Fatimah sudah dibuat kesal dengan Aminah dan Rani. Dia memilih pulang ke rumah Angga. Selain menemani Shaka, dia juga butuh dimanja oleh Angga. "Nginep sini saja," kata Angga. "Nggak ah, Mas. Entar Ibu marah lagi," kata Fatimah bergelayut manja di lengan Angga. Mereka sedang menunggui Shaka bermain di ruang bermain. Mereka hanya bertiga, baby sitter Shaka sedang membantu beres-beres rumah. "Mama nginep aja, Shaka senang kalau Mama di sini. Rumah jadi ramai, apalagi kalau nanti adik kecil sudah lahir," kata Shaka. "Belum waktunya Mama menginap sayang," kata Fatimah. "Alah, Mama gitu. Kan Shaka mau tidur sama Mama dan Papa," rengek Shaka. "Shaka, Mama belum bisa. Shaka sabar ya!" bujuk Angga. Shaka akhirnya mau mengalah dia yang akan ikut Fatimah ke rumahnya beberapa hari. Shaka senang saat dia diajak ke rumah Fatimah. Namun, berbeda dengan Aminah yang justru tidak suka ada Shaka. Baby sitter Shaka tidur di kamar bekas Rani. Sementara S
Baby sitter Shaka terkejut dituding sebagai pencuri padahal dia menginap hanya semalam dan tidak masuk ke kamar Aminah. "Bu, maksud Ibu apa? Saya tidak mencuri apapun, kenapa Ibu menuduh saya mencuri?" tanya Baby Sitter Shaka. "Uang Ibu hilang Fatimah. Kalau bukan dia, siapa lagi?" tanya Aminah. "Ini silahkan di geledah tas saya," kata Baby Sitter Shaka. Fatimah terpaksa menggeledah tas baby sitter Shaka. Ternyata tidak ada uang Aminah. "Nggak ada apa-apa, Bu." Fatimah mengembalikan tas baby sitter Shaka. "Bu, lain kali jangan suka menuduh orang tanpa bukti," ucap Angga. Angga langsung mengajak Shaka dan baby sitternya pulang. Angga tidak tahan berlama-lama di rumah Fatimah.** Jaka sudah membicarakan acara lamaran ke rumah Yunita. Sepertinya Jaka tidak mau berlama-lama menduda. "Kita tunggu saja dua bulan lagi," kata Yanti. "Iya, Bu. Tetapi kan kita harus mempersiapkan semuanya," kata Jaka. "Jaka nggak mau kecewain Yunita," lanjut
Tibalah waktunya ulang tahun Ahmad. Rani masih dandan cantik, dia tidak mau datang dengan penampilan biasa saja. Hasan sudah mengirim alamat resto tempat acara. Namun, Bimo belum juga datang. Rani tampak kesal, apalagi jika Bimo tidak jadi ikut. "Ah kenapa Mas Bimo tidak kunjung datang? Apa istrinya sekarat?" tanya Rani gelisah. Terdengar deru mobil Bimo, Rani segera menyambut kedatangan suaminya itu. Dia tidak mau terlihat cemberut. "Wah kamu sudah siap, sayang?" tanya Bimo. "Oh ya kamu sudah beli kado?" tanya Bimo. "Belum, mas. Rencananya nanti sekalian berangkat," jawab Rani. "Ayo kita berangkat!" ajak Bimo. Rani menggandeng lengan Bimo. Mereka mampir membelikan kado untuk Ahmad. Rani tentu tidak membeli kado yang murahan. Dia membeli kado yang mahal agar tidak dipandang rendah. Setelah itu mereka menuju resto, Rani beberapa kali dandan. Bimo tahu jika istrinya itu tidak mau terlihat miskin di depan keluarga Hasan. "Mas, aku sudah cant
Hani masih bergeming, kekasih Hani sudah mengajaknya pergi namun dia.tidak kunjung beranjak dari tempatnya. "Han, ayo pergi!" ajak Ferdi. "Kita tidak diharapkan di sini," kata Ferdi. "Mas, beri saya waktu sekali ini saja untuk berbicara dengan kamu," ucap Hani. "Aku ke sini tidak ingin membuat keributan. Ini ada kado untuk Ahmad," kata Hani. Hasan dengan malas menerima kado Hani. Dia kira Hani sudah melupakan dia dan Ahmad dan pergi jauh. Tetapi kini dia malah datang di saat yang tidak tepat. "Selain itu, aku juga mau meminta maaf sama kamu dan keluarga kamu. Aku sudah buat kalian malu," ucap Hani. "Aku tidak perlu permintaan maafmu. Aku rasa sudah cukup kamu menyakitiku Hani. Lebih baik kamu sekarang pergi, dan bawa kekasih kamu itu," bentak Hasan. "Aku tidak akan mengingat kamu lagi, aku yakin akan dapat wanita yang lebih baik dari dirimu," ujar Hasan. "Dan tentunya yang menerima pria miskin seperti aku," lanjut Hasan. "Maafkan aku, Mas. Aku tulu
