Hari kedua pemotretan masih berjalan lancar. Zee masih terus mendapatkan tawaran dari brand terkenal. Oh ayolah padahal ia bukan model sungguhan. Zee hanya terpaksa melakukannya karena tawaran Dave yang memohon pada Zee untuk menggantikan model yang kebetulan berhalangan hadir. Namun nampaknya kebetulan itu akan terjadi selama beberapa waktu. Belum genap ia menjadi model namun namanya sudah mulai dikenal. Wajahnya terpampang di majalah fashion terbaru. Bahkan dirinya menjadi ikon dari brand Prada. Bukankah itu fantastis?
Wanita itu sekarang tampak cantik dengan busana crop top yang memperlihatkan perutnya. Sementara untuk celana ia memakai sebuah celana pendek. Tema pemotretan kali ini adalah baju untuk olahraga. Rambut panjangnya diikat kuda. Sementara wajahnya natural tanpa polesan make up sedikitpun, meskipun begitu ia tetap cantik.
Yang mengejutkan dari pemotretan kali ini adalah datangnya Ken, jika biasanya laki-laki akan melihat hasil pemotretan lewat foto yang dikirim Dave, namun kali ini ia rela duduk berjam-jam memperhatikan sang model yang melakukan macam-macam pose. Bahkan ia sangat terlihat begitu tertarik. Sejak dua jam lamanya Ken sama sekali tidak mengeluh, ia juga tidak merasa bosan, ia malah menikmati bagaimana wanita itu melakukan aktifitasnya. Matanya menatap dengan pandangan berbinar. Senyum simpul terbit kala melihat wajah Zee yang bersinar karena keringat.
"Berhenti sebentar aku rasa posisinya ada yang salah."
Ken berdiri, ia berjalan menuju sang model. Ditatapan Zee yang berdiri dengan memegang sebuah tongkat golf. Laki-laki itu berjalan memutari tubuh Zee matanya seolah meneliti.
"Harusnya seperti ini." Ken berdiri tepat di belakang Zee, tangannya membenarkan tangan Zee yang memegang tongkat golf, jika di lihat dari depan posisi mereka seperti Ken yang memeluk Zee dari belakang.
"Rileks," seru Ken pelan sambil mengelus pinggang Zee seduktif, ia mencuri kesempatan dengan menyentuh kulit Zee. Sontak hal itu mendapat tatapan tajam dari Zee. Ia berseru hendak menghentikan aksi Ken.
Dari jarak sedekat ini Ken bisa mencium aroma memabukkan dari leher milik Zee. Ia merasa begitu bergairah ketika aroma itu semakin menusuk ke hidungnya. Bukan aroma parfum yang terlalu menyengat, bukan pula parfum buah-buahan yang segar. Tetapi jenis aroma ini berbeda dari aroma yang pernah ada. Begitu menenangkan dan manis. Ia menyukai aroma dari tubuh Zee.
Mati-matian laki-laki tersebut tidak menyerang leher Zee dengan langsung mencumbu bagian tersebut. Ia menahan sekuat tenaga agar bisa bersikap normal. Tetapi tubuh di depannya seakan menggoda, memanggilnya untuk dicium dan disentuh.
"You're so beautiful, amazing, and sexy." Ken berbisik di telinga Zee.
Zee merasa sekujur tubuhnya merinding, ia bisa merasakan hembusan nafas hangat yang menerpa lehernya. Matanya was-was mengawasi aksi gila laki-laki di belakangnya yang masih mengelus perut Zee dengan gerakan pelan. Mata Zee lalu menatap ke arah Dave. Laki-laki itu tengah sibuk di sudut ruangan, ia hanya bisa melihat punggung Dave karena posisi Dave yang memunggunginya. Sementara yang lainnya nampak sedang berada di luar. Samuel yang biasanya mengatur make up dan stylish nampak tidak ada. Sial-sial Zee benci dengan situasi ini. Harusnya ia tidak terjebak dalam pekerjaan ini, apalagi bersama bos baru yang begitu kurang ajar. Ingin rasanya ia menampar wajah menyebalkan tersebut. Tetapi otaknya masih waras, ia tak mau membuat keributan.
