Share

Bab 3: Jejak Yang Menghilang

Pagi hari di kantor polisi dimulai dengan semangat baru.Dimas,Dina, dan Rizal berkumpul di ruang rapat, siap untuk membahas perkembangan terbaru dari penyelidikan kasus kematian Daniel Widodo. Dimas membawa kopi pagi dari kedai favoritnya, yang selalu berhasil meningkatkan suasana hati.

“Selamat pagi, tim,” kata Dimas sambil meletakkan cangkir kopi di meja rapat. “Aku harap semua sudah siap untuk hari yang panjang.”

Dina mengangguk sambil mengatur berkas-berkasnya. “Selamat pagi, Dimas. Aku sudah memeriksa dokumen tambahan yang kita temukan kemarin. Ada beberapa informasi menarik yang mungkin bisa membantu kita.”

Rizal, yang baru saja tiba dengan secangkir kopi besar, duduk dengan santai. “Pagi, semua. Aku sudah memeriksa beberapa latar belakang perusahaan dan hubungan bisnis Daniel. Sepertinya dia terlibat dalam beberapa persaingan bisnis yang intens.”

Dimas memeriksa berkas yang dibawa Dina dan melihat beberapa catatan yang telah diorganisir. “Bagus, mari kita lihat apa yang kita miliki sejauh ini. Dina, apa yang kamu temukan dari dokumen-dokumen itu?”

Dina membuka berkas dan mulai menjelaskan. “Aku menemukan bahwa Daniel Widodo memiliki beberapa proyek bisnis yang sedang berjalan, dan ada beberapa persaingan yang tampaknya cukup sengit. Namun, ada satu nama yang muncul berulang kali—Randy Setiawan. Dia adalah pesaing utama Daniel dalam industri ini.”

Dimas mengerutkan kening. “Randy Setiawan? Aku ingat mendengar nama itu sebelumnya. Mungkin kita perlu mengecek lebih lanjut tentang dia dan hubungan mereka.”

Rizal menambahkan, “Aku juga menemukan informasi tentang persaingan bisnis antara Daniel dan Randy. Sepertinya ada beberapa konflik serius yang mungkin menjadi motif di balik pembunuhan ini.”

Setelah rapat singkat, tim memutuskan untuk mengejar petunjuk baru ini. Mereka sepakat untuk mengunjungi kantor Randy Setiawan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Ketika mereka tiba di kantor Randy, mereka disambut oleh resepsionis yang ramah namun tampak agak gelisah. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”

Dimas memperkenalkan diri. “Kami dari biro penyelidik. Kami ingin berbicara dengan Randy Setiawan mengenai hubungan bisnisnya dengan Daniel Widodo.”

Resepsionis mengangguk dan menghubungi Randy. Tak lama kemudian, Randy, pria bertubuh besar dengan wajah serius, keluar untuk menyambut mereka.

“Selamat pagi, saya Randy Setiawan. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan nada yang agak tegang.

“Selamat pagi, Pak Randy,” kata Dimas sambil memberikan kartu identitasnya. “Kami sedang menyelidiki kasus pembunuhan Daniel Widodo. Kami ingin tahu lebih banyak tentang hubungan bisnis Anda dengan Daniel.”

Randy terlihat sedikit gelisah. “Tentu, ayo masuk ke ruang rapat. Saya akan menjelaskan apa yang saya ketahui.”

Di ruang rapat, Randy duduk di seberang meja, sementara Dimas, Dina, dan Rizal duduk di sisi lain. Randy mulai menjelaskan, “Daniel dan saya memang memiliki persaingan bisnis. Kami saling bersaing dalam proyek-proyek besar, tapi tidak ada yang cukup serius untuk menimbulkan konflik fisik. Saya rasa tidak ada alasan bagi saya untuk ingin menyakitinya.”

Dimas memeriksa catatan yang dia bawa. “Kami menemukan beberapa informasi tentang persaingan kalian yang cukup intens. Apakah ada seseorang yang mungkin memiliki motif untuk membalas dendam?”

Randy berpikir sejenak. “Ada beberapa orang yang mungkin memiliki masalah dengan Daniel, tetapi mereka semua adalah orang-orang yang memiliki masalah pribadi atau finansial. Saya tidak yakin mereka akan melibatkan saya dalam hal ini.”

Setelah pertemuan dengan Randy, tim kembali ke kantor dengan perasaan campur aduk. Meskipun Randy tampaknya tidak terlibat, Dimas merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari apa yang terlihat.

“Jadi, apa yang kita lakukan selanjutnya?” tanya Rizal. “Apakah kita harus mengejar petunjuk lain atau kembali memeriksa dokumen yang kita miliki?”

Dimas berpikir sejenak. “Aku rasa kita perlu memeriksa lebih lanjut tentang orang-orang yang memiliki masalah dengan Daniel. Mungkin mereka memiliki motif yang lebih kuat daripada yang kita kira.”

Sebelum melanjutkan, tim memutuskan untuk istirahat sejenak dan pergi makan siang. Mereka pergi ke kafe yang sama, tempat mereka sering berkunjung untuk makan dan berbincang.

“Kadang-kadang aku merasa bahwa kafe ini lebih seperti ruang kerja kedua kita,” canda Dimas sambil menikmati sandwichnya. “Aku berharap mereka tidak mengenakan biaya tambahan untuk diskusi kasus.”

Dina tertawa. “Ya, setidaknya kita bisa mendapatkan makanan enak sambil bekerja.”

Rizal menambahkan, “Dan jika mereka menambah biaya, kita bisa memintanya dari anggaran kantor.”

Setelah makan siang, mereka kembali ke kantor dan mulai mengecek informasi lebih lanjut tentang orang-orang yang memiliki masalah dengan Daniel. Mereka menemukan beberapa nama yang muncul dari catatan dan wawancara sebelumnya.

“Baiklah, kita sudah mengumpulkan informasi tentang beberapa orang yang mungkin memiliki motif,” kata Dimas sambil memeriksa daftar nama. “Mari kita periksa satu per satu dan lihat apakah ada petunjuk tambahan.”

Tim mulai menyelidiki orang-orang tersebut, memeriksa latar belakang dan mencari tahu apakah mereka memiliki alibi atau alasan untuk terlibat dalam kasus ini. Mereka mengunjungi beberapa tempat dan berbicara dengan orang-orang yang terhubung dengan para tersangka potensial.

Sore hari, Dimas merasa bahwa mereka mulai mendekati solusi. Namun, ada sesuatu yang masih mengganjal di benaknya. Meski banyak petunjuk yang telah ditemukan, dia merasa bahwa ada bagian dari cerita yang masih belum terpecahkan.

Saat dia duduk di mejanya, memeriksa catatan dan berkas-berkas, dia merasa ada satu elemen yang hilang. Dia tahu bahwa mereka harus terus mencari petunjuk tambahan dan memastikan bahwa mereka tidak melewatkan detail kecil yang mungkin mengarah pada solusi kasus ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status