"Kita grebek sekarang?" tanya Mentari semangat.Cahya tersenyum. "Nggak usah. Tunggu saja tanggal mainnya. Harus ada bukti yang kuat untuk memberikan efek jera pada kedua manusia yang tidak tahu dosa itu," ucap Cahya. meski dalam hatinya begitu geram namun ia tidak bisa berbuat banyak jika bukti yang ia dapatkan hanya satu atau dua. Dia akan mencari bukti yang lebih kuat agar Hardian mau mengakui semuanya."Tapi ini sudah kebangetan loh, Ya. Memangnya kamu nggak marah apa?" tanya Mentari."Wanita mana yang dimadu tidak marah? Tapi percuma saja jika memang keduanya sudah terlanjur menikah. Kita hanya butuh waktu dan situasi yang tepat untuk membuat kedua orang itu mati kutu dengan apa yang kita lakukan. Tidak ada pembalasan yang sangat menyakitkan selain ditinggal orang terkasih," ucap Cahya."Maksudnya? Lo bakal bunuh Hardian?"Pletak!Cahya memukul kening sahabatnya lirih. "Aw! Kok dijitak?" protes Cahya."Kagak lah! Emangnya aku ini pembunuh apa? Tampang kalem dan baik ini masa mela
"Rio kali ini kamu harus membantuku lagi," ucap Cahya saat menelpon Rio di jam istirahat nya."Apalagi yang harus aku lakukan?" tanya Rio semangat."Bolehkah kamu berikan video ini kepada atasanmu, atau enggak kamu kirimkan saja nomor atasanmu padaku. Aku ingin melihat respon bosmu ketika melihat karyawannya melakukan hal ini," ucap Cahya sambil menjalankan rencananya untuk membuat suaminya dipecat dari perusahaan tempat bekerja."Video apa lagi sih? Bikin aku jadi tambah penasaran. Eh, yang kemarin itu ada lanjutannya nggak?" tanya Rio terlihat antusias menangani masalah Cahya dengan Hardian.Kemarin Cahya sempat mengirimkan sebuah video singkat di mana Hardian pulang bekerja dan langsung memeluk Silvi di saat dirinya tidak berada di rumah namun video itu hanya berdurasi 3 menit dan membuat Rio semakin penasaran."Kalau video itu masih belum bisa meyakinkan, Rio. Tapi, kalau yang ini sudah pasti meyakinkan Dan kamu kirimkan saja nomor bosmu itu kepadaku, karena aku tidak ingin kamu t
"Terimakasih atas bantuannya, Pak Hasbi. Maaf, saya tidak sengaja melibatkan Bapak dalam hal ini," ucap Cahya saat keduanya keluar cafe."Kamu seharusnya berterimakasih kepada Tuhan karena memberikan nasib baik padamu. Beruntung teman saya urungkan datang, jika tidak kamu tidak akan mendapatkan keberuntungan dengan saya," ucap Hasbi dingin. Lelaki yang berstatus bosnya itu, Cahya benar-benar tidak mengenalnya karena setiap ada pekerjaan atau pesta di kantor, Cahya tidak pernah diminta untuk ikut."Baiklah, Pak. Sekali lagi, thanks. Semoga besok Bapak bisa membantu saya sekali lagi," ucap Cahya menyeringai."Itulah alasan saya benci wanita. Dikasih hati, minta jantung," omel Hasbi yang kemudian masuk ke dalam mobilnya. Cahya melambaikan tangan ke arah mobil yang sudah melesat pergi. Ia harus gegas pulang sebelum suami dan ART nya pulang ke rumah.Dengan langkah seribu jalan, Cahya sampai di rumah dan langsung berganti baju biasa.Bel rumah berbunyi dan Cahya yang memang sudah tahu me
"Jadi, ini istri kamu?" tanya Hasbi saat melihat Hardian masuk ke ruangannya bersama dengan Silvia."Ya, Pak. Jadi ada hal apa Pak Hasbi memanggil kami untuk datang ke kantor? Apa ada hal serius yang ingin dibicarakan pada kami?" tanya Hardian was-was."Tentu. Mana istrimu yang lain?" tanya Hasbi setengah menuduh."Nggak ada, Pak. Saya istri satu-satunya," sahut Silvia tak terima ditanyai mengenai keberadaan Cahya."Yang ini, siapa?" tanya Hasbi menunjukkan sebuah foto di ponselnya. Foto yang ia dapatkan dari pesan yang dikirim Cahya padanya tempo hari.Hardian dan Silvi terkejut melihat ada foto Cahya dan Hardian saat sedang menikah dahulu. "Bapak dapat dari mana?" tanya Hasbi."Dari mana saya dapat, itu tidak penting. Yang penting sekarang, saya ingin mengklarifikasi. Apakah informasi ini betul atau tidak, jika kamu sudah menikah lagi tanpa sepengetahuan istrimu ini?" tunjuk Hasbi pada foto yang masih jelas ada di ponselnya.Sebenarnya bukan tipe Hasbi yang ingin mencampuri urusan o
"Jadi, ini istri kamu?" tanya Hasbi saat melihat Hardian masuk ke ruangannya bersama dengan Silvia."Ya, Pak. Jadi ada hal apa Pak Hasbi memanggil kami untuk datang ke kantor? Apa ada hal serius yang ingin dibicarakan pada kami?" tanya Hardian was-was."Tentu. Mana istrimu yang lain?" tanya Hasbi setengah menuduh."Nggak ada, Pak. Saya istri satu-satunya," sahut Silvia tak terima ditanyai mengenai keberadaan Cahya."Yang ini, siapa?" tanya Hasbi menunjukkan sebuah foto di ponselnya. Foto yang ia dapatkan dari pesan yang dikirim Cahya padanya tempo hari.Hardian dan Silvi terkejut melihat ada foto Cahya dan Hardian saat sedang menikah dahulu. "Bapak dapat dari mana?" tanya Hasbi."Dari mana saya dapat, itu tidak penting. Yang penting sekarang, saya ingin mengklarifikasi. Apakah informasi ini betul atau tidak, jika kamu sudah menikah lagi tanpa sepengetahuan istrimu ini?" tunjuk Hasbi pada foto yang masih jelas ada di ponselnya.Sebenarnya bukan tipe Hasbi yang ingin mencampuri urusan or
Silvi sangat kesal karena hari ini Cahya begitu tega padanya. Ia diminta bekerja dengan ekstra giat tanpa diberi makan dan juga minum. Sebenarnya Silvi bisa saja mengambilnya secara diam-diam namun cahaya selalu mengawasi pekerjaannya sehingga ia tidak bebas dalam bekerja.Silvy menunggu suaminya Hardian pulang. Namun sampai pukul 09.30, Hardian belum juga pulang, membuat Silvi begitu resah dan tidak bisa tertidur dengan pulas. Terlebih perutnya yang sudah dari tadi keroncongan. Ia hanya makan satu kali saat selesai mengerjakan pekerjaan rumah tadi siang.Sedangkan Cahya, sengaja iya tertidur sejak awal untuk bisa bangun dengan mudah, jika nanti suaminya tengah malam pindah ke kamar Silvia. Dari penyelidikan yang ia dapatkan, suaminya sering diam-diam datang ke kamar Silvia Jika ia sudah tertidur, dan sekarang ia akan mencoba melihatnya sendiri apa yang suaminya lakukan di kamar itu. Cahya terbangun saat suara deret pintu terdengar membuka. Ia mengintip dari celah selimut dan meliha
Rencananya Cahya hari ini akan ke rumah sang ibu. Ia ingin mengadukan perbuatan Hardian pada sang ibu yang selalu saja membanggakan suaminya itu di depan banyak orang. Saya berharap sang Ibu bisa membantunya untuk memudahkan urusannya dalam membongkar kejahatan Hardian."Assalamualaikum," salam Cahya.Gayatri yang sedang memasak di dapur, terkejut dengan kedatangan putrinya yang tiba-tiba. Gayatri tinggal di lain kota, sehingga jarang datang untuk menemui Cahya."Waalaikumsalam. Ya? Tumben datang ke rumah lbu?" tanya Gayatri antusias.Cahya meraih tangan sang Ibu lalu menciumnya takzim. "Iya. Cahya sengaja datang untuk menengok keadaan Ibu. Ibu sehat? Lama tidak berkunjung cahaya kira Ibu lupa sama anak sendiri," seloroh Cahya."Hehehe, maklum, Ya. Ibu akhir-akhir ini sibuk. Kamu tahu sendiri kan sebagai single mom, Ibu harus bisa menghidupi kedua adikmu juga yang masih kuliah dan SMA. Kamu gimana dengan Hardian? Sehat?'"Alhamdulillah."Gayatri mengajak cahaya untuk duduk di ruang ma
Cahya nampak memikirkan ucapan ibunya dan ia mengirimkan pesan pada mertuanya untuk datang ke rumah Hardian sore nanti karena ibunya akan datang ke rumahnya. Terlihat centang satu dan ia berharap nanti mertuanya akan membuka pesan yang ia kirim.Sore hari, Gayatri dan Cahya menaiki mobil yang sengaja ia sewa. Ia memang sudah bisa mengemudi mobil, hanya saja Hardian tak mengizinkan ia mengemudi sendiri. Takut hal buruk terjadi, terkesan perhatian memang. Maka dari itu, Cahya sangat mencintainya. Sayang, cintanya harus dibalas sesakit ini oleh suaminya sendiri.Hati Cahya risau. Mungkin Ada hal buruk yang akan terjadi nanti. Karena dari video yang terlihat, Hardian baru saja pulang ke rumah. "Tumben," batin Cahya.Mobil terparkir dengan rapi di halaman rumah Cahya. Ia melihat mobil suaminya yang juga sudah pulang, sesuai dengan apa yang dilihatnya di layar monitor. Namun, ia tercekat saat hendak turun dan mengecek ponselnya. Ia melihat Hardian yang ada di kamar Silvia dan sedang memadu