Zee mendorong tubuh Ken dengan sikunya. Tubuh laki-laki itu terhuyung ke belakang. "Berhenti, atau ku laporkan kau!"
Ia merasa langsung tidak menyukai ketika melihat wajah Ken.
Ken tertawa kecil, Zee di matanya nampak lucu, wajah pucat itu nampak cantik berkali-kali lipat ketika sedang ketakutan. "Kau semakin cantik ketika sedang marah." Ken mengusap pelan bahu Zee sebelum akhirnya laki-laki itu kembali beranjak untuk duduk.
"Dave lanjutan kembali," ucap Ken dengan senyum tipisnya.
"Oh iya di mana Samuel?"
"Sedang keluar."
"Panggil dia kurasa model kita wajahnya pucat, beri polesan make up sedikit."
***
"Ingin pulang bersama? Biar ku antar." Tawaran itu begitu menggiurkan, mungkin orang lain akan suka rela menerima tawaran dari Ken. Tetapi tidak bagi Zee.
"Sudah terlalu larut, tidak ada taksi yang lewat." Ken masih berusaha untuk tenang, ia melihat Zee lewat kaca pintu mobil yang terbuka. Wanita itu tidak menoleh sedikitpun matanya melirik ke arah jalanan yang lumayan sepi karena hari sudah terlalu larut. Dalam hatinya ia berharap ada taksi kosong yang lewat hingga Zee tak perlu menerima tumpangan Ken.
Bayangan Ken yang tadi menggodanya membuat Zee takut untuk menerima tawaran bosnya tersebut. Tidak ada yang tau jika nanti saat di mobil Ken melakukan hal yang macam-macam.
"Di sini bahaya jika seorang wanita sendirian malam-malam, kau tau? Ini daerah rawan."
Zee berdecak, tangannya membuka pintu mobil lalu duduk di kursi. Matanya melirik Ken yang sepertinya sangat senang.
Ken bersorak gembira, tentunya ia tak mau menunjukkan tanda bahwa ia begitu senang melihat Zee duduk di sampingnya. Ia bisa dengan leluasa memandang wajah tersebut. Jika biasanya Ken menatap Zee lewat layar. Namun hari ini Ken berhasil memandang wajah wanita yang membuatnya penasaran.
Zee Alessia sejak kedatangannya kemarin Ken merasa Zee tampak begitu berpengaruh pada dirinya. Ia pernah mendengar jika seseorang bisa membuat kita bergairah, entah itu hormon, aroma, sepertinya Zee berhasil membuatnya penasaran. Setiap berdekatan dengan perempuan tersebut Ken bisa merasakan ada rangsangan hebat. Bahkan dirinya bisa memanas hanya karena sebuah sentuhan! Ia belum pernah merasakan perasaan ini sama sekali. Semua mantan pacarnya belum berhasil memberikan perasaan tersebut. Ia bisa merasakan ada sengatan listrik ketika kulit mereka tidak sengaja bersentuhan. Rasa itu semakin menambah meletup-letup dalam dirinya hingga mendadak kepalanya terasa pening.
Ia merasa dirinya begitu penasaran, mungkin setelah rasa penasaran itu menghilang Ken yakin jika ia akan bisa kembali seperti semula. Ini hanya bentuk rasa penasaran.
"Di mana rumahmu?" tanya Ken.
"Aku kost di kota Villeurbanne."
Kost? Ken pikir Zee adalah tipe seorang wanita yang ingin hidup mewah. Namun sepertinya wanita tersebut termasuk dalam katagori rakyat biasa. Bisa dilihat dari pakaian yang sederhana.
"Lalu kau masih bersekolah?"
Zee menatap Ken sebal, mengapa laki-laki tersebut mengajukan banyak pertanyaan? Ia tidak menyukai hal tersebut.
"Aku hanya ingin tau model baru i perusahaan seperti apa, apa itu salah?" Ken tau maksud dari tatapan Zee.
Sangat salah karena kau terlalu berisik batin Zee sambil menatap jalanan di depannya.
"Ya aku bersekolah, memangnya kenapa?"
"Nothing hanya bertanya."
