Share

Bab 19

Author: Queencard
Sita duduk di sofa ketika dokter Rudi memberinya obat, “Jangan terkena air selama beberapa hari, tunggu hingga lukanya sembuh.”

“Sita, beri tahu nenek, bagaimana kamu bisa terluka?”

Sita melirik Linda. Mata Linda sedikit ketakutan.

Ibu mertua, Wulan langsung berbicara, “Sita, apa maksudmu? Jelas-jelas itu kecelakaan. Mungkinkah kamu masih ingin memfitnah Linda? Linda sudah baik untuk membantumu, bahkan dia juga terluka.”

Nenek Handoyo berteriak dengan suara keras, “Diam, siapa yang menyuruhmu berbicara”

Wulan langsung menutup mulutnya, tetapi raut wajahnya tidak terlalu senang. Nenek Hndoyo tidak pernah menyukai dirinya. Nenek hanya menyukai Sita, seorang wanita dari kampung.

Sita akhirnya menjawab dengan nada tenang, “Nenek, itu hanya kecelakaan, aku teledor saat membuat sup.”

Husein mendengar penjelasannya, tatapan matanya semakin dalam. Di depan nenek, dia tidak membuat masalah?

“Bocah bodoh, ada begitu banyak pelayan di rumah, aku sudah lama memintamu untuk jangan memasak, tetapi kamu tidak mau mendengarkan.”

Sita mengalihkan pandangan, tidak menjelaskan banyak, meskipun dia tahu bahwa Nenek Handoyo pasti akan membelanya. Tapi dia tiba-tiba tidak ingin Nenek Handoyo khawatir karena dirinya.

Saat ini, Linda mengambil inisiatif untuk mendekati nenek, “Nenek Handoyo, bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Saya datang membawakanmu banyak obat-obatan yang dapat digunakan untuk membantu Anda cepat pulih.”

Sita berdiri di sampingnya, melihat ke bawah tanpa satu kata pun.

Nada suara Nenek Handoyo meninggi, “Nona Linda, bukankah aku sudah memberi tahu mu kalau aku tidak akan meminumnya? Hari ini adalah makan malam keluargaku, dan aku tidak mengajakmu untuk makan malam.”

Kekesalan Linda sedikit tak tertahankan, sebagai anak bungsu dari keluarga Syailendra, kapan dia tidak ditolak seperti ini?

Nenek yang sudah sakit-sakitan ini benar-benar tidak tahu cara menghargai!

Kemarahan melintas di mata Linda, tetapi dia masih berusaha untuk tersenyum, “Nenek Handoyo, kalau begitu aku akan datang menemuimu lain kali. Ketika kakak saya, Rifan punya waktu, dia bisa membantu anda untuk dioperasi, sampai Anda sembuh. Kak Husein juga sudah setuju tentang ini.”

Nenek Handoyo mencibir dengan dingin, “Aku sehat dan tidak perlu operasi! Sita, mari makan.”

Hati Sita sedikit bingung saat ini, dia tahu bahwa Nenek Handoyo tidak ingin mempermalukan dirinya.

Tapi bagaimana bisa Nenek Handoyo menolak kesempatan untuk sembuh?

“Nenek, ponselku terjatuh di dapur, aku akan mencarinya.”

Sita sekarang mencari tempat untuk menenangkan diri.

Setelah Sita berjalan ke dapur, suara Linda mengikuti dari belakangnya, “Mungkinkah kamu diam-diam ingin memeriksa CCTV?”

Linda berjalan mendekat. Di sisi lain, Sandi berkata dengan bangga di sampingnya, “Tapi aku baru saja menghapus video CCTV, sekarang CCTV ini juga sudah mati. Sekarang kamu tidak bisa membuktikan apa yang baru saja terjadi.”

“Benarkah?”

Ekspresi Sita datar, matanya diwarnai dengan tatapan dingin, “Kalau begitu, ini jauh lebih mudah.”

Linda menaikkan dagunya dan berkata, “Sekarang sudah tidak ada CCTV, jadi tidak ada bukti. Siapa yang akan percaya dengan apa yang kamu katakan?”

“Karena tidak ada CCTV, tidak ada bukti. Jadi jauh mudah dilakukan.”

Sita dengan santai mengambil spatula panjang di sebelahnya lalu memukul Sandi dan Linda. Keduanya tidak bereaksi sama sekali, mereka hanya berteriak dengan marah dan menangis.

Setelah Sita menutup pintu dan meninggalkan kedua orang itu, dia merapikan rambut dan pakaiannya, “Tidak ada CCTV di sini, jadi tidak ada yang akan percaya apa yang kalian katakan.”

