Husein memperhatikan Sita sudah makan empat roti, dua gorengan dan semangkuk bubur.Apakah biasanya memang porsi makannya banyak?Seusai sarapa, Nenek Handoyo mengeluarkan sebuah undangan, “Sita, aku membantumu mendapatkan kursi di kompetisi.”Sita melihat undangan itu: Kompetisi Desain Internasional Ratusan BungaSita sedikit terkejut, “Nek, kapan kamu melakukan ini?”“Beberapa waktu lalu, bukannya kamu memperlihatkanku beberapa desain dekorasi? Aku mendengar tentang kompetisi ini dan membantumu untuk mendapatkan kursi. Sita, cobalah, aku merasa kamu bisa melakukannya.”Sita melihat undangan itu dan mendesah. Dia memang berencana untuk mengikuti kompetisi ini, tetapi karena dia menikah dengan Husein, seluruh fokusnya berganti dan meninggalkan hobinya.Sandi berjalan dengan sombong, “Sita, kompetisi ini bukan kompetisi biasa. Dengan kemampuanmu, lebih baik untuk tidak mempermalukan dirimu sendiri atau Keluarga Handoyo.”Nenek Handoyo langsung berkata, “Sandi, kamu saya tidak lulus kuli
Sita bergegas menuju rumah sakit, dia mengambil tabungannya dalam tiga tahun terakhir untuk membayar seluruh biaya pengobatan. Ini adalah rumah sakit swasta, meskipun mahal, tetapi ini sangat baik untuk pemulihan pamanTapi satu bulannya menghabiskan 20 juta.Sita menggosok pelipisnya, dia hampir lupa jika Keluarga Handoyo lah yang selalu membayar biaya pengobatan. Sekarang dia sudah bercerai, Husein sudah tidak memiliki kewajiban untuk terus menanggung biaya pengobatan.Dia mengeluarkan undangan kompetisi dari tas nya, dan jika dia juara satu, hadiahnya berupa uang tunai sebesar 2 miliar.Sita mengirimkan pesan kepada sahabatnya, [Govi, terakhir kamu bilang tentang Kompetisi Desain Internasional Ratusan Bunga. Bisakah kamu mengirimkan soft file nya? Aku berencana mendaftar.][Tentu saja, kamu akhirnya memutuskan untuk kembali. Kalau kamu ikut, kamu pasti juara pertama, dari awal nama penamu sudah menarik hati setiap orang.]Sita memegang undangam di tangannya, dan dia ingin memulai l
Ketika Sita mendengar ini, dendam di hatinya perlahan pudar. Ternyata keluarganya tidak sengaja kehilangan dirinya.Doni lega, matanya sedikit memerah dan berkata, “Sita, itu semua salahku. Aku dari awal tidak jeli memeriksa karakter pengasuhmu, hingga membuat kamu hilang selama bertahun-tahun.”Mata Sita juga memerah, di sisi lain bibi menangis, “Sita, senang sekali kamu akhirnya bertemu dengan keluargamu.”Sita belum menangis, tetapi ketika dia melihat bibinya menangis, tangisnya tak tertahan lagi.Keenam pemuda itu mengangguk, tampaknya langkah pertama dari rencana itu telah berhasil.Dendam di hati Sita perlahan memudar.Doni diam-diam mengirim pesan kepada asistennya untuk melunasi tagihan medis paman.——Keesokan harinya, Sita terbangun karena ada telepon.Sita mengangkat dengan linglung, “Halo?”“Sita, di mana kamu meletakkan arlojiku?”Mendengar suara dingin Husein, rasa kantuk Sita menghilang seketika.Sita duduk, “Aku tidak tahu, jangan tanya padaku.”Setelah berkata demikian
Kesempatan emas!Yoga berdeham dan berkata, “Sita, apakah kamu suka desain interior?”“Iya, itu yang aku pelajari saat kuliah. Saat itu, aku sangat ingin memiliki rumah sendiri, dan bisa mendapatkan penghasilan dari jurusan ini, jadi saat kuliah aku memilih jurusan desain interior.”Mendengar Sita mengatakan untuk menghasilkan uang, entah kenapa Yoga agak sedih, “Setelah bersama kami, kamu tidak perlu khawatir masalah biaya hidup.”“Kalau begitu aku juga tidak bisa terus mengandalkan kalian selama hidupku. Aku dari dulu sudah terbiasa hidup sendiri.”Sita tidak mengambil hati perkataan tadi, dan mobil melaju menuju lokasi perlombaan.Yoga mengeluarkan ponselnya dengan santai, lalu menyebarkannya ke grup: [Informasi terakhir: Kak, Sita mau mengikuti Kompetisi Desain Internasional Ratusan Bunga yang diadakan perusahaan.]Doni menjawab serius, [Tanyakan pada Sita, apakah dia ingin menjadi juara?]Yoga, […]Doni segera meminta orang untuk mengatur kompetisi, istrinya Anggi berkata, “Suami,