Selanjutnya suasana kembali hening, Zee tampak tenang duduk di mobil sementara Ken begitu fokus menyetir. Mereka melewati jalanan kota Paris yang sepi. Hanya dihiasi lampu-lampu jalanan juga lampu dari gedung-gedung tinggi.
"Turunkan aku di depan."
Ken mengernyit, tempat tinggal Zee masih cukup jauh dari sini. Namun mengapa wanita itu memilih untuk turun di pinggir jalan seperti ini?
"Mobil tidak akan bisa masuk, jalannya kecil, lebih baik aku berjalan karena jaraknya tak begitu jauh."
Ken mengangguk ia menghentikan mobilnya. Laki-laki itu bersiap membuka seatbelt ketika melihat Zee akan membuka pintu mobil.
"Biar ku antar." Ken bergegas ingin ikut turun namun wanita itu menghentikannya.
"Tak perlu, terimakasih dan selamat malam."
***
Lampu-lampu menyala, suara musik terdengar begitu kencang. Asap rokok serta aroma alkohol menjadi sambutan ketika langkah kakinya bergerak memasuki bar yang ramai. Orang-orang menari di lantai. Pemandangan-pemandangan yang selalu terlihat ketika memasuki tempat tersebut. Banyak pasangan yang saling menari, berciuman, bahkan melakukan hal lainnya.
Banyak orang yang menghabiskan waktu di sini dengan beberapa gelas alkohol.
Begitu juga dengan Ken, laki-laki itu melangkah santai masih dengan setelan kantornya ia berjalan dengan langkah ringan untuk sampai ke meja yang kosong. Ken tersenyum tipis ketika kedatangannya disambut oleh dua laki-laki yang terlebih dahulu datang. Di meja mereka terdapat banyak botol alkohol kosong. Ada juga rokok dan macam-macam makanan ringan.
"Hei bro!" seru laki-laki yang tak kalah tampan darinya. Ia duduk dengan seorang wanita yang duduk di pangkuannya.
"Pesan beberapa minuman yang kau suka, biar aku yang bayar." Laki-laki itu tersenyum sangat lebar. Wajahnya merah hingga ke leher, bisa dilihat dari bicaranya yang semakin melantur laki-laki tersebut telah mabuk berat.
"Berapa botol yang telah dia habiskan?" tanya Ken pada laki-laki lainnya.
"Sepuluh mungkin."
Dasar gila! Sepertinya sepupu Ken memang benar-benar tidak waras.
"Bodoh!" seru Ken dengan mata melirik ke arah laki-laki yang sekarang pergi dengan menggandeng wanita. Langkah laki-laki tersebut sempoyongan, beberapa kali menabrak kursi atau orang di sekitarnya. Bibirnya terus meracau tidak jelas.
"Plan patah hati, pacarnya berselingkuh dengan laki-laki muda."
Ken tertawa, mengapa sepupunya bisa begitu bodoh. Hanya karena seorang wanita bisa terlihat mengenaskan seperti ini. Plan itu tampan, kaya, anak dari keluarga terpandang, setia, bisa-bisanya dia diselingkuhi.
"Biarlah maka dari itu aku mengajaknya ke sini. Mungkin ia butuh hiburan. Sekalian aku juga butuh melepas stress setelah seharian bekerja."
Jika Plan laki-laki setia dengan sifat lembut yang dimilikinya berbeda dengan Arthur, Ken dan Arthur memiliki sifat yang sama, playboy, mereka akan berkencan dengan wanita yang berbeda. Kalangan artis, model yang memiliki tubuh seperti gitar spanyol, atau kalangan atas yang sama seperti mereka.
"Baiklah, kau di sini sendiri, aku ingin menemui pacar baruku."
"Lagi? Berapa kali kau berpacaran Minggu ini?"
"Setidaknya ada empat wanita yang berhasil aku kencani, dan kau tau wanita yang keempat sangat seksi, kalo kau mau aku bisa berbagi, sepupu yang baik bukan?"
Ken memutar bola matanya, ia menggeleng. "Shit, aku tidak akan pernah mau bekas dirimu."