Dua bulan Kemudian Jaka tengah mempersiapkan lamaran untuk Yunita. Bos yang saat ini menjadi kekasihnya. Berbagi persiapan sudah selesai. Jaka tidak banyak membawa barang, karena Yunita memintanya tidak usah membawa apapun. Namun, dia tetap membawa makanan dan cincin tunangan mereka. Ponsel Jaka berdering, panggilan dari Yunita. Jaka segera mengangkatnya, sekiranya ada hal penting yang ingin Yunita sampaikan. "Halo, Yun. Ada apa?" tanya Jaka. "Mas, maaf ya. Adikku nggak bisa hadir, dia ada acara penting di luar kota," jawab Yunita. "Emang acaranya nggak bisa ditunda?" tanya Jaka. "Nggak bisa, Mas," jawab Yunita. "Ya sudah nggak apa-apa," kata Jaka. "Tapi Mas tenang saja, keluarga Mama udah pada datang," ucap Yunita. Dia takut jika Jaka kecewa karena tidak ada yang hadir di acara tunangan mereka. "Iya, semoga mereka setuju," ucap Jaka. Setelah itu Jaka bersiap untuk datang ke rumah Yunita. Yanti, Lukman dan Rosi sudah siap dengan barang yang mer
"Iya, memang kenapa? Oh ya ku tahu dari siapa? Pasti Rudi," tebak Jaka santai. "Oh jadi benar, ternyata dulu kita tinggal di kota yang sama. Kenapa kita nggak kenal dari dulu," ucap Yunita. "Dulu kita masih remaja, ya kita pasti belum dipertemukan. Lagian jodoh itu nggak ada yang tahu kalau ternyata kita lahir di kota yang sama," ucap Jaka. Yunita dan Jaka makan bersama. Sebenarnya Yunita ingin tanya soal adiknya tetapi dia takut Jaka marah. Akhirnya dia memilih menyelidikinya sendiri.** Hasan sudah mulai melupakan Hani, dia fokus pada Ahmad dan pekerjaannya. Jika dia dipertemukan dengan jodohnya, dia harap wanita yang baik-baik. "Pa, Mama Rani punya suami baru. Kapan Papa punya istri baru?" tanya Ahmad. "Belum ketemu yang cocok, sayang. Lagian menikah itu nggak mudah. Dia harus sayang juga sama Ahmad," jawab Hasan. "Ahmad ingin seperti yang lain, Pa. Punya keluarga yang lengkap. Apalagi Mama Rani sudah nggak mau datang lagi." Ahmad berkeluh
"Jangan-jangan apa?" tanya Hasan. "Apa Hani meninggal?" tanya Istri Leo. Hasan lalu mengajak istri Leo ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit apa yang Hasan khawatirkan terjadi. Hani sudah tiada, dia hanya bisa melihat jenazah Hani untuk yang terakhir kalinya. Hasan tidak menyangka Hani akan pergi secepat itu. Ferdi dan keluarga Hani telah membawa jenazah Hani pulang. Hasan juga mengikuti hingga acara pengalaman.** Hasan akhirnya bisa move on dari kesedihannya ditinggal Hani. Dia tidak mudah melupakan Hani. Namun, dia juga harus melanjutkan hidupnya. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan. Hasan mulai membuka hatinya untuk orang lain. Dia ingin mempunyai hidup yang lebih baik. Sementara itu hubungan Rani dan Bimo cukup baik setelah meninggalkannya istri Bimo. Namun, Bimo belum mau meresmikan pernikahan mereka secara hukum. "Mas, sudah sebulan istrimu tiada. Apa kamu tidak ada niatan meresmikan hubungan kita? Aku ingin diakui di mata hukum sebagai istri
Semenjak kejadian itu, Yunita jarang sekali untuk menemui Jaka. Dia juga menunda pernikahannya dengan Jaka. "Yun, kenapa harus ditunda?" tanya Jaka saat Yunita bilang menunda pernikahan. "Mas, Amara masih mencintai kamu. Aku juga harus memikirkan perasaan adikku," jawab Yunita. "Baiklah kalau itu maumu," kata Jaka. Keluarga Jaka komplain tetapi Jaka berhasil membujuk mereka. Menunda pernikahan tidak masalah dari pada gagal menikah.** Amara pergi entah kemana, Yunita penasaran seperti apa hubungan Jaka dan Amara dulu. Yunita berniat untuk masuk ke kamar Amara. Kali ini dia tidak mendapatkan apapun dari kamar Amara. Tidak ada petunjuk apapun itu. Dia kembali ke kamarnya. Dia akan mencobanya lain kali. Amara terdengar sudah pulang, dia masuk ke dalam kamarnya. Yunita menghampiri adiknya. Dia ingin tahu lebih jelasnya tentang hubungan Amara dan Jaka. "Ra, sebenarnya apa yang terjadi antara kamu sama Mas Jaka? Sampai kamu tidak bisa melupa