Nadira berada di dalam kamarnya. Dirinya seakan tidak ingin melakukan apa-apa saat ini. Dadanya terasa panas dan sesak terbakar api cemburu. "Rasanya sakit sekali." Nadira memegang dadanya. Air matanya menetes Begitu saja. Ia menangis dengan terus memegang dadanya yang terasa sangat sakit dan juga perih. Dirinya mencoba untuk menerima kenyataan bahwa ia hanya istri simpanan namun tetap saja perasaan itu tidak bisa membuat hatinya menjadi tenang.
Nadira begitu sangat gelisah, bayangan suaminya yang bergelut dengan istri pertamanya membuat dirinya begitu sangat tidak terima. "Kenapa Dira jadi seperti ini?" Nadira bertanya di dalam hatinya.
"Nadira sadarlah, tahulah posisimu. Dia menikahimu karena hanya kasihan terhadap dirimu dan juga anakmu. Jadi jangan egois Jangan berharap lebih." Bisikan itu terdengar nyaring di telinganya.
"Mana ada wanita yang mau dijadikan istri simpanan. Kamu harus bisa merebut
"Mas, kamu sudah pulang dari masjid?" Lola tersenyum. Dirinya sudah menunggu suaminya pulang dari masjid sejak tadi. Saat ini ia berpenampilan begitu sangat menggoda.Arga sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu membuka kain sarung yang dipakainya. Ia melipat kain sarung itu dengan sangat rapi, seperti apa dilihatnya Nadira melakukannya. Setelah melipat kain sarung itu dengan rapi. Ia menggantungnya di hanger dan menggantungnya di gantungan hanger di dalam lemari. Ia membuka pecinya dan meletakkannya di tempatnya."Lihat ini Mas, aku belinya di Perancis," Lola menunjukkan lingerie yang saat ini dipakainya.Arga memandang tampilan istrinya yang begitu sangat menggodanya."Tapi aku sekarang sedang dalam keadaan datang bulan Mas." Lola tersenyum nyengir."Bila kamu sedang datang bulan Kenapa menggoda aku seperti ini," Arga memandang istrinya
Setelah menghubungi Nadira dan memastikan bahwa istrinya sudah makan. Arga meninggalkan ruang kerjanya. Pria itu kemudian masuk ke dalam kamarnya. Arga memandang Lola yang ternyata sudah tertidur."Bila mungkin aku tidak menikah dengan Nadira, mungkin aku masih mau tidur dengannya dan mengikuti alur permainan yang sudah dibuat. Namun entah mengapa, setelah aku menikah dengan Nadira, aku sudah tidak menginginkannya lagi. Bahkan untuk tidur bersamanya aku rasa tidak mau. Apa karena aku sudah mengetahui siapa dia." Arga berkata di dalam hatinya memandang wanita cantik yang berpenampilan sangat menggoda tersebut. Arga memandang Lola dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.Arga pergi meninggalkan kamar yang saat ini ditempati oleh Lola. Ia lebih memilih untuk tidur di kamar yang berbeda.Arga merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dirinya memandang ke langit-langit kamarnya. Mengapa aku melihat wajah Nad
81Nadira duduk di tempat tidur dengan terus menata punggung pelayan yang sedang berada di dalam kamarnya.Ia hanya diam memandang pelayan yang saat ini sedang sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam tas yang berukuran besar.Mulutnya seakan terkunci tanpa ada yang lolos satu kalimat dari bibirnya. Semua ini terasa begitu sangat menyakitkan untuknya. "Mengapa para pelayan memasukkan baju-baju Dira ke dalam tas? Apa bang Arga udah nggak mau lagi dengan Dira. Apa ini artinya Dira diusir dari rumah ini?" Nadira hanya berani berbicara di dalam hatinya."Nyonya muda, pekerjaan saya sudah selesai, Saya permisi dulu," ucap kepala pelayannya setelah selesai memasukkan pakaian serta barang-barang milik Nadira kedalam travel
82"Halo Tuan Arga, nonya Nandira sudah berada di dalam pesawat , beliau menunggu anda," ucap Rita yang memberi tahu."Sebentar lagi aku akan berangkat ke bandara tolong jaga istriku," pesan Arga."Sudah pasti Tuan," jawab Rita."Baiklah aku akan langsung ke bandara sekarang,"Arga memutuskan sambungan."Aku ingin kamu menyelesaikan semua masalah ini sebelum aku pulang,"jelas Arga. Dirinya sudah sangat tidak sabar untuk bisa secepatnya menyelesaikan kasus di balik pembunuhan papanya, yang sampai saat ini masih masih menjadi misteri yang selalu menghantui dan mengancam keselamatan Keluarnya. Arga sudah tidak mau lagi menunda-nunda masalah ini, ia ingin keluarganya bisa secepatnya merasakan hidup tenang tanpa harus dihantui oleh sosok yang mengintai mereka.Arga Ingin secepatnya menyelesaikan masalah ini dengan caranya namun asi