Sita menyingkirkan barang-barangnya, dia mendecakkan lidahnya, “Sandi, mengapa kamu begitu bodoh dan polos? Pelajaran yang terakhir kali belum cukup? Apakah kamu muncul hari ini untuk menamparku? Tidak heran orang-orang diam-diam membicarakamu, sekarang aku akhirnya mengerti kenapa.”Sandi tiba-tiba melompat berdiri dengan marah, “Sita, aku akan membunuhmu!”Yoga menatap Sandi dengan wajah dingin, “Jika kamu berani mencoba menyentuhnya, percaya atau tidak, aku akan meninju tepat di hidung oplasmu.”Sandi tiba-tiba ketakutan, dan buru-buru menutup hidungnya dan tidak berani berbicara.Baru saat itulah Sita berkata kepada Yoga, “Ayo, bibi tidak akan membiarkanku bermain dengan orang bodoh.”Sandi berdiri di tempatnya, dan hampir meledak. Sandi diam-diam mengambil foto Sita dari belakang, lalu menelepon Linda, “Kak Linda, bukankah kamu sudah berkata kepada ketua panitia untuk menutup pendaftaran sehari sebelumnya, dan jangan biarkan Sita berpartisipasi dalam kompetisi ini?”“Benar, aku su
Sekembalinya Sita dari pendaftaran, dia mulai mempersiapkan desain untuk kompetisi dengan sungguh-sungguh.Pada malam hari, sepupu keenamnya, Yoga datang untuk makan malam dengan kakak iparnya. Dia menceritakan keikutsertaan Sita dalam Kompetisi Desain Internasional Seratus Bunga.Mata Doni berbinar, “Sita, apakah kamu suka menjadi juara pertama?”Sita tercengang, “Tidak ada seorang pun yang tidak menyukai juara pertama, kan?” Tapi siapa yang tahu pasti tentang kompetisi, kita hanya bisa melakukan yang terbaik.Seusai Doni berbicara demikian, kaki Doni diinjak oleh istrinya. Kemudian kakak ipar, Anggi menjelaskan, “Sita, maksud kakakmu, kamu sangat berbakat, jadi kamu pasti bisa meraih juara pertama.”Doni mengangguk yakin, dia pastikan membuat adiknya meraih juara pertama. Bahkan jika tidak ada juara pertama pun, dia akan menciptakan juara pertama!Apapun kebijakannya, tidak ada yang lebih penting dibanding adik perempuannya.Sita juga tidak terlalu memikirkannya, dia kembali ke kama
Mengapa tidak dicek lagi!——Sita menghela nafas lega setelah mengetahui dirinya terpilih sebagai finalis, lalu menyusun rencana desain dengan sepenuh hati untuk babak final.Kali ini dia yakin akan meraih juara pertama.Saat sketsa desainnya hampir selesai, Sita menerima telepon dari rumah sakit, “Ibu Sita, sudah waktunya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit.”Sita mengelus perutnya, hampir lupa bahwa dia masih memiliki bayi di dalam perutnya.Sita bahkan tidak mengatakan apa-apa tentang anak itu pada bibinya, karena bibinya pasti tidak akan setuju jika dirinya menjaga anak itu.Sita memutuskan diam-diam pergi sendirian untuk pemeriksaan kehamilannya.Sita keluar dari kamar dan melihat sepupu keenam sedang berbicara lewat telepon di balkon, seolah-olah ada yang tidak beres.Setelah Yoga melihat adiknya keluar, dia dengan cepat menutup telepon, “Sita, kamu mau kemana? Biar aku menemanimu.”“Kak Yoga, apakah ada sesuatu yang terjadi pada para pemain dan tim produksimu?”
Akhirnya, Sita langsung memberikan hasil pemeriksaan itu tanpa basa-basi, “Jika Anda ingin melihatnya, lihat saja. Lagi pula ini hanya hasil pemeriksaan saya, hasil pemeriksaan Husein tidak ada disini.”Jantung Sita berdegup kencang.Ibu mertua, Wulan menatap Sita lama dan mendengus dingin, “Berbicaralah terus terang kalau kamu periksa untuk mengobati kemandulanmu kan? Lalu kamu akan menggunakan alasan semacam ini untuk memfitnah kesehatan anakku kan? Aku tidak berminat untuk melihatnya. Tidak ada yang menarik.” Sita menghela nafas lega, sepertinya ibu mertuanya tidak curiga.Sita menjawab dengan tenang, “Kalau Anda tidak percaya, lupakan saja.”“Berhenti! Sita, apakah perkataanku tadi membuatmu cemas? Aku peringatkan, jangan datang ke rumah sakit untuk mengobati kemandulanmu. Lagi pula, setelah anakku menikah dengan Linda, mereka pasti memiliki anak. Jadi jangan coba-coba untuk mengikat anakku dengan alasan anak.”Mata Sita mencibir, “Tidak pernah terpikirkan olehku menggunakan alasa
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka