Share

Bab 17

Author: Queencard
last update Last Updated: 2023-11-30 11:32:49
Linda masuk, “Sita, menurutmu apakah kamu bisa mencuri hati Nenek Handoyo hanya dengan membuat sup? Biar kuberitahu, kali ini aku mengundang seorang ahli bedah jantung terkenal untuk mengoperasi Nenek. Jika operasinya berhasil, Nenek tidak akan menghentikan pernikahanku dengan Husein.”

Meskipun Doni dan Ryan belum setuju, Linda yakin bahwa Ryan akan setuju untuk mengoperasi Nenek Handoyo.

Linda yakin, jika Rifan berhasil menyembuhkan Nenek Handoyo. Saat waktunya tiba, Linda tidak akan dilarang untuk menikahi Husein.

Sita tahu bahwa Nenek Handoyo sudah lama memiliki masalah pada jantungnya. Tetapi dia tidak dapat menemukan orang yang tepat untuk melakukan operasi tersebut.

Ada baiknya juga, setidaknya nenek bisa sembuh.

Sita bangkit dari bangkunya, “Kalau begitu selamat atas kemandulanmu sehingga dapat mengadopsi anak, permisi.”

Tatapan mata Linda berubah dingin, Sita berani membalas perkataannya? Linda meregangkan tangannya dan dengan sengaja menyenggol kompor kecil, sehingga membuat lasagna tumpah mengenai Sita.

“Awas!”

Seorang pria bergegas masuk. Sita menoleh melihat Husein untuk menolong Linda.

Detik berikutnya, sup panas tumpah ke punggung tangan Sita, tetapi dia tidak merasakan rasa sakitnya, karena rasa sakitnya tidak sebanding dengan sakit hatinya.

Sita buru-buru menuangkan air dingin ke punggung tangannya untuk menenangkan diri. Suara centil Linda keluar dari mulutnya, “Kak Husein, tanganku terbakar, sakit banget. Tapi jangan salahkan dia, kurasa dia tidak sengaja menjatuhkannya.”

Ketika Sita mendengar suara Linda, matanya Sita mencibir, bahkan menoleh pun tidak.

Detik berikutnya, pria itu menarik lengan Sita, “Sita, aku tidak menyangka kamu begitu…”

Husein menunduk melihat punggung tangan Sita melepuh dan memerah.

Dia mengerutkan bibir tipisnya, dia terdiam tanpa sepatah kata pun terucap.

Sita mendongak, “Kamu tidak memikirkan keadaanku?”

“Sita, aku tidak menyangka kamu begitu kejam dan sengaja menyakiti Linda!”

Wulan, ibu mertua Sita melangkah masuk dan melihat Linda memegangi pergelangan tangannya. Tanpa bertanya apa pun, dia langsung menampar Sita dengan tangannya.

Mata Sita menatap dengan heran, ketika dia sudah siap melindungi wajahnya — ada sepasang tangan yang menghalangi wajahnya.

Sita memandang Husein dengan heran, lengan Husein menahan tamparan ibunya. Sita tidak berpikir kalau Husein akan membantu dirinya.

Tidak hanya Sita, tapi mungkin tidak terpikirkan semua orang.

Wulan sedikit marah, “Husein, jangan hentikan aku untuk memberinya pelajaran!”

Raut wajah Husein dingin dan berkata, “Teko itu tidak sengaja jatuh.”

“Apakah benar hanya kecelakaan?” Ibu mertua jelas tidak akan percaya.

Linda menggertakkan giginya, Husein benar-benar percaya bahwa itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Linda berkata dengan lemas, “Bi, ini benar-benar hanya tidak kecelakaan. Sita juga tidak sengaja menjatuhkan kompor. Lagi pula tangan Sita juga terluka.”

Sita berkata dengan datar, “Tidak, ini bukan kecelakaan, Linda yang sengaja menjatuhkan kompor itu. Dia melakukannya dengan sengaja!”

Tiba-tiba, suasana di dapur menjadi hening.

Sita menatap tajam ke arah Husein, mereka sudah bercerai. Sita sudah tidak tahan lagi.

Sita bukan seseorang yang bersumbu pendek.