"Lama nunggu?" tanya ArgaDengan sangat cepat Nadira menggelengkan kepalanya. Tadi dirinya merasa suaminya terlalu lama datang dan saat suaminya bertanya dengan sangat cepat dirinya mengatakan tidak. Sesuatu yang aneh memang.Arga tersenyum dan melepaskan kacamata yang saat ini bertengger di hidungnya. Ia kemudian duduk di samping istrinya. Pria itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat di rindukannya. Nadira tersenyum malu ketika menatap wajah suaminya. Padahal dirinya tidak bertemu sehari namun entah mengapa dirinya seperti orang yang sedang malu-malu seperti ini.Arga mendekatkan wajahnya dengan istrinya hidungnya yang mancung sudah begitu sangat dekat dengan hidung istrinya.Melihat suaminya yang semakin mendekat dengan dirinya, Nadira merasakan degup jantungnya yang semakin kuat. Hembusan nafas suaminya terasa hangat menyapu wajahnya.
Disaat pesawat akan terbang seperti ini, membuat dirinya merasa begitu sangat takut. Bila sudah seperti ini maka Nadira akan mencari kamar mandi untuk buang air kecil. "Hubby, apa boleh Dira ke kamar mandi sebentar?" tanya Nadira ketika suaminya sudah memasangkan sabuk pengamannya.Arga tersenyum ketika mendengar pertanyaan Istrinya. "kenapa tidak ngomong dari tadi." Pria itu sedikit menarik hidung istrinya."Dira gugup by, soalnya ini pesawatnya mau terbang," jawab Nadira."Ya sudah, kalau gitu kita ke kamar mandi dulu." Arga tersenyum dan kembali melepaskan sabuk pengaman yang tadi dipakaikan nya untuk Nadira.Pria itu memegang tangan istrinya dan menemani istrinya ke toilet pesawat.Nadira memandang toilet yang saat ini dimasukinya. Dirinya hanya bisa menatap kagum saat berada di dalam toilet tersebut. Nadira tidak menduga bahwa toilet kamar mandi bisa berukuran
Lola begitu sangat gugup dan juga pucat ketika dirinya sudah selesai berbicara dengan pria tersebut. Keringat mulai bercucuran di pelipis keningnya. Diambilnya tisu yang ada di atas meja riasnya. Ia mengusap keringat membasahi pelipis keningnya. Lola menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. Saat ini kaki dan juga tangannya sudah mulai gemetar. "Mengapa dia menghubungiku mengapa juga dia ingin meminta berjumpa denganku." Lola panik menghadapi situasi seperti ini.Berulang kali ia menarik nafas yang panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan guna menetralkan kepanikan yang dirasakannya.Dipandangnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu dirinya berjanji berjumpa dengan teman-temannya masih ada satu setengah jam lagi, itu artinya dirinya masih bisa berjumpa dengan pria tersebut. "Aku harus tetap menemuinya," ucap Lola. Walau bagaimanapun Lola tidak akan bisa lari dan juga menghindar
Edwin tidak ingin ada satu orangpun yang curiga ketika melihat Lola yang keluar dari coffee shop dengan penampilan yang tidak semestinya. Oleh karena itu, pria berusia 55 tahun itu sudah menyiapkan pakaian untuk Lola sehingga tidak akan ada yang mencurigai nya bila keluar dari coffee shop tersebut."Jangan pernah melupakan apa yang menjadi pekerjaanmu. Aku sudah melakukan hal terpenting dalam hidupmu. Karena itu kau harus mengingat perjanjian awal yang kita buat bersama. Bila nyatanya kamu gagal melakukan itu semua aku tidak akan segan-segan menghabisi seluruh keluargamu dan juga menghancurkan karir keartisan mu. Tidak sulit bagiku Untuk melakukan hal itu. Aku menyimpan semua video-video yang akan menghancurkan karirmu. Kau tahu itu?" Edwin berkata dengan menyelipkan jarinya di dagu runcing milik Lola."Ya Om aku tahu Om, aku mohon jangan hancurkan karir aku." Lola menangis dan memohon kepada pria tersebut.&