Related chapters

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 20

    Rambut serta pakaian Linda dan Sandi acak-acakan, ada juga luka akibat spatula di tubuh mereka, Linda berteriak, “Bibi akan membelaku.”“Tapi ini adalah rumah Nenek Handoyo, dan tuan rumahnya adalah Nenek Handoyo. Apakah menurutmu Nenek akan mempercayai kalian, atau justru dia mempercayaiku? Aku peringatkan kalian berdua, jangan memancingku. Jika tidak, lain kali tidak akan ku biarkan.”Sandi menelan ludah. Raut wajahnya panik, karena apa yang dikatakan Sita benar, nenek pasti akan mempercayai Sita, si jalang itu!Setelah Sita berkata dengan dingin, dia meninggalkan dapur tanpa menoleh ke belakang.Linda dan Sandi duduk di lantai dalam keadaan menyedihkan, mereka tidak dapat langsung mengungkapkan rasa sakitnya, Linda menggertakkan giginya dengan marah, “Aku tidak akan tinggal diam, kita lihat saja nanti!”Di sisi lain, Husein menyaksikan semua ini, dia mengangkat alisnya dan melihat ke arah mana Sita pergi, dia tidak menyangka wanita ini menang menghadapi dua orang bahkan saat dia ter

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 21

    Husein menyela pertanyaan ibunya, “Kita makan dulu.”Nenek Handoyo memandang Sita sambil tersenyum, “Sudah dibuatkan sup favoritmu. Husein, cepat tuangkan semangkuk sup untuk istrimu.”Mata Sita terbelalak, dia ingin mengambil sendok itu sendiri, ternyata Husein jauh lebih cepat darinya. Tangan Husein yang panjang sudah mengambilkan semangkuk sup untuk Sita.Sita melihat sup ikan putih susu di depannya, namun dia tiba-tiba kehilangan nafsu makan.Ibu mertua, Wulan mendengus dingin, “Kenapa? Anakku sudah menyajikan sup untukmu, tetapi kamu malah terlihat tidak nafsu?”Nenek Handoyo memandangnya dengan bingung, “Sita, apakah kamu tidak menyukai supnya?”“Tidak nenek, aku menyukainya,”Sita mengambil mangkuk itu. Tatapan Husein memperhatikan, Sita mencium aroma sup ikan itu lalu tanpa sadar mengerutkan kening.Tetapi Sita masih memakannya sesuap, pada suapan kedua dia tidak bisa menelannya lagi.Detik berikutnya, Sita meletakkan mangkuk itu lalu muntah.Aneh, Sita dulu suka makan sup ikan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 22

    “Tuan Husein, aku dulu memang bilang aku menyukaimu, tapi aku tidak bilang akan menyukaimu sepanjang waktu.”“Sita!”Husein mencubit dagu Sita erat-erat, dia menundukkan kepala dan menatap Sita lekat-lekat. Husein tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak dapat memahami Sita dengan baik.Dulu Sita selalu berada di sisinya, mengurus segala kebutuhannya, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang dia pikirkan. Sita dapat meyadarinya dari pertama dan langsung bereaksi.Tatapan matanya juga penuh pengertian dan penuh cinta.Tapi tiba-tiba, tatapan itu hilang.Lubuk hati Husein sangat tidak senang, memikirkan Sita melakukan hal yang sama dengan pria lain, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukuli orang. Terutama pria semalam di hotel, Husein ingin memukulinya.Sita tidak bergeming sedikit pun, keduanya begitu dekat hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.Napas mereka saling bertukar, hingga membuat suasananya menjadi sedikit aneh.“Astaga, apa yang kalian berdua lakukan di sini? Sita

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 23

    “Sita, kenapa diam? Katakan sesuatu.”Sita menatap Husein dengan canggung dan berkata dengan nada rendah, “Apa yang harus aku katakan, tanya kan pada anakmu.”Hal itu memalukan bagi Sita.Husein bahkan belum menyentuh Sita, bagaimana dia bisa hamil?Husein terbatuk dengan suara pelan, “Bu, untuk apa kamu menanyakan ini? Kami sudah memutuskan, dan itu hal biasa bagiku untuk tidak memiliki anak. Dan aku pun juga tidak ada rencana untuk punya anak.” Sita mendengar kalimat terakhir Husein, menatap perutnya sepertinya dia benar-bear akan menjaga anak itu.Nenek Handoyo sedikit cemas, “Kamu sudah berumur tiga puluh an, bagaimana bisa tidak memiliki anak? Aku khawatir tidak akan bisa hidup sampai hari dimana anak mu lahir.”“Nenek, selama nenek menyetujui operasinya, nenek pasti akan hidup sampai hari itu.”“Hmph, jangan dipikir mudah membuatku setuju untuk operasi. Kalau Sita tidak hamil, jangan pernah membicarakannya.”Nenek Handoyo berbalik dan pergi setelah mengatakan itu. Ibu mertua. Wu