Mata Husein sedikit menyipit. Dia menatap Linda, “Sebenarnya apa yang terjadi?”

Linda panik, “Kak Husein, aku tidak mendorong kompor itu.”

Sita menunjuk ke CCTV di sebelahnya, “Lihat saja lewat CCTV itu, maka kebenaran akan terungkap. Melukai secara sengaja dapat dihukum hingga tiga tahun penjara. Luka bakar di punggung tanganku sudah cukup menjadi bukti, dan aku berhak membawa ini ke jalur hukum.”

Linda langsung tersentak dan melihat CCTV di sebelahnya dengan panik, dia tidak menyangka benar-benar ada CCTV, hal ini gawat.

Husein berkata dengan wajah dingin, “Coba cek.”

Linda buru-buru menjelaskan kepada Nyonya Handoyo, “Bi, itu benar-benar hanya kecelakaan, aku ingin membantu menyiapkan obat, tapi tidak sengaja menjatuhkan kompor. Sehingga Sita dan aku terluka pada saat yang sama. Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu.”

“Linda, aku yakin kamu tidak sengaja. Lagi pula, kamu adalah seorang anak bungsu dari kelarga terhormat, bagaimana bisa kamu melakukan hal kasar seperti ini? Linda, biarkan dokter keluarga melihat luka-lukamu. Kamu adalah seorang anak bungsu dari kelarga terhormat, jika tubuhmu terluka, harus segera dicek, apakah baik-baik saja?”

Linda menghela nafas lega ketika mendengar ini. Ketika Linda hendak pergi, dia melirik Husein, “Kak Husein.”

Husein memperhatikan luka bakar di punggung tangan Sita, matanya memperlihatkan sedikit kekhawatiran, dan berkata dingin, “Semua pergi ke ruang tamu dan minta dokter keluarga untuk segera datang.”

“Benar, Nak, segera minta dokter keluarga untuk datang dan memeriksa Linda. Ini hal yang paling penting.”

Tatapan mata Sita mencibir, punggung tangannya perih. Tapi benar saja, di mata Husein, Linda jauh lebih penting.

Sita mengikuti ke ruang tamu, mendongak menatap Husein, “Tunggu sebentar, aku harus mengecek CCTV untuk membuktikan dugaanku.”

Linda tidak bisa menghindar dari masalah ini dengan mudah.

Related chapters

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 18

    Dokter keluarga datang dengan tergesa-gesa.Husein melirik luka di punggung tangan Sita, dia menatapnya cermat, “Kenapa berdiri, duduk sini!”Sita berjalan sambil menunduk, tetapi didorong oleh ibu mertuanya, “Jangan merusak pemandangan di sini. Dokter Rudi, cepat periksa Linda! Jangan sampai Linda memiliki bekas luka.”Linda duduk di kursi dan melirik Sita dengan sombong.Sita hanya berdiri diam, seolah tidak peduli. Saat Husein tiba-tiba meliriknya, Sita pun hanya terdiam.Setelah Dokter Rudi meletakkan kotak medis, dia mulai memeriksa pergelangan tangan Linda. Tangan Linda hanya sedikit merah, bahkan kulitnya tidak melepuh. Dokter Rudi menatap dengan heran, “Aku tidak perlu memeriksa ini.”“Mengapa Anda tidak memeriksanya, bagaimana jika terjadi sesuatu karena Anda menunda untuk memeriksa kondisinya, apakah Anda mau bertanggung jawab?”Dokter Rudi melepas kacamatanya, “Karena setengah jam lagi, merah-merah ini akan hilang sendiri. Sita lebih membutuhkan perawatan, jika tangannya tid

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 19

    Sita duduk di sofa ketika dokter Rudi memberinya obat, “Jangan terkena air selama beberapa hari, tunggu hingga lukanya sembuh.”“Sita, beri tahu nenek, bagaimana kamu bisa terluka?”Sita melirik Linda. Mata Linda sedikit ketakutan.Ibu mertua, Wulan langsung berbicara, “Sita, apa maksudmu? Jelas-jelas itu kecelakaan. Mungkinkah kamu masih ingin memfitnah Linda? Linda sudah baik untuk membantumu, bahkan dia juga terluka.”Nenek Handoyo berteriak dengan suara keras, “Diam, siapa yang menyuruhmu berbicara”Wulan langsung menutup mulutnya, tetapi raut wajahnya tidak terlalu senang. Nenek Hndoyo tidak pernah menyukai dirinya. Nenek hanya menyukai Sita, seorang wanita dari kampung.Sita akhirnya menjawab dengan nada tenang, “Nenek, itu hanya kecelakaan, aku teledor saat membuat sup.”Husein mendengar penjelasannya, tatapan matanya semakin dalam. Di depan nenek, dia tidak membuat masalah?“Bocah bodoh, ada begitu banyak pelayan di rumah, aku sudah lama memintamu untuk jangan memasak, tetapi k

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 20

    Rambut serta pakaian Linda dan Sandi acak-acakan, ada juga luka akibat spatula di tubuh mereka, Linda berteriak, “Bibi akan membelaku.”“Tapi ini adalah rumah Nenek Handoyo, dan tuan rumahnya adalah Nenek Handoyo. Apakah menurutmu Nenek akan mempercayai kalian, atau justru dia mempercayaiku? Aku peringatkan kalian berdua, jangan memancingku. Jika tidak, lain kali tidak akan ku biarkan.”Sandi menelan ludah. Raut wajahnya panik, karena apa yang dikatakan Sita benar, nenek pasti akan mempercayai Sita, si jalang itu!Setelah Sita berkata dengan dingin, dia meninggalkan dapur tanpa menoleh ke belakang.Linda dan Sandi duduk di lantai dalam keadaan menyedihkan, mereka tidak dapat langsung mengungkapkan rasa sakitnya, Linda menggertakkan giginya dengan marah, “Aku tidak akan tinggal diam, kita lihat saja nanti!”Di sisi lain, Husein menyaksikan semua ini, dia mengangkat alisnya dan melihat ke arah mana Sita pergi, dia tidak menyangka wanita ini menang menghadapi dua orang bahkan saat dia ter

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 21

    Husein menyela pertanyaan ibunya, “Kita makan dulu.”Nenek Handoyo memandang Sita sambil tersenyum, “Sudah dibuatkan sup favoritmu. Husein, cepat tuangkan semangkuk sup untuk istrimu.”Mata Sita terbelalak, dia ingin mengambil sendok itu sendiri, ternyata Husein jauh lebih cepat darinya. Tangan Husein yang panjang sudah mengambilkan semangkuk sup untuk Sita.Sita melihat sup ikan putih susu di depannya, namun dia tiba-tiba kehilangan nafsu makan.Ibu mertua, Wulan mendengus dingin, “Kenapa? Anakku sudah menyajikan sup untukmu, tetapi kamu malah terlihat tidak nafsu?”Nenek Handoyo memandangnya dengan bingung, “Sita, apakah kamu tidak menyukai supnya?”“Tidak nenek, aku menyukainya,”Sita mengambil mangkuk itu. Tatapan Husein memperhatikan, Sita mencium aroma sup ikan itu lalu tanpa sadar mengerutkan kening.Tetapi Sita masih memakannya sesuap, pada suapan kedua dia tidak bisa menelannya lagi.Detik berikutnya, Sita meletakkan mangkuk itu lalu muntah.Aneh, Sita dulu suka makan sup ikan

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 22

    “Tuan Husein, aku dulu memang bilang aku menyukaimu, tapi aku tidak bilang akan menyukaimu sepanjang waktu.”“Sita!”Husein mencubit dagu Sita erat-erat, dia menundukkan kepala dan menatap Sita lekat-lekat. Husein tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak dapat memahami Sita dengan baik.Dulu Sita selalu berada di sisinya, mengurus segala kebutuhannya, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang dia pikirkan. Sita dapat meyadarinya dari pertama dan langsung bereaksi.Tatapan matanya juga penuh pengertian dan penuh cinta.Tapi tiba-tiba, tatapan itu hilang.Lubuk hati Husein sangat tidak senang, memikirkan Sita melakukan hal yang sama dengan pria lain, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukuli orang. Terutama pria semalam di hotel, Husein ingin memukulinya.Sita tidak bergeming sedikit pun, keduanya begitu dekat hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.Napas mereka saling bertukar, hingga membuat suasananya menjadi sedikit aneh.“Astaga, apa yang kalian berdua lakukan di sini? Sita

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 23

    “Sita, kenapa diam? Katakan sesuatu.”Sita menatap Husein dengan canggung dan berkata dengan nada rendah, “Apa yang harus aku katakan, tanya kan pada anakmu.”Hal itu memalukan bagi Sita.Husein bahkan belum menyentuh Sita, bagaimana dia bisa hamil?Husein terbatuk dengan suara pelan, “Bu, untuk apa kamu menanyakan ini? Kami sudah memutuskan, dan itu hal biasa bagiku untuk tidak memiliki anak. Dan aku pun juga tidak ada rencana untuk punya anak.” Sita mendengar kalimat terakhir Husein, menatap perutnya sepertinya dia benar-bear akan menjaga anak itu.Nenek Handoyo sedikit cemas, “Kamu sudah berumur tiga puluh an, bagaimana bisa tidak memiliki anak? Aku khawatir tidak akan bisa hidup sampai hari dimana anak mu lahir.”“Nenek, selama nenek menyetujui operasinya, nenek pasti akan hidup sampai hari itu.”“Hmph, jangan dipikir mudah membuatku setuju untuk operasi. Kalau Sita tidak hamil, jangan pernah membicarakannya.”Nenek Handoyo berbalik dan pergi setelah mengatakan itu. Ibu mertua. Wu

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 24

    Sita tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia merasa malu sekaligus marah.Sita dibawa ke kamar tidur utama, Husein melemparnya sedikit kasar ke tempat tidur. Sita mendongak dan menggertakkan gigi, “Husein, kamu gila! Apa yang kamu lakukan?”Pria itu menyandarkan tangannya pada Sita, menatap rendah Sita, “Katakan padaku untuk mencobanya lagi, apakah itu biasa saja.”Mata Sita berkedip, “Aku nggak mau.”"Kamu baru menolak sekarang, ketika kamu baru bermain api, kamu cukup senang kan!"Husein melempar dasinya ke samping, menarik kemejanya dari celananya. Tatapan matanya gelap dan berat, “Katakan, permainan seperti apa yang kamu inginkan?”Sita merasa tersinggung!Kerasukan apa Husein!Sita tampak tenang, “Apa yang kamu lakukan ketika kamu marah?”“Saya tidak marah!”“Lihat, kamu sedang marah. Aku tidak sedang membuat lelucon!”“...”Husein mencubit Sita, “Sita, aku perhatikan kamu tiba-tiba tampak seperti orang yang berbeda, kamu dulu berpura-pura lembut dan berbudi luhur, bukankah itu

    Last Updated : 2023-11-30
  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 25

    Jika berita ini tersebar, Sita khawatir dia akan dibungkam!Husein mengerutkan bibir tipisnya, “Sita, jangan terlalu banyak berpikir, aku hanya berakting untuk Nenek. Aku sama sekali tidak tertarik padamu.”Sita berdiri, “Kalau begitu bisakah aku pergi?”“Tunggu, jika Nenek tahu kamu pergi sendirian di malam hari, bagaimana aku akan menjelaskannya.”Sita teringat tangan Nenek yang agak dingin, Sita ragu-ragu, “Kapan Nenek dioperasi?”“Tidakkah kamu mendengar bahwa dia menolak untuk menjalani operasi.”Husein mengerutkan alisnya, “Jangan beri tahu Nenek tentang perceraian kita dengan kesepakatan sampai Nenek menyetujui operasi itu.”“Baik.”Sita menyetujuinya tanpa ragu-ragu, “Aku juga akan membujuk Nenek untuk menyetujui operasi tersebut.”Suasana hati Husein sedikit membaik, “Tidur lah.”Sita mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada bibinya, [Bibi, aku tidak pulang malam ini, tolong bantu aku menjelaskan kepada Dion.]Sita berjanji untuk pulang, tetapi dia benar-benar tidak bi

    Last Updated : 2023-11-30

Latest chapter

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 804

    “Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 803

    Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 802

    “Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka

DMCA.com Protection Status