Arthur tak menjawab, ia meninggalkan Ken sendirian di tengah bar, sementara ia pergi ke lantai dua menemui pacar katanya.
Di sini Ken duduk sambil memandangi sekeliling, ia masih belum ingin memasang apapun, beberapa menit ia berdiam sendiri, seorang wanita cantik dengan gaun pendek berwarna hitam melekat di tubuhnya, wanita itu berjalan dengan senyum tipis. Ia menatap Ken berbinar seperti seekor serigala yang menemukan mangsanya.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Sure."
Ia duduk di samping Ken setelah mendapat persetujuan. Wanita itu tersenyum lebar menatap wajah laki-laki di sampingnya.
"Kau sendiri di sini?"
"Ya begitulah."
"Boleh aku menemani?"
Ken terdiam sebentar, ia memandang wanita itu sebelum tersenyum lebar. "Menemani di sini? Atau menemani di ranjang?"
Wajah wanita itu memerah seperti tomat, kepala menunduk, ia tertawa kecil dengan tangan yang menutupi mulutnya.
"Jika tak keberatan."
"Sama sekali tidak."
Selanjutnya Ken menarik pinggang wanita di sampingnya untuk duduk di pangkuannya. Tangannya langsung menyusuri punggung wanita tersebut. Ia memberi rangsangan menggoda. Wajahnya mendekat mencium lembut bibir merah di depannya sebelum lidahnya bergerak masuk menyusuri mulut wanita di depannya.
***
To be continued, jangan lupa tekan bintangnya terimakasih ❤️
"Dasar laki-laki sialan! Memangnya dia siapa hingga bisa berselingkuh di belakangku?!" "Mengapa aku bisa jatuh cinta kepadanya?" "Melihatnya dengan wanita lain mengapa begitu menyakitkan?" Sudah berapa kali wanita yang duduk di kursi depan bar meracau dengan penampilan kacau, rambutnya berantakan, ia hanya mengenakan piyama bergambar beruang. Wajahnya merah dengan air mata yang berlinang. Suaranya serak mungkin karena terlalu lama menangis. Wanita itu sudah menegak lima botol wine tanpa henti, pikirannya kacau, ia butuh penenang, bahkan dirinya sama sekali tidak keberatan jika mabuk parah. Zee menangis tanpa henti orang-orang dalam bar hanya bisa menatapnya karena suara Zee yang terlalu keras. "Hei nona berhenti minum kau sudah mabuk." Zee tak peduli pada peringatan itu, ia menggeleng keras dengan mulut yang terus meracau tak jelas. "Tambah wine lagi."
Ken memutuskan membawa Zee ke apartemennya, ia tidak tau tempat tinggal pasti Zee, karena saat mengantarkan wanita tersebut Ken hanya menurunkannya di pinggir jalan. Ia menatap Zee yang tertidur di dalam mobil, setelah tadi di jembatan wanita itu muntah-muntah. Zee terlelap di kursi samping kemudi. Wajahnya begitu damai, tubuh kecilnya terbalut kemeja milik Ken. Ia bisa melihat wajah dengan kulit pucat tersebut, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir merah, dan wajah bulat yang nampak sangat cocok. Seperti seorang bayi, ia mendengkur halus dan meringkuk di kursi selayaknya janin. Ken masih merutuki aksi gila Zee tadi, jantungnya terasa akan melompat turun. Bahkan debaran jantungnya masih bisa ia rasakan hingga sekarang. Lututnya langsung lemas begitu berhasil memeluk Zee. Ada perasaan lega, ia mengucapkan syukur beberapa kali karena hampir terlambat. Mobil Ken masuk ke dalam hotel mewah, dengan perlahan ia turun dari kursi kemudi dan mengangkat t
Dalam hidup semua pasti membutuhkan sesuatu untuk bisa memuaskan apa yang kita mau, begitupun dengan Ken, Ken sudah mencari apa yang berhasil membuatnya puas, apa yang membuat sesuatu dalam dirinya merasa senang, uang? Baginya uang bukan segalanya, uang tidak mampu membuat dirinya senang, lalu apa? Setelah mencari-cari Ken menemukan sesuatu ia butuh sebuah sentuhan. Dirinya butuh seseorang yang bisa memuaskan hasratnya, hanya sekedar aktivitas seksual tidak akan ada cinta di dalamnya. Ken akan mencari wanita-wanita yang rela menjual tubuhnya, wanita menarik yang bisa ia ajak untuk menghabiskan malam panas bersama. Sampai Ken bertemu dengan Zee, wanita yang memikat seluruh perhatiannya, seolah tatapan matanya tak mau berhenti, dunianya berporos pada satu nama. Zee Alessia wanita cantik yang menjadi model di perusahaan. Ken dulu mungkin akan tertawa ketika mendengar jika Plan membicarakan tentang kisah cintanya, Plan yang bilang jika laki-laki tersebut jatuh cint
Semua orang berkumpul di ruang meeting, begitu juga dengan Zee, sebenarnya wanita itu terlalu malas mengikuti meeting, namun mau tak mau Zee harus ikut andil, di tambah laki-laki di sampingnya ini yang menjadi alasan Zee agar cepat-cepat bisa pergi. Wanita itu menatap jengah pada grafik presentasi di depannya, sementara suara Patrick yang sedang menjelaskan. Sebenarnya Zee tak terlalu memperhatikan. "Untuk ide kali ini sipiring summer, dengan tema pakaian musim panas, tema ini tidak terlalu trend di kalangan, tetapi ketika kita mencoba untuk memodifikasinya mungkin akan kembali menjadi trend mode." Ken tersenyum lebar, ia menatap wanita di sampingnya. Laki-laki tersebut bangkit dari duduknya lalu membenarkan jas yang ia kenakan. "Sedikit ide, ada baiknya jika kita menggabungkan beberapa model pakaian, jika fokus dengan satu model maka kita akan kehilangan basis pelanggan secara signifikan, jadi kita bisa memperluas audiens dengan menggab
Dentuman musik serta kelap-kelip lampu warna-warni, Zee tersenyum diantara banyaknya kumpulan orang-orang yang menari, wajah merah itu menampilkan senyuman lebar ketika menatap tubuhnya yang ikut bergoyang sesuai dengan irama musik, tangan kirinya terangkat ke udara ikut bergoyang seirama dengan tubuhnya. Zee bahkan tampak tidak menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian, selain karena wajahnya cantik yang mengundang tatapan tertarik dari laki-laki dalam club, orang-orang juga ikut mendekat dan mengepung tubuhnya dalam sebuah lingkaran, mereka berpikir jika Zee begitu asik saat menari dan terlihat memukau karena tampak menikmati, beberapakali tubuhnya ikut terdorong hingga menabrak beberapa orang di sekelilingnya, namun dengan cepat Zee mengembalikan posisi dan menari kembali. Wanita itu terkesiap ketika sebuah tangan yang dengan sengaja menyentuh bagian belakang tubuhnya. Namun Zee tidak marah, kepalanya menoleh ke belakang mencari siapa pemilik tangan tersebut. "
Happy Reading *** Kaki Zee melangkah di sepanjang jalan kota Paris, wanita itu berjalan dengan langkah perlahan, tubuhnya beberapa kali limbung, jalanan kota sepi karena malam semakin larut, hanya ada lampu-lampu kota yang menerangi, kepalanya menatap ke depan dengan pandangan kosong, pikirannya terbagi ke beberapa arah. Tanpa tau ia mau pergi kemana, hanya mengandalkan insting Zee terus melangkah, membiarkan angin malam menyapu rambutnya yang terurai. Ia lupa jika angin dingin semakin menusuk lengannya, karena malam ini Zee memakai kaos tanpa lengan. Efek alkohol membuat kepalanya pening, untung saja Zee hanya meneguk satu gelas minuman tersebut, jika ia mabuk berat Zee tidak yakin bisa pulang dari club dengan selamat. Ia bergumam beberapa kali, menyebutkan nama Erick sebelum akhirnya air mata Zee kembali membasahi pipi. Tetapi dengan cepat tangannya langsung menghapus air mata itu, sudah cukup
Sinar matahari masuk lewat celah-celah jendela kamar yang terbuka, mengusik seorang wanita yang masih terlelap. Keningnya mengerut, perlahan kedua matanya terbuka dan ia langsung bisa merasakan sinar yang menganggu penglihatannya. Tubuhnya sedikit merenggang sembari tatapan mengedar. Ia terdiam sebentar. Ini bukan kamarnya, lalu Zee menatap ke samping, di sana terbaring seorang laki-laki dengan posisi telengkup. Punggungnya yang polos bisa Zee lihat karena selimut hanya menutupi sebatas pinggang. Tanpa Zee bertanya ia sudah tau siapa pemilik punggung tegap tersebut, dan Zee tentunya sangat tidak terkejut kali ini. Semalam dirinya memang sedikit mabuk tetapi ingat betul apa yang mereka lakukan. Aktivitas panas yang membawa Zee hingga berada di sini. Ia tatap laki-laki di sampingnya yang kebetulan sekali wajah Ken menoleh ke arahnya. Ia perhatikan bagaimana pahatan wajah sempurna yang laki-laki itu miliki, oh tetapi tidak dengan sifat brengsek Ken yang masih melekat padanya,
Hari ini tidak ada jadwal pemotretan bagi Zee—yang artinya ia bisa pergi ke kampus karena terhitung sejak menjadi model Zee hanya pergi ke kampus seminggu tiga kali. Gadis itu mengenakan celana jeans panjang berwarna hitam dengan sobekan di bagian lutut, kaos hitam polos dibalut Coat berwarna cokelat. Di sampingnya ada Evelyn yang sibuk bercerita. Evelyn tampak sangat penasaran dengan kehidupan Zee—setelah Zee bercerita telah menghabiskan satu malam panas dengan billioner Paris. Siapa sih yang tidak penasaran akan sosok yang disebut sebagai Pangeran tampan seperti Ken? Orang yang sering masuk ke dalam berita karena bisnisnya yang berada di mana-mana, belum lagi orang-orang begitu penasaran dengan kehidupan percintaan Ken yang tertutup, Er ... Laki-laki tersebut belum membawa atau mengenalkkan wanita manapun sebagai kekasihnya. Banyak juga orang yang berpikir jika Ken itu tidak menyukai wanita, namun setelah skandal tahun lalu, berita menggegerkan
Bagaimana bisa kau mendapatkan luka sebanyak ini?" Bella mendengus kesal melihat luka-lukanya di wajah Ken, laki-laki itu memang arogan dan pemarah, sering kali terlibat perkelahian tetapi baru kali ini Bella mendapatkan Ken dengan luka-luka di wajahnya.Bella mendekatkan wajahnya, wanita itu meniup luka di wajah Ken, lalu tangannya mengambil kapas yang berada di laci kamar Ken, tak lupa ia menuangkan cairan alkohol. Ken mendesis pelan ketika merasakan perih ketika cairan alkohol mengenai lukanya, keduanya matanya terpejam dengan bibir yang terbungkam.Bella menatap wajah itu sambil fokus mengobati luka Ken, tidak ada pembicaraan di antara keduanya selain aktivitas yang Bella lakukan sementara Ken yang hanya duduk diam."Kau mendapatkan luka ini darimana?" tanya Bella lagi."Berkelahi.""Dengan siapa?" Laki-laki itu menghembuskan nafas berat." Laki-laki asing dan saat itu aku sedang mabuk." Ken tidak mungkin bilang yang sebenarnya tentang luka di wajahnya, lebih baik ia berbohong di
Happy reading***Zee tak pernah punya pikiran akan terjebak pada situasi membingungkan bersama seorang Ken Algarev Dinson, hubungan yang awalnya hanya sebatas one night stand semakin rumit kala tanpa sengaja dirinya masuk berita sebab terekam jelas sedang bersama Ken dalam kegiatan yang tak seharusnya, entah apa yang ada dipikirannya saat itu, lagipula bagaimana dari sekian banyaknya laki-laki yang ia temui harus Ken orang yang paling tidak Zee harapkan, Zee juga tidak mengenal sang billioner Paris sebelum malam itu, malam terjadinya perubahan besar dalam hidupnya.Wanita itu memijat pelipisnya yang sedikit pusing, sudah dua hari kepalanya tak berhenti memikirkan Ken, wajah laki-laki tersebut terbayang-bayang di otaknya, Zee benci ketika harus mengingat kembali senyum menyebalkan milik laki-laki yang diagungkan oleh banyak wanita, senyum yang katanya mempesona. Sial, bibirnya langsung mengumpat, kepalanya ia letakkan di atas meja, pipinya merasakan dinginnya permukaan meja yang terk
Happy reading***Setelah hari itu semuanya berubah Zee maupun Ken menyadari mereka memiliki perubahan—bukan soal status ataupun hal lainnya, jika ditanya perubahan apa yang mereka berdua alami, masing-masing dari mereka tidak memiliki jawaban yang tepat karena mereka juga bingung harus menjawab pertanyaan tersebut. Hubungan keduanya masih sama seperti biasanya, sebatas partner kerja di kantor, jika soal tersebut memang tidak ada yang berubah. Hubungan mereka masih sama. Tetapi atmosfer yang Zee rasakan berbeda. Rasanya yang berbeda, perasaan Zee yang semula biasa saja semuanya berubah. Zee masih sering menjalankan aktivitas seperti biasanya, pergi kuliah, kerja sebagai model, menghabiskan waktu sendiri, dan ia juga masih tinggal di apartemen mewah milik Ken. Tidak ada kejelasan atau pembahasan tentang hubungan keduanya selain drama kontrak yang Ken minta. Semuanya masih berjalan dengan kepura-puraan, Zee yang terkadang harus menjadi kekasih pura-pura Ken di depan media. Ya mereka
Happy reading***Zee masih berdiam diri di tempat, tatapan matanya kosong menatap satu objek pemandangan di depannya, sebuah kaca besar yang berada di kelas yang menampilkan pemandangan kota dengan hiruk pikuk kehidupan orang-orang di Paris, pagi ini ia memakai kemeja hitam dipadukan celana Levis panjang berwarna abu-abu, rambutnya diikat asal, ketika matanya menatap ke arah jendela, fokusnya teralihkan pada sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tidak asing, melihat postur itu membuat Zee memikirkan satu nama. Ken Algarev Dinson.Otaknya langsung memikirkan kejadian saat malam hari, di mana Ken yang menemuinya di bar, rasanya sangat amat aneh melihat perubahan pada diri laki-laki tersebut. Semuanya terjadi begitu cepat hingga membuatnya terkejut sampai-sampai otaknya tidak bisa berpikir dengan jelas, karena Ken sukses membuat perasaannya berantakan. Sepanja
Happy reading***Zee mengaduk minumannya dengan tatapan datar. Matanya melirik seisi bar yang ramai pengunjung karena hari semakin malam, wanita tersebut duduk dengan anggun, di depannya ada Evelyn yang masih sadar karena belum menyentuh alkohol sama sekali, berbeda dengan Zee yang sudah menghabiskan dua botol wine. Wajahnya bahkan memerah dengan tatapan mata sayu."Berhenti Zee!" tangan Evelyn langsung menarik Zee yang akan kembali menuangkan botol ketiga ke dalam gelas, Evelyn langsung memasang wajah galak sambil menatap kesal ke arah wanita di depannya. "Jangan mabuk, please for this night.""Why?" tanya Zee heran. "Bukannya di bar emang harus menikmati setidaknya segelas wine?" Zee tertawa kecil sambil menatap Evelyn dengan tatapan geli. Evelyn menatap Zee datar, ia tau ada yang berbeda dari Zee, meskipun wanita tersebut tidak cerita kepadanya, tetapi yang Evelyn tangkap Zee sedang ada dalam masalah, mana mungkin Zee akan mengajaknya pergi ke bar? Ka
