Share

Bab 6: Di Balik Topeng

Dimas bangun pagi dengan rasa percaya diri baru. Setelah mendapatkan beberapa petunjuk penting dari penyelidikan terakhir, dia merasa mereka berada di jalur yang benar. Hari ini, dia berencana untuk mengejar beberapa petunjuk lebih lanjut dan mencari tahu siapa yang sebenarnya terlibat dalam kasus kematian Daniel Widodo.

Di kantor polisi, Dimas disambut oleh Dina dan Rizal yang sudah siap dengan dokumen dan informasi terbaru. Dina tampak antusias. “Selamat pagi, Dimas. Aku sudah mengumpulkan hasil tambahan dari analisis forensik. Ini mungkin memberi kita wawasan lebih dalam.”

Dimas menerima berkas dari Dina dan mulai memeriksanya. “Terima kasih, Dina. Apa yang kamu temukan?”

Dina menunjuk beberapa halaman di berkas. “Aku menemukan bahwa jejak DNA yang tidak cocok itu adalah milik seseorang yang terlibat dalam kegiatan kriminal terorganisir. Aku menemukan keterkaitan dengan kelompok yang dikenal sebagai ‘Syndicate Hitam’.”

Dimas terkejut. “Syndicate Hitam? Itu kelompok yang dikenal dengan aktivitas ilegal dan kekerasan. Ini berarti kita mungkin berhadapan dengan organisasi yang sangat berbahaya.”

Rizal bergabung dalam percakapan. “Aku juga menemukan informasi tambahan tentang individu yang terkait dengan kelompok itu. Salah satunya adalah Bobby Santosa, yang dikenal sebagai anggota aktif dari Syndicate Hitam. Dia pernah terlibat dalam beberapa kasus kekerasan.”

Dimas merenung sejenak. “Jadi, kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang Bobby Santosa dan bagaimana dia terhubung dengan kasus ini. Mari kita buat rencana untuk mencari informasi lebih lanjut tentang dia.”

Tim memutuskan untuk memulai dengan menyelidiki latar belakang Bobby Santosa. Mereka mencari informasi tentang tempat tinggal dan aktivitasnya. Setelah beberapa jam melakukan penelitian, mereka menemukan alamat tempat tinggal Bobby yang berada di kawasan yang dikenal dengan aktivitas kriminal tinggi.

Ketika mereka tiba di lokasi, suasana sekitar terasa suram dan penuh ketegangan. Dimas, Dina, dan Rizal memasuki area tersebut dengan hati-hati, memastikan bahwa mereka tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan.

“Mari kita hati-hati,” kata Dimas sambil memimpin jalan. “Kita tidak tahu apa yang bisa kita temui di sini.”

Mereka akhirnya sampai di depan sebuah bangunan apartemen yang tampaknya sudah lama tidak terawat. Dimas mengetuk pintu dengan perlahan dan menunggu jawaban. Setelah beberapa menit, pintu dibuka oleh seorang pria bertubuh besar yang tampak curiga.

“Siapa kalian?” tanya pria itu dengan nada kasar.

Dimas memperkenalkan diri. “Kami dari biro penyelidik. Kami ingin berbicara dengan Bobby Santosa. Apakah dia ada di sini?”

Pria itu tampak ragu sejenak, lalu mengangguk dan mengizinkan mereka masuk. Mereka dipandu ke sebuah ruangan di belakang, di mana Bobby Santosa sedang duduk di meja.

Bobby, seorang pria dengan tato-tato mencolok dan tatapan tajam, melihat mereka dengan dingin. “Ada apa? Apa yang kalian inginkan?”

Dimas mengambil nafas dalam-dalam. “Kami menyelidiki kasus kematian Daniel Widodo. Kami menemukan jejak DNA yang terhubung dengan Syndicate Hitam, dan nama Anda muncul dalam penyelidikan kami. Kami ingin tahu apa yang bisa Anda katakan tentang ini.”

Bobby menatap mereka dengan tatapan tajam. “Aku tidak tahu apa-apa tentang kematian Daniel Widodo. Aku tidak terlibat dalam kasus itu.”

Dimas mencoba membaca ekspresi Bobby. “Kami memeriksa latar belakang Anda dan menemukan bahwa Anda memiliki hubungan dengan kelompok ini. Jika Anda tidak terlibat, mungkin Anda bisa membantu kami dengan informasi tentang siapa yang mungkin terlibat.”

Bobby terlihat semakin gelisah. “Aku tidak bisa membantu kalian dengan informasi. Aku sudah menjauh dari kelompok itu. Mereka adalah masalah besar yang aku tidak ingin terlibat.”

Dimas memutuskan untuk mencoba pendekatan lain. “Bobby, jika ada sesuatu yang Anda ketahui atau seseorang yang Anda kenal yang terlibat dalam kasus ini, berbicaralah dengan kami. Ini bisa membantu Anda juga.”

Bobby berpikir sejenak, lalu menghela napas. “Baiklah, aku akan memberi tahu kalian sesuatu. Ada seorang pria bernama Johan Hartono yang baru-baru ini bergabung dengan kelompok ini. Dia dikenal sangat berbahaya dan suka menimbulkan masalah.”

Dimas mencatat nama Johan Hartono dengan cepat. “Terima kasih atas informasinya, Bobby. Kami akan menyelidiki Johan lebih lanjut.”

Setelah pertemuan dengan Bobby, tim kembali ke kantor dengan petunjuk baru. Dimas merasa bahwa mereka semakin dekat untuk mengungkap kebenaran, tetapi dia juga menyadari bahwa mereka harus berhati-hati dalam menghadapi kelompok seperti Syndicate Hitam.

Di kantor, Dimas memeriksa catatan tentang Johan Hartono. Rizal membantu mencari informasi tambahan tentang Johan, sementara Dina memeriksa kemungkinan keterkaitan Johan dengan kasus-kasus kekerasan lainnya.

“Johan Hartono adalah nama yang baru bagi kita,” kata Dimas. “Kita perlu menemukan di mana dia berada dan mencari tahu apakah dia terlibat dalam kasus Daniel Widodo.”

Dina mengangguk. “Aku akan memeriksa lebih lanjut tentang Johan dan mencari tahu apakah ada informasi yang bisa membantu kita.”

Rizal menghadap Dimas. “Aku juga akan mencari tahu apakah ada laporan atau catatan lain tentang aktivitas Johan. Kita harus memastikan bahwa kita mendapatkan gambaran yang jelas tentang siapa dia dan bagaimana dia terhubung dengan kasus ini.”

Sebelum beranjak, Dimas mengingatkan tim untuk tetap waspada. “Kita harus hati-hati dengan informasi yang kita terima. Kadang-kadang, informasi yang tampaknya kecil bisa menjadi petunjuk besar.”

Dimas merasa bahwa mereka semakin dekat untuk mengungkap misteri ini, tetapi dia juga merasakan ketegangan yang meningkat. Setiap langkah baru membawa mereka lebih dekat pada kebenaran, tetapi juga semakin dekat pada bahaya yang mungkin mengancam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status