saat menari dan terlihat memukau karena tampak menikmati, beberapakali tubuhnya ikut terdorong hingga menabrak beberapa orang di sekelilingnya, namun dengan cepat Zee mengembalikan posisi dan menari kembali. Wanita itu terkesiap ketika sebuah tangan yang dengan sengaja menyentuh bagian belakang tubuhnya. Namun Zee tidak marah, kepalanya menoleh ke belakang mencari siapa pemilik tangan tersebut. "
Happy Reading *** Kaki Zee melangkah di sepanjang jalan kota Paris, wanita itu berjalan dengan langkah perlahan, tubuhnya beberapa kali limbung, jalanan kota sepi karena malam semakin larut, hanya ada lampu-lampu kota yang menerangi, kepalanya menatap ke depan dengan pandangan kosong, pikirannya terbagi ke beberapa arah. Tanpa tau ia mau pergi kemana, hanya mengandalkan insting Zee terus melangkah, membiarkan angin malam menyapu rambutnya yang terurai. Ia lupa jika angin dingin semakin menusuk lengannya, karena malam ini Zee memakai kaos tanpa lengan. Efek alkohol membuat kepalanya pening, untung saja Zee hanya meneguk satu gelas minuman tersebut, jika ia mabuk berat Zee tidak yakin bisa pulang dari club dengan selamat. Ia bergumam beberapa kali, menyebutkan nama Erick sebelum akhirnya air mata Zee kembali membasahi pipi. Tetapi dengan cepat tangannya langsung menghapus air mata itu, sudah cukup
Sinar matahari masuk lewat celah-celah jendela kamar yang terbuka, mengusik seorang wanita yang masih terlelap. Keningnya mengerut, perlahan kedua matanya terbuka dan ia langsung bisa merasakan sinar yang menganggu penglihatannya. Tubuhnya sedikit merenggang sembari tatapan mengedar. Ia terdiam sebentar. Ini bukan kamarnya, lalu Zee menatap ke samping, di sana terbaring seorang laki-laki dengan posisi telengkup. Punggungnya yang polos bisa Zee lihat karena selimut hanya menutupi sebatas pinggang. Tanpa Zee bertanya ia sudah tau siapa pemilik punggung tegap tersebut, dan Zee tentunya sangat tidak terkejut kali ini. Semalam dirinya memang sedikit mabuk tetapi ingat betul apa yang mereka lakukan. Aktivitas panas yang membawa Zee hingga berada di sini. Ia tatap laki-laki di sampingnya yang kebetulan sekali wajah Ken menoleh ke arahnya. Ia perhatikan bagaimana pahatan wajah sempurna yang laki-laki itu miliki, oh tetapi tidak dengan sifat brengsek Ken yang masih melekat padanya,
Bagaimana bisa kau mendapatkan luka sebanyak ini?" Bella mendengus kesal melihat luka-lukanya di wajah Ken, laki-laki itu memang arogan dan pemarah, sering kali terlibat perkelahian tetapi baru kali ini Bella mendapatkan Ken dengan luka-luka di wajahnya.Bella mendekatkan wajahnya, wanita itu meniup luka di wajah Ken, lalu tangannya mengambil kapas yang berada di laci kamar Ken, tak lupa ia menuangkan cairan alkohol. Ken mendesis pelan ketika merasakan perih ketika cairan alkohol mengenai lukanya, keduanya matanya terpejam dengan bibir yang terbungkam.Bella menatap wajah itu sambil fokus mengobati luka Ken, tidak ada pembicaraan di antara keduanya selain aktivitas yang Bella lakukan sementara Ken yang hanya duduk diam."Kau mendapatkan luka ini darimana?" tanya Bella lagi."Berkelahi.""Dengan siapa?" Laki-laki itu menghembuskan nafas berat." Laki-laki asing dan saat itu aku sedang mabuk." Ken tidak mungkin bilang yang sebenarnya tentang luka di wajahnya, lebih baik ia berbohong di