Happy reading***Zee baru tau jika ada laki-laki yang sama brengseknya dengan Erick, ia pikir Ken tidak seperti itu-meninggalkan Zee dalam keadaan telanjang setelah menikmati malam panas lalu laki-laki tersebut pergi begitu saja dan hanya mengucapkan kaliamat 'selamat tinggal'. Umpatan-umpatan kecil ia layangkan kepada sosok yang sekarang menampakkan diri, untuk melihat laki-laki tersebut saja rasanya muak, rasa benci, kesal, marah, dan dendam membuat Zee semakin malas bertemu Ken. Sebenarnya yang membuat ia semakin kesal adalah perubahan dirinya sendiri, sejak Ken meninggalkannya Zee merasa sedikit ... sepi. Ken tidak lagi menggodanya seperti dulu, bahkan pagi ini mereka tidak mengobrol, yang Zee tau mungkin Ken memang sengaja menghindar.Ken tidak tau diri, semalam setelah meninggalnya kini laki-laki tersebut berdiri dengan senyum mengembang. Really? Yang benar sa
Sebelum membaca aku ingatkan cerita ini ada unsur dewasanya. So happy reading***"I want to play with you!" Zee menggeleng, ia tak mau, tangannya mendorong dada Ken lagi namun sialnya laki-laki tersebut semakin menghimpitnya membuat Zee tak punya peluang untuk kabur dari cengkeraman laki-laki yang menatapnya penuh nafsu. Oh my God! Zee ingin sekali kabur, demi apapun ia tak siap melihat Ken yang seperti ini, iblis itu menatapnya tajam dengan senyuman kecil yang menyeramkan, detik berikutnya Ken kembali menyatukan bibirnya, melumat bibir Zee penuh nafsu. Zee kewalahan, ia menepuk dada Ken karena kehabisan oksigen, laki-laki di depannya mencium bibirnya dengan kasar dan penuh tuntutan. Zee tidak bisa menyebutnya sebagai ciuman karena laki-laki di depannya melahap habis mulutnya hingga ia tak bisa berbicara, lidahnya dibelit, bahkan Zee tidak bisa menikmati ciuman mereka, yang ia rasakan bahwa Ken sedang dalam kondisi penuh 'nafsu' tangan Zee meng
Happy reading***Di kediaman Dinson, tiga laki-laki muda tengah duduk di sebuah ruangan khusus, sebuah ruangan yang sengaja di desain untuk menyimpan minuman alkohol. Di tengah ruangan terdapat sebuah sofa yang mengelilingi meja yang berada di tengah-tengahnya. Tiga orang laki-laki tersebut duduk sambil menikmati segelas vodka, ditemani angin malam yang berhembus melalui jendela yang terbuka hingga gorden putih terbang melambai."Bagaimana hubunganmu dengan Zee?" tanya Plan menatap Ken yang duduk sambil memainkan MacBook di tangannya, mata tajamnya menatap benda tersebut dengan serius, di tangan kanannya terselip sebuah nikotin, Ken menghisap benda itu lalu asap langsung keluar dari bibir dan hidungnya, asapnya mengepul di dalam ruangan. Kepala laki-laki tersebut menoleh menatap Plan yang menunggunya untuk menjawab pertanyaan."Kau berharap apa? Aku pacaran dengan Zee?" tanya Ken dengan tawa hambar. Setelah dipikir-pikir sulit juga mendapatkan w
Happy reading***Setelah melakukan pertemuan dengan keluarga Dinson, Ken mengajak Zee untuk pergi ke sebuah tempat, mengajak wanita tersebut berjalan-jalan di sekitar Paris, sebenarnya Zee masih sedikit kesal dengan laki-laki yang berjalan di sampingnya, Ken yang memaksa dirinya untuk pergi ke rumah laki-laki tersebut, berakhir dengan Zee yang bertemu dengan keluarga Dinson. Pertemuan mereka tidak buruk, Zee pikir keluarga Dinson tipikal keluarga yang selalu memandang orang dari derajatnya, maksudnya orang-orang kaya pasti akan lebih selektif dalam memilih sahabat atau pasangan. Zee pikir dirinya akan dipandang rendah karena bisa dibilang ia bukan siapa-siapa, hanya seorang wanita biasa yang berasal dari kota kecil dan kebetulan menjadi model De Angelo.Itu yang awalnya Zee pikir tentang keluarga Dinson, tetapi pikiran buruknya hilang ketika tau ia begitu disambut dan dilayani dengan baik, selama makan malam yang