Kamar penginapan, kota awal. Derrick yang pingsan akhirnya sadarkan diri dan menemukan bahwa dirinya berada di kamar penginapannya. Derrick tersenyum melihat Reren yang tertidur di sampingnya dalam posisi duduk dan terlihat sangat kelelahan. "Cantiknya. Dia terlihat lebih cantik ketika sedang tertidur." Komentar Derrick sembari menyingkirkan tangan Reren yang memegang tangannya. Derrick segera turun dari ranjang dan meletakkan Reren agar tidur di ranjangnya, Derrick bahkan hampir jatuh karena dirinya masih belum pulih untuk mengangkat beban. "Beristirahatlah. Terimakasih karena selalu bersamaku dan tidak menunjukkan kebencian terhadapku, seperti wanita-wanita lain di pulau ini." Ucap Derrick berterimakasih sembari bersandar di samping bangsal dengan menahan sakit. Sejak awal Derrick memasuki pulau Kambangan darah Derrick selalu mendapati tatapan sinis dan kebencian oleh wanita-wanita yang dia temui. Bahkan Reren juga pada awalnya menatapnya dengan tatapan yang sama, namun dari se
Di sebuah kapal. Joshua sang raja Kambangan darah yang melakukan semedi tujuh hari tujuh malam akhirnya merasakan bahwa dirinya akan menerobos ranah surgawi tertinggi. Langit diatas kapal raja Joshua mulai menunjukkan tanda-tanda seseorang ingin menerobos ranah surgawi tertinggi dan menjadi salah satu dewa tertinggi setara dengan jenderal besar Derrick dan Kaisar iblis Lenghuo beserta 7 jenderal iblis setianya. Langit itu mendung seakan-akan badai akan menyapu seluruh dunia, petir saling bersahut-sahutan dan mengeluarkan suara petir yang memekakkan telinga, tiba-tiba laut yang tenang terjadi fenomena pusaran laut yang seakan-akan ingin menenggelamkan kapal. "Sedikit lagi penghalang ini hancur dan aku akan bisa setara dengannya. Aku akan kembali menantangnya dan mengalahkannya." Batin Joshua berkeringat dingin sembari mengingat kekalahannya melawan jenderal besar Derrick. Para kru kapal dan prajurit panik ketika melihat fenomena tersebut, mereka cemas dan takut karena setiap kali s
Hutan Naga, Pulau Kambangan darah. Di sebuah gunung di hutan Naga dengan puluhan Naga terbang berlalu lalang diatas langit. Di dalam gunung terlihat dua orang manusia yang sedang mengobrol ditemani secangkir teh hangat. "Aku terkejut teman lama tiba-tiba datang menemuiku setelah ribuan tahun lamanya berlalu. Ada apa gerangan kamu tiba-tiba keluar dari persembunyian? Apakah kamu sudah bosan menunggu seorang pewaris atau karena kebangkitan tubuh suci?" Ucap manusia bermahkota emas, dia bukanlah manusia melainkan raja Naga. Pemuda yang menjadi lawan bicaranya tertawa kecil, lalu berujar. "Haha, kebangkitan tubuh suci benar-benar diluar perkiraanku. Kuharap dia tidak sama seperti pendahulunya. Jika ternyata dia sama seperti pendahulunya, maka dunia ini akan dalam bahaya." "Teman kamu tidak perlu khawatir, karena ada dua orang yang bisa membunuhnya jika pemilik tubuh suci ini berada disisi kejahatan. Lagipula kutukan ribuan pendekar akan membunuhnya, jika dia suka membantai orang." Bal
Perbatasan Hutan Naga. Kelompok Tiger Long akhirnya bergerak menuju hutan Naga untuk mengambil sebuah benda pusaka yang disebut "Mutiara tak tertandingi", Huangdi, Derrick, Reren, Fioren, dan Lingarl adalah orang-orang yang membantunya untuk mengambil benda pusaka tersebut. Mereka bisa masuk ke hutan Naga tanpa mendapatkan kendala yang berarti, karena pasukan penjaga pulau disibukkan menjaga pantai dan mencegah tahanan yang berhasil membuka borgol leher kabur dari pulau. Ketika sampai di sebuah lapangan kecil di tengah hutan dengan beberapa batu besar, kelompok Tiger Long berhenti atas instruksi Huangdi. "Ada apa paman?" Tanya Tiger Long penasaran kenapa pamannya mengintruksikan untuk berhenti di lapangan kecil tersebut. "Karena hari sudah malam, sebaiknya kita beristirahat disini." Ucap Huangdi memberi saran.Mendengar saran tersebut, Tiger Long melirik Derrick dan yang lainnya untuk meminta persetujuan. Melihat mereka mengangguk setuju, Tiger Long berucap. "Baiklah paman, kita
