Share

Bab 21

Author: Queencard
Husein menyela pertanyaan ibunya, “Kita makan dulu.”

Nenek Handoyo memandang Sita sambil tersenyum, “Sudah dibuatkan sup favoritmu. Husein, cepat tuangkan semangkuk sup untuk istrimu.”

Mata Sita terbelalak, dia ingin mengambil sendok itu sendiri, ternyata Husein jauh lebih cepat darinya. Tangan Husein yang panjang sudah mengambilkan semangkuk sup untuk Sita.

Sita melihat sup ikan putih susu di depannya, namun dia tiba-tiba kehilangan nafsu makan.

Ibu mertua, Wulan mendengus dingin, “Kenapa? Anakku sudah menyajikan sup untukmu, tetapi kamu malah terlihat tidak nafsu?”

Nenek Handoyo memandangnya dengan bingung, “Sita, apakah kamu tidak menyukai supnya?”

“Tidak nenek, aku menyukainya,”

Sita mengambil mangkuk itu. Tatapan Husein memperhatikan, Sita mencium aroma sup ikan itu lalu tanpa sadar mengerutkan kening.

Tetapi Sita masih memakannya sesuap, pada suapan kedua dia tidak bisa menelannya lagi.

Detik berikutnya, Sita meletakkan mangkuk itu lalu muntah.

Aneh, Sita dulu suka makan sup ikan ini, tetapi kenapa hari ini dia tidak bisa memakannya.

Nenek Handoyo terkejut, “Sita, kamu tidak hamil, kan?”

Begitu kalimat itu terlontar, dua pasang mata memandangnya tidak percaya.

Mata Sita terbelalak, sedikit linglung dan bingung. Bagaimana nenek bisa mengetahuinya?

Sekarang, Sita bergegas menutup mulutnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan sup ikan yang dimakannya tadi.

Dia merasa sudah memuntahkan seluruh isi perutnya, rasanya sangat tidak enak.

Ketika Sita mengulurkan tangannya untuk mengambil tisu, ada seseorang memberikan tisu itu, Sita dengan cepat mengelap sudut mulutnya, “Terima...”

Ketika Sita berbalik, Husein berdiri di belakangnya, kalimat terima kasih yang akan diucapkan ditariknya kembali.

Sita menutup matanya lemah, “Sepertinya belakangan ini aku terlalu tertekan, jadi agak demam.”

Setelah berkata demikian, suara berat seorang pria terdengar dari atas kepalanya, “Kalau memang demam, aku panggilkan dokter keluarga untuk memeriksamu.”

Jantung Sita tiba-tiba berdegup cepat,"Cuma demam biasa, tidak perlu ke dokter, beberapa hari lagi juga sembuh.”

“Yakin?”

Husein melangkah maju, menjebak Sita di depan wastafel, dia tidak ada jalan lain.

Sita menunduk dan melihat dasi biru di leher Husein, setelah diamati dia masih memakainya.

“Sita, lihat aku.”

Sita mendongak perlahan, tetapi Husein langsung menarik dagunya, gerakannya kuat dan mendominasi, tatapan matanya tajam mengamati, “Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?”

Napas Sita terhenti, “Tuan Husein, apa yang ingin kamu tanyakan?”

Tuan Husein?

Dulu Sita sangat baik dan penurut, dia memanggilnya Husein, tetapi setelah ada perempuan lain, nyalinya juga bertambah.

Husein menundukkan badannya, matanya dipenuhi amarah, “Menurutmu apa yang akan aku tanyakan?”

Sita melipat tangannya, mencoba menenangkan dirinya, “Aku benar-benar tidak hamil, jika kamu tidak percaya padaku…”

“Kenapa aku tidak percaya?”

Sita membeku, mendongak untuk melihat mata Husein, dirinya agak tidak mengerti.

Sejak kapan Husein percaya pada dirinya?

Husein tersenyum tipis, “Semalam tidur bersama seorang pria di hotel, jika kamu benar-benar hamil, setelah bercumbu semalaman, apakah anak itu masih ada di sana?”

Rona merah di wajah Sita seketika memudar, dia berpikir sejenak jika Husein mempercayai dirinya, tapi sepertinya itu hanya ekspektasinya sendiri.

Dia menutup matanya untuk menghalangi pandangan matanya.

Suara Husein terdengar dari atas kepala, “Bicaralah, takut ketahuan? Dengan siapa kamu semalam?”

Sita menghela nafas lega, selama Husein tidak meragukan keberadaan anak itu, Sita berkata dengan perlahan, “Kita sudah bercerai, aku bersama dengan siapa, tidak perlu bilang padamu.”

Husein menarik dasinya dengan kesal, “Sita, manakah dari kata-katamu yang jujur dan yang bohong? Pada awalnya kamu menikah denganku karena menyukaiku, tapi kenapa hatimu berubah begitu cepat?”
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ibu Yanie
dulu bisa buka kunci dgn melihat dua iklan
goodnovel comment avatar
Ibu Yanie
dulu bisa buka dgn melihat dua iklan
goodnovel comment avatar
amymende
.....dan munafik, pura2 baik setelah menceraikan? beneran bikin bego ini cerita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 22

    “Tuan Husein, aku dulu memang bilang aku menyukaimu, tapi aku tidak bilang akan menyukaimu sepanjang waktu.”“Sita!”Husein mencubit dagu Sita erat-erat, dia menundukkan kepala dan menatap Sita lekat-lekat. Husein tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak dapat memahami Sita dengan baik.Dulu Sita selalu berada di sisinya, mengurus segala kebutuhannya, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang dia pikirkan. Sita dapat meyadarinya dari pertama dan langsung bereaksi.Tatapan matanya juga penuh pengertian dan penuh cinta.Tapi tiba-tiba, tatapan itu hilang.Lubuk hati Husein sangat tidak senang, memikirkan Sita melakukan hal yang sama dengan pria lain, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukuli orang. Terutama pria semalam di hotel, Husein ingin memukulinya.Sita tidak bergeming sedikit pun, keduanya begitu dekat hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.Napas mereka saling bertukar, hingga membuat suasananya menjadi sedikit aneh.“Astaga, apa yang kalian berdua lakukan di sini? Sita

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 23

    “Sita, kenapa diam? Katakan sesuatu.”Sita menatap Husein dengan canggung dan berkata dengan nada rendah, “Apa yang harus aku katakan, tanya kan pada anakmu.”Hal itu memalukan bagi Sita.Husein bahkan belum menyentuh Sita, bagaimana dia bisa hamil?Husein terbatuk dengan suara pelan, “Bu, untuk apa kamu menanyakan ini? Kami sudah memutuskan, dan itu hal biasa bagiku untuk tidak memiliki anak. Dan aku pun juga tidak ada rencana untuk punya anak.” Sita mendengar kalimat terakhir Husein, menatap perutnya sepertinya dia benar-bear akan menjaga anak itu.Nenek Handoyo sedikit cemas, “Kamu sudah berumur tiga puluh an, bagaimana bisa tidak memiliki anak? Aku khawatir tidak akan bisa hidup sampai hari dimana anak mu lahir.”“Nenek, selama nenek menyetujui operasinya, nenek pasti akan hidup sampai hari itu.”“Hmph, jangan dipikir mudah membuatku setuju untuk operasi. Kalau Sita tidak hamil, jangan pernah membicarakannya.”Nenek Handoyo berbalik dan pergi setelah mengatakan itu. Ibu mertua. Wu

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 24

    Sita tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia merasa malu sekaligus marah.Sita dibawa ke kamar tidur utama, Husein melemparnya sedikit kasar ke tempat tidur. Sita mendongak dan menggertakkan gigi, “Husein, kamu gila! Apa yang kamu lakukan?”Pria itu menyandarkan tangannya pada Sita, menatap rendah Sita, “Katakan padaku untuk mencobanya lagi, apakah itu biasa saja.”Mata Sita berkedip, “Aku nggak mau.”"Kamu baru menolak sekarang, ketika kamu baru bermain api, kamu cukup senang kan!"Husein melempar dasinya ke samping, menarik kemejanya dari celananya. Tatapan matanya gelap dan berat, “Katakan, permainan seperti apa yang kamu inginkan?”Sita merasa tersinggung!Kerasukan apa Husein!Sita tampak tenang, “Apa yang kamu lakukan ketika kamu marah?”“Saya tidak marah!”“Lihat, kamu sedang marah. Aku tidak sedang membuat lelucon!”“...”Husein mencubit Sita, “Sita, aku perhatikan kamu tiba-tiba tampak seperti orang yang berbeda, kamu dulu berpura-pura lembut dan berbudi luhur, bukankah itu

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 25

    Jika berita ini tersebar, Sita khawatir dia akan dibungkam!Husein mengerutkan bibir tipisnya, “Sita, jangan terlalu banyak berpikir, aku hanya berakting untuk Nenek. Aku sama sekali tidak tertarik padamu.”Sita berdiri, “Kalau begitu bisakah aku pergi?”“Tunggu, jika Nenek tahu kamu pergi sendirian di malam hari, bagaimana aku akan menjelaskannya.”Sita teringat tangan Nenek yang agak dingin, Sita ragu-ragu, “Kapan Nenek dioperasi?”“Tidakkah kamu mendengar bahwa dia menolak untuk menjalani operasi.”Husein mengerutkan alisnya, “Jangan beri tahu Nenek tentang perceraian kita dengan kesepakatan sampai Nenek menyetujui operasi itu.”“Baik.”Sita menyetujuinya tanpa ragu-ragu, “Aku juga akan membujuk Nenek untuk menyetujui operasi tersebut.”Suasana hati Husein sedikit membaik, “Tidur lah.”Sita mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada bibinya, [Bibi, aku tidak pulang malam ini, tolong bantu aku menjelaskan kepada Dion.]Sita berjanji untuk pulang, tetapi dia benar-benar tidak bi

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 26

    Husein memperhatikan Sita sudah makan empat roti, dua gorengan dan semangkuk bubur.Apakah biasanya memang porsi makannya banyak?Seusai sarapa, Nenek Handoyo mengeluarkan sebuah undangan, “Sita, aku membantumu mendapatkan kursi di kompetisi.”Sita melihat undangan itu: Kompetisi Desain Internasional Ratusan BungaSita sedikit terkejut, “Nek, kapan kamu melakukan ini?”“Beberapa waktu lalu, bukannya kamu memperlihatkanku beberapa desain dekorasi? Aku mendengar tentang kompetisi ini dan membantumu untuk mendapatkan kursi. Sita, cobalah, aku merasa kamu bisa melakukannya.”Sita melihat undangan itu dan mendesah. Dia memang berencana untuk mengikuti kompetisi ini, tetapi karena dia menikah dengan Husein, seluruh fokusnya berganti dan meninggalkan hobinya.Sandi berjalan dengan sombong, “Sita, kompetisi ini bukan kompetisi biasa. Dengan kemampuanmu, lebih baik untuk tidak mempermalukan dirimu sendiri atau Keluarga Handoyo.”Nenek Handoyo langsung berkata, “Sandi, kamu saya tidak lulus kuli

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 27

    Sita bergegas menuju rumah sakit, dia mengambil tabungannya dalam tiga tahun terakhir untuk membayar seluruh biaya pengobatan. Ini adalah rumah sakit swasta, meskipun mahal, tetapi ini sangat baik untuk pemulihan pamanTapi satu bulannya menghabiskan 20 juta.Sita menggosok pelipisnya, dia hampir lupa jika Keluarga Handoyo lah yang selalu membayar biaya pengobatan. Sekarang dia sudah bercerai, Husein sudah tidak memiliki kewajiban untuk terus menanggung biaya pengobatan.Dia mengeluarkan undangan kompetisi dari tas nya, dan jika dia juara satu, hadiahnya berupa uang tunai sebesar 2 miliar.Sita mengirimkan pesan kepada sahabatnya, [Govi, terakhir kamu bilang tentang Kompetisi Desain Internasional Ratusan Bunga. Bisakah kamu mengirimkan soft file nya? Aku berencana mendaftar.][Tentu saja, kamu akhirnya memutuskan untuk kembali. Kalau kamu ikut, kamu pasti juara pertama, dari awal nama penamu sudah menarik hati setiap orang.]Sita memegang undangam di tangannya, dan dia ingin memulai l

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 28

    Ketika Sita mendengar ini, dendam di hatinya perlahan pudar. Ternyata keluarganya tidak sengaja kehilangan dirinya.Doni lega, matanya sedikit memerah dan berkata, “Sita, itu semua salahku. Aku dari awal tidak jeli memeriksa karakter pengasuhmu, hingga membuat kamu hilang selama bertahun-tahun.”Mata Sita juga memerah, di sisi lain bibi menangis, “Sita, senang sekali kamu akhirnya bertemu dengan keluargamu.”Sita belum menangis, tetapi ketika dia melihat bibinya menangis, tangisnya tak tertahan lagi.Keenam pemuda itu mengangguk, tampaknya langkah pertama dari rencana itu telah berhasil.Dendam di hati Sita perlahan memudar.Doni diam-diam mengirim pesan kepada asistennya untuk melunasi tagihan medis paman.——Keesokan harinya, Sita terbangun karena ada telepon.Sita mengangkat dengan linglung, “Halo?”“Sita, di mana kamu meletakkan arlojiku?”Mendengar suara dingin Husein, rasa kantuk Sita menghilang seketika.Sita duduk, “Aku tidak tahu, jangan tanya padaku.”Setelah berkata demikian

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 29

    Kesempatan emas!Yoga berdeham dan berkata, “Sita, apakah kamu suka desain interior?”“Iya, itu yang aku pelajari saat kuliah. Saat itu, aku sangat ingin memiliki rumah sendiri, dan bisa mendapatkan penghasilan dari jurusan ini, jadi saat kuliah aku memilih jurusan desain interior.”Mendengar Sita mengatakan untuk menghasilkan uang, entah kenapa Yoga agak sedih, “Setelah bersama kami, kamu tidak perlu khawatir masalah biaya hidup.”“Kalau begitu aku juga tidak bisa terus mengandalkan kalian selama hidupku. Aku dari dulu sudah terbiasa hidup sendiri.”Sita tidak mengambil hati perkataan tadi, dan mobil melaju menuju lokasi perlombaan.Yoga mengeluarkan ponselnya dengan santai, lalu menyebarkannya ke grup: [Informasi terakhir: Kak, Sita mau mengikuti Kompetisi Desain Internasional Ratusan Bunga yang diadakan perusahaan.]Doni menjawab serius, [Tanyakan pada Sita, apakah dia ingin menjadi juara?]Yoga, […]Doni segera meminta orang untuk mengatur kompetisi, istrinya Anggi berkata, “Suami,

Latest chapter

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 810

    Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 809

    Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 808

    Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 807

    Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 806

    Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 805

    Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 804

    “Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 803

    Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h

  • Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki   Bab 802

    “Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status