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 24

    Sita tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia merasa malu sekaligus marah.Sita dibawa ke kamar tidur utama, Husein melemparnya sedikit kasar ke tempat tidur. Sita mendongak dan menggertakkan gigi, “Husein, kamu gila! Apa yang kamu lakukan?”Pria itu menyandarkan tangannya pada Sita, menatap rendah Sita, “Katakan padaku untuk mencobanya lagi, apakah itu biasa saja.”Mata Sita berkedip, “Aku nggak mau.”"Kamu baru menolak sekarang, ketika kamu baru bermain api, kamu cukup senang kan!"Husein melempar dasinya ke samping, menarik kemejanya dari celananya. Tatapan matanya gelap dan berat, “Katakan, permainan seperti apa yang kamu inginkan?”Sita merasa tersinggung!Kerasukan apa Husein!Sita tampak tenang, “Apa yang kamu lakukan ketika kamu marah?”“Saya tidak marah!”“Lihat, kamu sedang marah. Aku tidak sedang membuat lelucon!”“...”Husein mencubit Sita, “Sita, aku perhatikan kamu tiba-tiba tampak seperti orang yang berbeda, kamu dulu berpura-pura lembut dan berbudi luhur, bukankah itu

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 25

    Jika berita ini tersebar, Sita khawatir dia akan dibungkam!Husein mengerutkan bibir tipisnya, “Sita, jangan terlalu banyak berpikir, aku hanya berakting untuk Nenek. Aku sama sekali tidak tertarik padamu.”Sita berdiri, “Kalau begitu bisakah aku pergi?”“Tunggu, jika Nenek tahu kamu pergi sendirian di malam hari, bagaimana aku akan menjelaskannya.”Sita teringat tangan Nenek yang agak dingin, Sita ragu-ragu, “Kapan Nenek dioperasi?”“Tidakkah kamu mendengar bahwa dia menolak untuk menjalani operasi.”Husein mengerutkan alisnya, “Jangan beri tahu Nenek tentang perceraian kita dengan kesepakatan sampai Nenek menyetujui operasi itu.”“Baik.”Sita menyetujuinya tanpa ragu-ragu, “Aku juga akan membujuk Nenek untuk menyetujui operasi tersebut.”Suasana hati Husein sedikit membaik, “Tidur lah.”Sita mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada bibinya, [Bibi, aku tidak pulang malam ini, tolong bantu aku menjelaskan kepada Dion.]Sita berjanji untuk pulang, tetapi dia benar-benar tidak bi

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 26

    Husein memperhatikan Sita sudah makan empat roti, dua gorengan dan semangkuk bubur.Apakah biasanya memang porsi makannya banyak?Seusai sarapa, Nenek Handoyo mengeluarkan sebuah undangan, “Sita, aku membantumu mendapatkan kursi di kompetisi.”Sita melihat undangan itu: Kompetisi Desain Internasional Ratusan BungaSita sedikit terkejut, “Nek, kapan kamu melakukan ini?”“Beberapa waktu lalu, bukannya kamu memperlihatkanku beberapa desain dekorasi? Aku mendengar tentang kompetisi ini dan membantumu untuk mendapatkan kursi. Sita, cobalah, aku merasa kamu bisa melakukannya.”Sita melihat undangan itu dan mendesah. Dia memang berencana untuk mengikuti kompetisi ini, tetapi karena dia menikah dengan Husein, seluruh fokusnya berganti dan meninggalkan hobinya.Sandi berjalan dengan sombong, “Sita, kompetisi ini bukan kompetisi biasa. Dengan kemampuanmu, lebih baik untuk tidak mempermalukan dirimu sendiri atau Keluarga Handoyo.”Nenek Handoyo langsung berkata, “Sandi, kamu saya tidak lulus kuli

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 27

    Sita bergegas menuju rumah sakit, dia mengambil tabungannya dalam tiga tahun terakhir untuk membayar seluruh biaya pengobatan. Ini adalah rumah sakit swasta, meskipun mahal, tetapi ini sangat baik untuk pemulihan pamanTapi satu bulannya menghabiskan 20 juta.Sita menggosok pelipisnya, dia hampir lupa jika Keluarga Handoyo lah yang selalu membayar biaya pengobatan. Sekarang dia sudah bercerai, Husein sudah tidak memiliki kewajiban untuk terus menanggung biaya pengobatan.Dia mengeluarkan undangan kompetisi dari tas nya, dan jika dia juara satu, hadiahnya berupa uang tunai sebesar 2 miliar.Sita mengirimkan pesan kepada sahabatnya, [Govi, terakhir kamu bilang tentang Kompetisi Desain Internasional Ratusan Bunga. Bisakah kamu mengirimkan soft file nya? Aku berencana mendaftar.][Tentu saja, kamu akhirnya memutuskan untuk kembali. Kalau kamu ikut, kamu pasti juara pertama, dari awal nama penamu sudah menarik hati setiap orang.]Sita memegang undangam di tangannya, dan dia ingin memulai l

Latest chapter

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 804

    “Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 803

    Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 802

    “Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status