Desa elf, Hutan Terlarang, Hutan Naga. Desa elf adalah desa kecil yang terlihat menyatu dengan alam, karena elf membangun rumahnya di atas pohon. Bahkan ada elf yang membangun rumahnya di dahan pohon yang berada tepat di tengah-tengah sungai besar yang menjadi sumber air desa mereka. Di sebuah rumah kayu yang berada di atas cabang pohon besar terlihat seorang elf berwajah bapak-bapak yang sedang mengisi waktu luang dengan melukis sekeranjang buah di atas meja dengan latar belakang danau. Elf ini adalah salah satu tetua desa elf, namanya adalah Tolecnal Edward dan memiliki kekuatan yang mengerikan, di masa lalu Tolecnal diberi julukan dewa elf gravitasi saat terjadi perang antara ras manusia dan elf. Dimana saat itu Tolecnal berhasil membunuh seorang dewa (ranah dewa tertinggi) ras manusia dan dialah yang membuat ras elf mampu bertahan dengan mengasingkan diri. Brak! Saat sedang melukis Tolecnal terganggu oleh seorang elf muda yang menabrak dinding rumahnya. Tolecnal bahkan membua
Danau, Hutan Naga.Derrick sedang melakukan semedi untuk memahami teknik kibasan tongkat petir angkara di sebuah batu besar yang terlihat tersembunyi diantara pepohonan dan semak-semak. Kening Derrick semakin berkerut ketika kesulitan memahami beberapa hal tentang gerakan menggunakan teknik tersebut. Derrick menghela nafas pelan dan kembali gagal memahami teknik tersebut. "Benar saja, memahami melalui melihat gerakan lebih sulit dibandingkan memahami melalui gulungan teknik. Terlebih aku tidak bisa mendapatkan sedikit petunjuk bagaimana cara mempelajari dan memahami teknik ini." Gumam Derrick menggeleng kepala tak berdaya. "Seandainya guru masih hidup, mungkin aku tidak butuh waktu lama memahami teknik tingkat dasar ini. Sangat disayangkan guru telah tiada." Gumam Derrick merindukan gurunya. Derrick kembali melakukan beberapa gerakan segel tangan, lalu kembali melakukan semedi untuk memahami teknik tersebut. 10 menit berlalu. Derrick kembali menghela nafas pelan, karena untuk ke
Elf pengawal yang bernama Kiza membekap dan membawa Telis menuju danau dimana pintu masuk ke desa elf berada. Kiza tidak peduli dengan kekesalan dan kemarahan Telis kepadanya, bagi Kiza membawa Telis kembali ke desa elf adalah hal yang utama. "Lepaskan aku sialan!" Pekik Telis memukul-mukul lengan Kiza. "Tuan putri..." Aki salah satu pengawal melihat sesuatu yang mendekat kearah mereka dengan kecepatan tinggi. Blush! "Ugh..." Aki muntah darah. Aki langsung menjadi tameng hidup untuk menahan sesuatu tersebut, ternyata itu adalah sebuah tongkat hitam legam yang diselimuti energi. Kiza terkejut Aki menghadang tongkat tersebut hingga tubuhnya tembus karena tongkat itu sangat kuat. Percikan darah Aki langsung membasahi wajah Kiza, Telis, dan dua elf lainnya. "Aki?" Telis terkejut dan tercengang. "Aki!!!" Pekik Telis meraung marah melihat salah satu pengawal sekaligus rekannya terbunuh begitu saja di hadapannya. Dua elf lainnya langsung berada di depan Kiza dan Telis siap menyambut
Tenda Tiger Long, Hutan Naga. Tiger Long yang melakukan semedi dapat mendengar sebuah pertarungan yang sangat sengit di arah danau. "Paman, tolong lihat apa yang terjadi di danau." Pinta Tiger Long kepada Huangdi. Huangdi membungkuk hormat dan segera menyusul Fioren yang lebih dulu menuju danau. Namun saat melewati suatu tempat Huangdi malah terjebak dalam labirin yang tiba-tiba muncul memerangkap dirinya. "Apa ini? Labirin?" Tanya Huangdi tidak percaya dirinya dijebak dalam labirin. Pinggiran Danau, Hutan Naga. Bang! Bang! Brak! Derrick dan Cuai bertarung dengan sangat sengit dengan gerakan yang sangat cepat dan tidak bisa diikuti mata. Pertarungan mereka banyak menciptakan kerusakan dimana mereka saling beradu kekuatan. Derrick berubah menjadi asap dan mendekati Cuai yang diselimuti energi. "Seni tongkat: pukulan penghancur awan!" Pekik Derrick memukul Cuai dari arah belakangnya, pukulan itu ditahan oleh energi yang dimiliki Cuai. Cuai berbalik dan melancarkan tinju tera