Yunita tahu keputusannya sulit diterima Jaka. Yunita yakin Jaka marah karena dia meminta Jaka memilih Amara. Yunita meninggalkan Amara bersama Jaka. Dia ingin )z"mmereka bersatu lagi. Yunita tidak mungkin menyakiti Amara. "Mas, ayo masuk!" ajak Amara sambil menggandeng lengan Jaka. Jaka mengikuti Amara dan duduk di ruang tamu. "Mas, Kak Yunita sudah meminta kamu memilih aku, jadi kamu harus mencoba mencintai aku lagi," kata Amara. "Tidak, Ra. Aku mencintai Yunita, bukan kamu," tolak Jaka. Dia tidak bisa membohingi dirinya sendiri. "Mas, kenapa kamu jahat? Apa kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Amara. "Aku ingat, aku meminta maaf karena melakukan itu. Tapi aku mencintai Yunita." Jaka berdiri. Dia mencari Yunita. "Yunita, mari kita bicara," kata Jaka. Yunita di dalam kamar, dia menangis. Dia sengaja meninggalkan mereka berdua. Dia mengalah demi kebahagiaan adiknya. "Yunita aku mencintai kamu bukan Amara," teriak Jaka.
Verawati dibebaskan secara bersyarat Oleh pihak kepolisian karena Papa Angga memberi jaminan. Dia tidak berani mengganggu Fatimah dan Naura lagi. Angga tidak akan membiarkan siapapun menyakiti mereka termasuk Verawati sekalipun. Hari pernikahan Angga dan Fatimah sudah dekat. Tidak banyak persiapan karena tidak ada pesta. Namun, pernikahan ini tetap berkesan untuk Angga dan Fatimah. "Mas, sebentar lagi Shaka akan punya keluarga yang utuh. Dia pasti sangat bahagia," kata Fatimah. "Iya, Sayang. Dia sudah berharap kamu menjadi Mamanya sejak pertama bertemu," ucap Angga. "Udah dech jangan sok romantis. Nikah aja nggak ada pesta. Nikah model apa itu," kata Aminah yang tiba-tiba nimbrung. "Bu, sampai kapan Ibu kaya gitu. Lama-lama nggak ada yang suka sama kelakuan Ibu," ucap Fatimah. "Kalau nggak suka ya udah. Ngapain sih repot," bantah Aminah. "Mendingan Ibu urus Bapak biar nggak sering pergi dari rumah. Sekali-kali kalau keluar rumah iti dibu
Bagaimana Angga tidak terkejut, yang datang adalah Luna. Mama Shaka yang sudah lama pergi meninggalkan Shaka. Kini dia datang dengan tujuan yang Angga tidak tahu. Angga yakin Luna datang dengan maksud tertentu. "Papa, siapa?" tanya Shaka yang muncul di ruang tamu "Shaka, kamu Shalat 'kan? Ini Mama Shaka." Luna mendekati Shaka. Namun, Shaka malah bersembunyi di balik tubuh Angga. "Mama aku buka kamu," bentak Shaka. "Siapa, Mas?" tanya Fatimah. "Angga, ternyata kamu sudah menikah lagi. Selamat ya, aku datang ke sini untuk mengambil Shaka," kata Luna. "Tidak, kamu sudah menyerahkan Shaka padaku, jadi tidak bisa kamu ambil seenaknya sendiri. Selama ini kamu kemana? Bukannya kamu sudah tidak peduli dengan Shaka?" tanya Angga. "Kini kamu datang untuk mengambil Shaka? Tidak akan aku izinkan kamu mengambil Shaka," ucap Angga. "Aku khilaf, jadi tolong maafkan saya!" pinta Luna. "Tidak ada kata khilaf, kalau kamu sudah tega untuk meninggalkan S
"Tolong jangan sakiti anak saya," kata Angga. "Baiklah kalau begitu kirim uang tebusan untuk anak anda," kata penculik itu. "Anda harus membawa uang lima puluh juta untuk tebusannya." Penculik itu mematikan ponselnya. Angga menyiapkan uang yang penculik itu minta. Dia tidak mau jika Shaka di sakiti. Angga juga dilarang membawa polisi. Jadi Angga akan datang sendiri. Angga membawa uang itu ke alamat yang penculik itu kirim. Dia akan melakukan transaksi di sana. Fatimah khawatir dengan apa yang dilakukan Angga. Dia takut Angga terluka. Sampai di tempat tujuan, Angga melihat Shaka dengan tiga orang penculik. "Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Angga. "Tidak ada, aku hanya butuh uang itu," jawab penculik. Mereka barter, setelah mendapatkan uang. Tiba-tiba penculik itu melepaskan tembakan ke arah Angga.Dor Sebuah tembakan mengenai seseorang. Penculik langsung melarikan diri karena salah sasaran. "Luna," ucap Angga. Luna terjatuh ber