Happy reading***Zee tak pernah punya pikiran akan terjebak pada situasi membingungkan bersama seorang Ken Algarev Dinson, hubungan yang awalnya hanya sebatas one night stand semakin rumit kala tanpa sengaja dirinya masuk berita sebab terekam jelas sedang bersama Ken dalam kegiatan yang tak seharusnya, entah apa yang ada dipikirannya saat itu, lagipula bagaimana dari sekian banyaknya laki-laki yang ia temui harus Ken orang yang paling tidak Zee harapkan, Zee juga tidak mengenal sang billioner Paris sebelum malam itu, malam terjadinya perubahan besar dalam hidupnya.Wanita itu memijat pelipisnya yang sedikit pusing, sudah dua hari kepalanya tak berhenti memikirkan Ken, wajah laki-laki tersebut terbayang-bayang di otaknya, Zee benci ketika harus mengingat kembali senyum menyebalkan milik laki-laki yang diagungkan oleh banyak wanita, senyum yang katanya mempesona. Sial, bibirnya langsung mengumpat, kepalanya ia letakkan di atas meja, pipinya merasakan dinginnya permukaan meja yang terk
Happy reading***Setelah hari itu semuanya berubah Zee maupun Ken menyadari mereka memiliki perubahan—bukan soal status ataupun hal lainnya, jika ditanya perubahan apa yang mereka berdua alami, masing-masing dari mereka tidak memiliki jawaban yang tepat karena mereka juga bingung harus menjawab pertanyaan tersebut. Hubungan keduanya masih sama seperti biasanya, sebatas partner kerja di kantor, jika soal tersebut memang tidak ada yang berubah. Hubungan mereka masih sama. Tetapi atmosfer yang Zee rasakan berbeda. Rasanya yang berbeda, perasaan Zee yang semula biasa saja semuanya berubah. Zee masih sering menjalankan aktivitas seperti biasanya, pergi kuliah, kerja sebagai model, menghabiskan waktu sendiri, dan ia juga masih tinggal di apartemen mewah milik Ken. Tidak ada kejelasan atau pembahasan tentang hubungan keduanya selain drama kontrak yang Ken minta. Semuanya masih berjalan dengan kepura-puraan, Zee yang terkadang harus menjadi kekasih pura-pura Ken di depan media. Ya mereka
Happy reading***Zee masih berdiam diri di tempat, tatapan matanya kosong menatap satu objek pemandangan di depannya, sebuah kaca besar yang berada di kelas yang menampilkan pemandangan kota dengan hiruk pikuk kehidupan orang-orang di Paris, pagi ini ia memakai kemeja hitam dipadukan celana Levis panjang berwarna abu-abu, rambutnya diikat asal, ketika matanya menatap ke arah jendela, fokusnya teralihkan pada sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tidak asing, melihat postur itu membuat Zee memikirkan satu nama. Ken Algarev Dinson.Otaknya langsung memikirkan kejadian saat malam hari, di mana Ken yang menemuinya di bar, rasanya sangat amat aneh melihat perubahan pada diri laki-laki tersebut. Semuanya terjadi begitu cepat hingga membuatnya terkejut sampai-sampai otaknya tidak bisa berpikir dengan jelas, karena Ken sukses membuat perasaannya berantakan. Sepanja
Happy reading***Zee mengaduk minumannya dengan tatapan datar. Matanya melirik seisi bar yang ramai pengunjung karena hari semakin malam, wanita tersebut duduk dengan anggun, di depannya ada Evelyn yang masih sadar karena belum menyentuh alkohol sama sekali, berbeda dengan Zee yang sudah menghabiskan dua botol wine. Wajahnya bahkan memerah dengan tatapan mata sayu."Berhenti Zee!" tangan Evelyn langsung menarik Zee yang akan kembali menuangkan botol ketiga ke dalam gelas, Evelyn langsung memasang wajah galak sambil menatap kesal ke arah wanita di depannya. "Jangan mabuk, please for this night.""Why?" tanya Zee heran. "Bukannya di bar emang harus menikmati setidaknya segelas wine?" Zee tertawa kecil sambil menatap Evelyn dengan tatapan geli. Evelyn menatap Zee datar, ia tau ada yang berbeda dari Zee, meskipun wanita tersebut tidak cerita kepadanya, tetapi yang Evelyn tangkap Zee sedang ada dalam masalah, mana mungkin Zee akan mengajaknya pergi ke bar? Ka