Setelah merasa tenang, Amara kembali ke ruang tamu. Di sana masih ada Yunita, Jaka dan Jonathan. "Ra, terima cincin dari Mas Jaka!'' pinta Yunita. "Nggak, Mbak. Aku sadar, aku terlalu egois. Aku sudah merusak kebahagiaan kalian. Terutama kebahagiaan Jonathan. Aku rasa hanya Mbak Yunita yang berhak mendapatkan Mas Jaka. Toh Mas Jaka mencintai Mbak bukan aku," kata Amara. "Kamu yakin? Bukannya kamu yang menunggu Mas Jaka sampai kamu tidak menikah?" tanya Yunita. "Bukan, Mbak. Aku belum menikah karena belum ada yang cocok. Bukan karena aku menunggu Mas Jaka. Mas Jaka sudah meminta maaf atas kesalahan dia, jadi untuk apa aku menuntut lebih," jawab Amara. "Mbak nggak usah khawatir aku benar-benar ikhlas kalian menikah," ucap Amara. "Jika kamu sudah bilang seperti itu aku akan menikah dengan Mas Jaka," kata Yunita. "Aku juga akan mencari jodohku sendiri," kata Amara. Amara kembali masuk ke dalam kamarnya. Sementara Jonathan berteriak girang karena tahu
Acara ijab qobul Rani dan Adam akan segera dilaksanakan. Rani tampak deg-degan, meskipun ini pernikahan ketiganya. "Sama terima nikah san kawinnya Rani binti Santo dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Adam lantang. "SAH," ucap penghulu. "SAH," jawab para tamu kompak. Mereka lalu berdoa, setelah itu sungkem pada kedua orang tuanya. Setelah itu Rani dan Adam duduk di pelaminan. Seseorang yang Rani kenal tadi mendekati mereka. "Selamat Pak Adam, semoga kalian bahagia!" ucap Bimo. "Iya, Pak. Aku dengar Pak Bimo juga akan menikah?" tanya Adam. "Iya, tunggu saja undangannya," jawab Bimo tersenyum. Rani malas menanggapi ucapan Bimo. Dia merasa Bimo hanya pamer saja pada Rani. Setelah Bimo pergi giliran Anita dan keluarganya naik ke atas panggung. Mereka berfoto bersama. "Ran, kamu kok pucat. Apa kamu sakit?" tanya Anita. "Tidak, Te. Mungkin kurang tidur saja," jawab Rani. "Maklum mau jadi nyonya Adam sampai nggak bisa tid
tidak bisa menahan amarahnya, dia memukuli Santo dan wanita itu. Santo berusaha memakai bajunya saat Amanah sedang memukuli wanita itu. "Hentikan Aminah!" teriak Santo. Karena Aminah tidak kunjung berhenti, Santo menamparnya.Plak "Jahat kamu, Pak. Tega kamu hianati Ibu," bentak Aminah sambil memegangi pipinya yang terasa panas. "Itu akibatnya kalau kamu terlalu cerewet," bentak Santo. "Kamu kira aku tidak berani memghianati kamu," lanjut Santo. "Kamu jahat!" teriak Aminah sembari memukul tubuh Santo. Wanita itu buru-buru memakai bajunya lagi. Dia merasa senang karena Santo membela dia. "Mas, katakan padanya sekarang kalau kamu akan menikahi aku," kata wanita bernama Sandra. "Iya Sandra," kata Santo. "Aminah, aku akan menikahi Sandra. Sekarang kamu maunya apa? Cerai atau dimadu?" tanya Santo dengan mudahnya. "Dimadu? Tidak aku tidak mau," bentak Aminah. "Ceraikan saja aku," ucap Aminah. Aminah lalu mengambil koper, dia memasukkan bajunya ke dalam kope
Keputusan yang diambil Angga untuk menikahi Luna demi Naura mungkin saat ini pilihan yang tepat. Fatimah harus rela dimadu demi kebebasan sang putri. Papa Angga marah saat Angga bilang akan menikahi Luna. Namun, semua dilakukan demi Naura cucunya. "Baiklah, kalau itu demi Naura," kata Papa Angga. Pagi itu Angga dan Fatimah menyiapkan pernikahan sederhana antara Angga dan Luna. Selain itu bertepatan juga dengan pernikahan Angga dan Yunita. Pernikahan Angga dan Yunita tidak terlalu mewah hanya para tetangga dan sanak saudara saja. Juga beberapa karyawan Yunita yang diundang. Pernikahan Yunita dan Jaka berjalan lancar. Mereka telah resmi menjadi suami istri yang sah. "Aku punya Papa," teriak Jonathan bahagia. Amara senang melihat Yunita dan Jonathan bahagia. Dia yakin pilihannya melepas Jaka adalah hal yang paling tepat. "Dek, aku tunggu giliran kamu," kata Yunita. "Sabar, Kak. Butuh proses, mencari pendamping tidak semudah mencari kutu,"