Happy reading***Zee baru tau jika ada laki-laki yang sama brengseknya dengan Erick, ia pikir Ken tidak seperti itu-meninggalkan Zee dalam keadaan telanjang setelah menikmati malam panas lalu laki-laki tersebut pergi begitu saja dan hanya mengucapkan kaliamat 'selamat tinggal'. Umpatan-umpatan kecil ia layangkan kepada sosok yang sekarang menampakkan diri, untuk melihat laki-laki tersebut saja rasanya muak, rasa benci, kesal, marah, dan dendam membuat Zee semakin malas bertemu Ken. Sebenarnya yang membuat ia semakin kesal adalah perubahan dirinya sendiri, sejak Ken meninggalkannya Zee merasa sedikit ... sepi. Ken tidak lagi menggodanya seperti dulu, bahkan pagi ini mereka tidak mengobrol, yang Zee tau mungkin Ken memang sengaja menghindar.Ken tidak tau diri, semalam setelah meninggalnya kini laki-laki tersebut berdiri dengan senyum mengembang. Really? Yang benar sa
Sebelum membaca aku ingatkan cerita ini ada unsur dewasanya. So happy reading***"I want to play with you!" Zee menggeleng, ia tak mau, tangannya mendorong dada Ken lagi namun sialnya laki-laki tersebut semakin menghimpitnya membuat Zee tak punya peluang untuk kabur dari cengkeraman laki-laki yang menatapnya penuh nafsu. Oh my God! Zee ingin sekali kabur, demi apapun ia tak siap melihat Ken yang seperti ini, iblis itu menatapnya tajam dengan senyuman kecil yang menyeramkan, detik berikutnya Ken kembali menyatukan bibirnya, melumat bibir Zee penuh nafsu. Zee kewalahan, ia menepuk dada Ken karena kehabisan oksigen, laki-laki di depannya mencium bibirnya dengan kasar dan penuh tuntutan. Zee tidak bisa menyebutnya sebagai ciuman karena laki-laki di depannya melahap habis mulutnya hingga ia tak bisa berbicara, lidahnya dibelit, bahkan Zee tidak bisa menikmati ciuman mereka, yang ia rasakan bahwa Ken sedang dalam kondisi penuh 'nafsu' tangan Zee meng
Happy reading***Di kediaman Dinson, tiga laki-laki muda tengah duduk di sebuah ruangan khusus, sebuah ruangan yang sengaja di desain untuk menyimpan minuman alkohol. Di tengah ruangan terdapat sebuah sofa yang mengelilingi meja yang berada di tengah-tengahnya. Tiga orang laki-laki tersebut duduk sambil menikmati segelas vodka, ditemani angin malam yang berhembus melalui jendela yang terbuka hingga gorden putih terbang melambai."Bagaimana hubunganmu dengan Zee?" tanya Plan menatap Ken yang duduk sambil memainkan MacBook di tangannya, mata tajamnya menatap benda tersebut dengan serius, di tangan kanannya terselip sebuah nikotin, Ken menghisap benda itu lalu asap langsung keluar dari bibir dan hidungnya, asapnya mengepul di dalam ruangan. Kepala laki-laki tersebut menoleh menatap Plan yang menunggunya untuk menjawab pertanyaan."Kau berharap apa? Aku pacaran dengan Zee?" tanya Ken dengan tawa hambar. Setelah dipikir-pikir sulit juga mendapatkan w
Happy reading***Setelah melakukan pertemuan dengan keluarga Dinson, Ken mengajak Zee untuk pergi ke sebuah tempat, mengajak wanita tersebut berjalan-jalan di sekitar Paris, sebenarnya Zee masih sedikit kesal dengan laki-laki yang berjalan di sampingnya, Ken yang memaksa dirinya untuk pergi ke rumah laki-laki tersebut, berakhir dengan Zee yang bertemu dengan keluarga Dinson. Pertemuan mereka tidak buruk, Zee pikir keluarga Dinson tipikal keluarga yang selalu memandang orang dari derajatnya, maksudnya orang-orang kaya pasti akan lebih selektif dalam memilih sahabat atau pasangan. Zee pikir dirinya akan dipandang rendah karena bisa dibilang ia bukan siapa-siapa, hanya seorang wanita biasa yang berasal dari kota kecil dan kebetulan menjadi model De Angelo.Itu yang awalnya Zee pikir tentang keluarga Dinson, tetapi pikiran buruknya hilang ketika tau ia begitu disambut dan dilayani dengan baik, selama makan malam yang